CALANTHA - 28 -

541 29 0
                                    

"Calantha, kamu tidak bisa seperti ini. Papa akan menyita semua fasilitasmu jika kamu remidial lagi." Hardik Marchell membuat semua orang menghentikan makan malam mereka dan menatap Caca.

Sedangkan gadis itu membelalakan matanya tidak percaya. Apa-apaan ini, ayahnya baru saja mengancam dirinya di depan banyak orang. "Caca nggak bisa. Caca nggak suka ngitung pa.."

"Tidak ada alasan tidak suka. Kamu harus belajar. Itu keputusan papa,"

Mereka melanjutkan makan malam, kecuali Caca. Gadis itu menekuk wajahnya dan sepertinya Clarissa menyadari kekesalan gadis itu. "Alex bisa membantumu, Calantha. benarkan Alex?"

Tentu saja Caca bersorak dalam hati. "Alex lagi marahan sama Caca tante, pasti nggak mau," lirihnya dengan wajah yang disedih-sedihkan, membuat Alex menatap tajam--sangat tajam ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Tania dan Clarissa bersamaan. Dasar ibu-ibu.

"Gara-gara Caca--" Caca tersenyum kemenangan ketika Alex memotong ucapannya. "Karna dia ceroboh dan dia pemalas. Nggak pernah belajar,"

"Kalau begitu kamu harus mengajarimya, I'm sure Calantha is smarter than you." Balasan Theo membuat senyum Caca semakin lebar. Terserah, Caca sudah tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Ayahnya yang pasti saat ini ia senang.

"tapi--"

"Alex, tolong ajari Caca sampai penilaian akhir ini selesai. Tante janji hanya sampai situ. Setelah selesai, Caca harus dan akan belajar sendiri. Kamu setuju Calantha?" Tania memandang Alex dengan tatapan yang penuh harapan. Tentu saja Tania juga tidak mau dipanggil kesekolah bersama dengan orangtua-orangtua murid yang anaknya memiliki keterbelakangan akademik.

Caca segera mengangguk. Bagaimana mungkin ia tidak menyetujui ide brilian seperti ini. "bagus, kalau kanu masih remidial Mama akan membuat kamu mengikuti les matematika,"

"kalau begitu, aku juga akan menghukum Alex kalau nilai Caca tidak tuntas. Bukankah ini membuat kalian lebih serasi? Lagi pula kalian bertunagan, seharusnya ini menjadi masalah kalian berdua, bukan hanya Calantha." Tambah Clarissa.

Alex menggeram dalam hati, tentu saja gadis itu sebenarnya sangat pintar. Tidak mungkin orang bodoh melakukan hal seperti ini. Sial. Bahkan ia baru saja menyudutkan seorang Alexander Reeham.
.
.
.

Seperti biasa, para orangtua akan membiarkan anak-anak mereka pulang dengan mobil yang terpisah.

Seharusnya memang ada Iel diantara mereka, tapi sepertinya pria itu terlalu sibuk. Tidak apa-apa, lagi pula ini lebih baik untuk Alex. Ia tidak perlu berpura-pura didepan keluarganya.

"ke rumah gue, tiap pulang sekolah. Dua jam sehari lo les mtk sama gue."

Sial, bukanya menolak gadis itu malah tersenyum lebar, "Kalimat terpanjang Alex habis marahan sama Caca hihi."

"gila,"

Caca tentu saja mendengar umpatan Alex. Tapi lagi-lagi gadis itu tersenyum. Ia senang, setidaknya Alex sudah berbicara kepadanya. Dan untuk beberapa hari kedepan ia juga akan menghabiskan banyak waktu dengan Alex. Meskipun untuk belajar, Caca rela, yang paling penting adalah Alex. Entah sejak kapan seorang Calantha Aldenate menjadi seorang budak cinta.

"Le, ngajarin Caca nggak gampang tau, Caca tuh kalau nggak suka ya nggak suka."

"kalau gitu harusnya gausah cari muka."

Gadis itu hanya mengangguk. "Masih marah ya sama Caca?"

Sepertinya iya. Tidak ada jawaban, pria itu kembali diam, membuat acca harus menghela napasnya lebih panjang.

"Turun."

Caca menolehkan kepalanya, lalu gadis itu menepuk keningnya sedikit keras.

Coba saja pria disebelahnya bukan seorang Alexander Reeham yang membuatnya terpesona. Tentu saja Caca tidak akan memandang pria itu sedalam ini sampai ia tidak sadar bahwa mereka sudah sampai sejak beberapa menit yang lalu. "Lele, ganteng."

##

"iya beneran. Awalnya Caca pikir dia bohong gitu sama Caca. Ternyata beneran. Apartemen sama mobil Alex bakal disita kalau Caca remidial," Caca berujar heboh didepan layar ponselnya.

wajah gadis itu merah padam, menceritakan wajah konyol Ketua OSIS mereka mengancamnya dengan nada panik. "katanya gini, 'kalau lo remidial gue jual lo buat beli apartemen sama mobil.' Haha! Keliatannya kaya tapi mau jual Caca."

Sherina mencibir Caca, "Gila kasihan masa depan Gue. Belajar deh Ca, Kasihan Alex jadi gembel."

Caca melihat Lisa mengangguk menyetujui ucapan Sherina. "Parah lo Ca, anak orang itu."

"iya-iya, ini Caca juga mau belajar kok. Lagi nungguin Alex mandi. Lama banget.. lebih lama dari Caca. Kita VC udah lebih dari lima belas menit eh dia belum selesai." protes Caca.

"udah siap buku lo?" Suara Alex yang tiba-tiba merasuki pendengarannya membuat Caca melemparkan ponselnya dengan spontan.

"Astaga hp Caca.." Gadis itu malah menatap garang ke arah Alex. "kok kamu ngagetin?!"

Alis Alex bertaut mendengar pernyataan--- dan pertanyaan gadis itu. Makanya gausah gibahin gue. Mampus lo kaget. Ucapnya dalam hati.

"Hp Caca astaga..."

Alex tidak menghiraukannya, pria itu mulai membuka buku catatan Caca. "Catatan?"

"itu kamu pegang, ganteng."

Alex menghela napasnya berat. Bicara dengan makhluk asing memang sulit. Sebagai manusia tentu saja ia harus lebih sabar. "Buku lo kosong." ucapnya penuh penekanan.

Caca mengangguk menyetujui ucapan Alex. "iya kosong. Makanya kita nyatet kan hari ini?"

Alex hanya bisa menggeram frustasi. Sudah cukup. Alex yakin akan lebih mudah untuk menjual gadis di sebelahnya ini dari pada bersusah payah mengajarinya.

"Kenapa?"

Pria itu kembali tidak menjawab. Ia melemparkan buku setebal 200 halaman dan mengucapkan sebuah kalimat yang begitu mematikan. "hapalin."

"gila, nggak bisa lah banyak banget.." tolak Caca mentah mentah.

"salah lo. Sebelum PAS harus hapal semua."

Caca tetap menggeleng. Jika itu hapalan materi besok lusa juga pasti ia sudah hapal. Masalahnya adalah buku ini berisi rumus. Dan Caca tidak menyukainya. "Nggak bisa."

Alex memutar bola matanya jengah. Ia tahu gadis itu bisa-bisa saja. Masalahnya adalah ia tidak akan mencoba. "demi gue?"

Caca mengerikan keningnya. "demi Alex?"

Tentu saja pria itu segera meralat ucapannya, "demi mobil sama apartemen gue."

Alex dapat melihat gadis itu meletakkan tangannya di dagu. Seperti menimang-nimang pernyataan Alex.

"em.. Kalo Caca hapal, Caca nggak remedial. Alex bakal maafin Caca? Berhenti diemin Caca?"

Sebenarnya Alex sangat tidak setuju. Ia malah berurusan dengan gadis seperti Caca yang terlalu heboh. Tapi apa boleh buat. Saat ini lebih baik mengiyakan semua ucapan gadis itu.

=C=

littlerain, 22 04 20









CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang