CALANTHA -57-

626 29 4
                                    

Keningnya berkerut ketika melihat ekspresi kesal terpampang jelas di wajah Alex.

"Alex nunggu lama?" tanya Caca mencoba mencari penyebab wajah muram pria itu.

"Lo kenal dia?"

"dia?"

Alex tidak lagi menjawab membuat Caca semakin menatapnya bingung.

"Alex kenapa sih? Capek habis rapat? Atau nunggu Caca kelamaan? Jangan bete dong. Caca minta maaf deh kalau kelamaan keluarnya."

Pria itu tetap diam, fokus mengemudi tanpa sedikitpun melirik ke arahnya.

"Le? Maaf tadi Caca kelamaan gara-gara harus..." astaga ia hampir saja keceplosan. "harus.."

"paling ngobrol lo lama." pria itu menyela ucapannya dengan ketus, membuat Caca semakin bingung. Apa kesalahannya sefatal itu?

"ngobrol?"

Hening.

Lagi, tidak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut pria itu.

Merasa lelah, Caca memilih untuk mengganti topik obrolan mereka. "oh ya, yang tadi itu Alatas dia yang--"

Ucapannya kembali tidak dapat diselesaikan karena Alex--orang yang mengaku tidak suka memutar musik didalam mobil karena bising, baru saja memutar audio mobilnya kencang-kencang.

Caca memutar tubuhnya menghadap pria itu. "tadi Alatas--"

Ia terperanjat ketika Alex menambah volume musik, membuat mobil ini benar benar bising.

Tunggu, Caca jadi menyadari sesuatu. Apa Alex kesal karena melihatnya bersama dengan Alatas? Jadi dia yang Alex bicarakan adalah Alatas, dan pria itu juga mengira bahwa ia terlambat karena mengobrol dengan Alatas?

Apakah..

"Alex cemburu ya liat Caca sama Alatas?"

Alex kembali menyalakan musik yang baru saja dimatikan oleh Caca tanpa menjawab, sepertinya pira itu sangat kesal. Tapi, bagaimana bisa seorang Alexander Rehaam cemburu?

##

Aroma obat-obatan menyeruak di hidung Caca, ia hanya duduk di sofa panjang yang sengaja disediakan untuk menjenguk Aksara--kakak Annette. Situasi di rumah sakit menjadi sangat canggung karena Alex masih mendiamkannya.

Salah jika kalian berpikir Caca tidak mencoba. Berbagai cara sudah dilakukan hanya demi mendapat perhatian pria itu. tapi, tetap saja nihil. Tidak sekalipun pria itu menatapnya.

Apa Alex semarah itu? Tapi, kenapa? Ada apa dengan Alatas? Atau ada apa dengannya?

"Oh, lo juga ikut? Makasih ya udah ngejengukin kakak gue," ucapan Annette membuat semua lamunannya terbuyar.

Senyum tipis ia munculkan untuk membalas ucapan gadis itu.

Annette lalu menyingkir, entah apa tapi sekarang gadis itu terlihat membahas sesuatu yang serius dengan Alex.

Hal paling miris adalah, Alex sudah beberapa kali tersenyum, tentu saja bukan kearahnya, tapi ke arah Annette.

Apakah caca membuat pilihan yang salah? Apa mengajak Alex menjenguk kakak gadis itu adalah kesalahan terbesarnya? Atau.. Bertemu Alatas adalah kesalahannya?

Seharusnya tidak. Cara pikir pria itu saja yang terlalu rumit.

"Lo ikut nggak?"

Kepalanya mendongak, ia melihat Alex sedang berbicara dan menatapnya. Jadi pria itu sudah tidak marah? Persetan dengan nada bicara yang sedikit ketus. Alex mau bicara saja sudah bagus.

"kemana?"

"Makan." lagi, pria itu menjawab pertanyaannya dengan ketus.

"dimana?"

Pria itu terlihat memutar bola matanya malas, "kalau nggak mau yaudah."

Kepalanya segera bergerak vertikal, "mau kok, ayo."

Caca pikir Alex akan makan di luar area rumah sakit, karena itu kakinya ia gerakan ke arah parkiran mobil. Ternyata ia salah, kedua anak manusia itu-- Alex dan Annette berjalan ke arah yang berlawanan. Mereka memilih untuk makan di kantin rumah sakit.

Bukannya Caca tidak mau, tapi ia pikir Alex tidak akan pernah mengunjungi tempat itu.

Ia duduk tepat di hadapan Alex, tentu saja karena Annette sudah terlebih dulu duduk di sebelah pria itu.

Bosan diabaikan, jarinya bergarak menyentuh-nyentuh layar ponsel. Kebetulan sekali, ada DM masuk dari Alatas.

Tanpa sadar bibirnya tertarik ke atas membuat lengkungan senyum yang sangat manis, ia tidak melihat tapi Alex sangat kesal saat ini.

Cukup lama dan terlarut dalam obrolannya dengan Alatas, Caca bahkan tidak sadar jika pesanannya sudah disajikan.

"Lo nggak makan?"

Ia tertarik ke dunia nyata setelah mendengar suara Alex.

"Ini Caca mau--" kalimatnya harus terhenti ketika ia menatap ke arah Alex. Pria itu tidak bicara dengannya, melainkan memperhatikan Annette yang sedang mengaduk makanannya tanpa minat.

Malu, kecewa, kesal dan marah adalah kata yang bisa mewakilkan perasaannya saat ini.

Ia mengambil sendok, dengan perlahan tapi pasti suapan demi sapan mulai masuk kedalam mulutnya. Persetan tentang Annette dan Alex, Caca sudah kesal. Lagi pula, ia tidak merasa melakukan suatu kesalahan hingga Alex harus searah ini padanya.

Caca berdiri, meninggalkan kedua orang itu tanpa sepatah katapun. Berharap Alex mengerjarnya? Tentu saja iya, tapi mana mungkin. Pria itu menyebalkan dan akan terus menyebalkan.

"kamu bertengkar sama Calantha?" Annette bertanya sambil menatap pria yang ia sayangi lekat-lekat.

Alex bergumam kecil dan Annette semakin menatapnya lekat. "boleh aku tahu? I think.. Kamu.. Dia.. Ehm."
Annette terbata dalam ucapannya.

Ia menghembuskan napas, lalu memperjelas semuanya. "Aku pikir dia sudah tahu semuanya, tentang.. Keputusan kamu, aku pikir dia tahu. Bukannya seharusnya Calantha tidak cemburu lagi dengan aku? Atau kamu belum--"

Tubuhnya sedikit bergerak mundur ketika Alex membalas tatapannya, ia baru sadar bahwa mereka duduk terlalu dekat.

"gue belum bilang, dia nggak mau tahu dan nggak akan mencoba untuk mengerti. Dia bukan Lo, Annette. Dia anak kecil, yang berpikir bahwa dunia berpusat sama dia."

"tapi, kamu bilang dia yang mau kamu baikan sama aku? Aku pikir--"

Alex mengacak rambutnya kasar, membuat ketampanan pria itu berkali-kali lipat menguar di hadapan Annette.

"she's unpredictable. Jangan coba berpikir kaya dia karena lo nggak akan pernah berhasil, gue aja nggak bisa."

"tapi dia harus tahu, kalau kamu sudah nentuin keputusan kamu, ini penting, lex. Dia harus paham, harus mau mengerti dan harus berhenti bersikap seperti ini."

Annette benar, diam tidak akan mengubah dan menyelesaikan apapun, suka tidak suka, mau tidak mau Alex harus berbicara dan menyelesaikan semuanya.

Alex berdiri dari tempat duduknya, "gue balik. Secepat mungkin gue bakal kasih tahu dia."

=C=

littlerain, 20 05 20

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang