CALANTHA -18-

752 49 48
                                    

Lisa baru saja kembali dari kelas dan ia sudah tidak dapat menemukan keberadaan Caca. Lisa berdecak malas. Temannya itu pasti kembali melakukan hal-hal aneh.

Dengan segera ia menghampiri pedagang jus dan menanyakan keberadaan Caca. "bu Liat Caca ga? Temen saya yang biasanya bikin ribut,"

pedagang itu menganggukan kepalanya mantap "liat neng, tadi habis berantem sama tunangannya. Kayanya sekarang di uks deh, temen eneng bikin pingsan anak orang,"

Gadis itu hanya bisa menggeleng tidak percaya. Bahkan pedagang kantin tahu bahwa Caca adalah tunangan Alex.

Tidak lupa Lisa mengucapkan terimakasih lalu bergegas menuju UKS. Lisa tahu teman bodohnya itu tidak akan ada dalam kondisi yang baik baik saja saat ini.

Di tempat lain Caca hanya bisa menunduk takut ketika Alex menghunusnya dengan tatapan yang begitu tajam. "Lo gila?! Udah berasa jagoan kek mantan lo?!"

Caca tidak menjawab. Lagi lagi ia menusuk telapak tangannya dengan kuku-kukunya yang tajam.

"Lo bisa ga sih sehari aja normal? Gausah gila! Gausah cari gara gara!"

"terus, menurut lo ngaruh nama belakang gue di nametag lo keren?! Semua orang juga tau! Gausah banyak tingkah! Bikin malu tau ga?! Segitu kurang perhatiannya lo Sampe caper kek jablay?"

Demi Tuhan. Caca mati-matian menahan airmatanya agar tidak menetes. Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Alex katakan kepadanya dan semua perkataan pria itu menyakiti hatinya. Caca tidak mengelak bahwa ia melakukan kesalahan, tapi tetap saja perkataan Alex terlalu menyakitkan.

Ruangan itu menjadi sangat hening sejak Alex berhenti berbicara. Gadis itu masih menunduk diam pada tempatnya. Tidak lama pintu UKS terbuka. Caca menolehkan kepalanya. Ternyata itu adalah Lisa. Ia sedikit menghembuskan nafasnya lega. Setidaknya ia tidak sendirian.

Lisa menghampiri Caca dan berdiri tepat disampingnya. "udah panggil dokter?" pertanyaan Lisa hanya dibalas dengan anggukan kecil oleh Caca.

brangkar UKS bergerak membuat semua pangdangan teralih menatap Jenice. Alex menjadi orang pertama yang berdiri dan mengecek kondisi Jenice membuatnya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Lo gapapakan?"

"gapapa cuma shock aja," balas Jenice sambil tersenyum semanis mungkin. Ia semakin muak melihat tingkah kakak kelasnya itu.

Pandangan Alex teralih menatap iris cokelat gelap milik Caca, "minta maaf,"

sedikit terkejut tapi Caca berhasil menetralkan wajahnya. Ia tahu ia salah tapi ia tidak ingin minta maaf kepada Jenice. Gengsi.

Melihat tidak ada tanda-tanda apapun dari Caca, Alex mengulai ucapannya,
"buru minta maaf,"

Gadis itu bersikukuh pada pendirianya, "ga mau"

Alis Alex bertaut mendengar penuturanya "ga mau?"

dengan begitu yakin Caca menganggukan kepala "ga mau."

"Lo buat salah! Minta maaf."

Caca memandang ragu ke arah Lisa tapi gadis itu hanya mengendikan bahu.

Alex mulai mendesis. Sikap Caca yang seperti ini begitu membuatnya kesal. "minta maaf!"

Mendengar penekanan dalam ucapan Alex membuat Caca menghembuskan nafasnya kasar. Ia tidak rela. "sorry,"

Kalimat laknat itu sudah terlontar, tapi anehnya Alex semakin menajamkan pandangannya "yang bener!"

"Jenice Caca minta maaf," setelah itu Caca keluar dan menutup pintu sangat keras diikuti oleh Lisa.

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang