Saat ini seorang Calantha Aldenate sedang menjadi tontonan karena menjemur dirinya di bawah terik matahari pagi. Ya, meskipun memang sehat, tapi ini adalah salah satu hal yang sangat langka di Trinity.
Senakal apapun anak itu, hukuman menjemur diri menghadap tiang bendera sangat langka untuk didapatkan. Apalagi, saat ini bel istirahat baru saja berbunyi sehingga para siswa dapat melihat kedua mata Caca sedang sembab. Entah karena apa, yang pasti ia tidak terima dengan ucapan Ms. Anita.
Caca segera membalikkan tubuhnya ketika ia melihat Lisa datang bersama Alex dan teman-temannya.
Ia tersentak ketika merasakan seseorang menarik pergelangan tangannya dengan kuat. Begitu mendongakan kepala matanya langsung bertabrakan dengan iris mata Alex.
Gadis itu langsung menangis sejadi-jadinya. "Alex gila! Jahat banget. Coba aja tadi pagi bilang itu buku miss Anita. Caca nggak bakal sun burn."
Alex hanya mengeriyitkan matanya.
"gue udah bilang, lo aja yang nggak ambil.""Kan Caca nggak paham! Kalau ngechat yang bener. Hiks, kulit Caca perih!" ucap gadis itu sesunggukan.
"udah bagus gue tolongin."
Caca segera beranjak dari hadapan Alex. Ia memeluk erat tubuh Lisa.
"Lo kenapa sih Ca?" tanya Lisa sambil mengusap-ngusap kepala Caca.
Semua orang juga memandang heran kearah Caca. Tidak biasanya gadis itu menangis seperti ini. Sedangkan gadis itu menggeleng kan kepalanya kuat kuat. "nggak tau! Orang-orang nyebelin!"
Alex kembali menatap manik mata gadis itu lekat-lekat. "gue juga nyebelin?"
"iya!" balasnya galak dengan wajah yang masih memerah, bekas tangisannya tadi.
"gue yang bantuin lo, lo bilang nyebelin?"
Caca kembali menggerakkan kepalanya secara vertikal. "IYA! udah dibilang nyebelin ya nyebelin. Gara-gara kamu Caca di jemur di lapangan! Orang-orang juga ngapain liatin Caca!"
Alex tidak menanggapi ucapan gadis itu. Ia menyidorkan air tepat didepan wajah Caca. "minum dulu."
"nggak mau, nyebelin."
Ken yang sejak tadi gemas melihat tingkah Caca mencubit hidung gadis itu. "kenapa sih lo adek gemes?"
"Nggak usah pegang-pegang!" ucapnya galak sambil menyingkirkan tangan Ken dari wajahnya.
Ken mengangkat tangannya diatas kepala. "Tau ah, pms ya lo?"
Pertanyaan Ken membuat Caca semakin kesal gadis itu menutup telinganya rapat-rapat. "berisik. Minggir deh Caca laper mau makan."
Alex yang sudah tidak tahan dengan kelakuan Caca memilih untuk menyingkir dari gadis aneh itu.
"gue udh jelasin ke miss Anita. Temen sekelas lo juga nyuruh dia minta maaf."Tidak ada sahutan dari Caca. Tapi persetan dengan itu, Alex masih menyayangi indra pendengarannya.
"Nanti pulang bareng. Gue anterin lo ke Ms. Anita dulu biar masalah lo kelar."Setelah Alex benar-benar pergi Caca baru mengeluarkan suaranya. "Lis! Sumpah dia ngajakin pulang bareng."
"Lo kenapa sih, Ca? Beneran pms ya? Moodswing lo enggak banget."
Lisa semakin heran ketika melihat Caca menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Sungguh, Lisa tidak mengerti temannya ini mood swings atau bipolar.
##
Caca memperhatikan Alex yang sedang menelaah soal quiz fisikanya lekat-lekat.
Moodnya berubah drastis ketika tadi Alex membelanya mati-matian didepan Ms. Anita. Menurutnya, Alex begitu keren saat berdebat. Seperti ada aura kepemimpinan yang sangat amat berwibawa. Tuhan, Caca tidak kuat jika harus membayangkannya.
"Lo bego banget?"
Alis Caca bertaut mendengar pertanyaan pria itu. "kok tiba-tiba?"
Alex menghela napasnya kasar. Entah gadis didepan ya ini terlalu polos atau terlalu naif, ia juga tidak paham. "dia belum ngasih materi, lo udah disuruh ngerjain. Mau banget dibegoin guru."
Tentu saja Caca tercengang mendengar penuturan pria itu. Jadi dua soal yang sulit tadi memang bum diajarkan? Caca pikir ia tertidur makanya tidak mengerti cara mengerjakannya.
"Berarti Caca pinter dong?" tanya Caca sambil tersenyum salah tingkah.
"kok bisa? Begolah. Mau-maunya dihukum, pake nangis segala." sinis Alex membuat Caca sedikit kesal.
"tapi yang Caca kerjain bener kok, pinterkan?" tanyanya lagi.
"Lo males."
"ck. Jadi pinterkan?" tanya Caca untuk ketiga kalinya karena Alex terus memberinya jawaban yang tidak sesuai.
"lumayan."
Tiba-tiba saja Caca mengerucutkan bibirnya. "tapi Caca remed. Dihukum, diliatin murid lain, apa lagi adek kelas ngeselin liat-liat. Nanti kalau papa tau gimana?"
"nanti gue yang jelasin." balas Alex santai. Membuat Caca tersenyum tulus kearahnya. "makasih.""Jangan kek bocah, gampang nangis." ucap Alex sambil mencarikan soal-soal latihan untuk dikerjakan Caca.
"tadi kesel banget" Caca mengembungkan pipinya. Tidak lama tangannya terulur menarik tangan Alex dan menaruh tangan pria itu diatas kepalanya. "kalau cewek kesel itu di giniin. Bukan diajak bertengkar." ujarnya sambil menggerakkan tangan Alex mengusap kepalanya.
Alex menghentikan aktivitasnya. Ia menatap manik mata gadis itu. "lo aneh banget."
....
Akward.
Caca segera mengembalikan tangan Alex keposisi semula. Sedangkan pria itu berdeham untuk mencairkan suasana canggung mereka.
"gue lupa. Nyokap gue ultah besok lusa." ucap Alex sambil kembali fokus ke buku bacaannya.
"terus?" tanya Caca tanpa memandang pria itu. Sial saat ini Caca benar-benar malu, bagaimana mungkin ia melakukan hal sebodoh itu.
"bilangin bonyok lo, kali aja mereka belum tahu."
Caca mengangguk paham. "Caca juga diundang?"
"enggak." balas Alex sambil menahan rasa kesalnya.
"oh. Oke."
Alex berdecak. Bagaimana ada gadis sebodoh ini. "bego."
"hah? Apa?"
"nggak."
=C=
littlerain, 26 04 20
KAMU SEDANG MEMBACA
CALANTHA [completed]
Teen Fiction[a love story of Calantha Aldenate and Alexander Reeham Soedtandyo] Sometimes love will drive you crazy, do something you can't believe, and make you look like the most stupid people in this universe Calantha means bloom, kamu pernah dengar bunga-b...