CALANTHA -40-

659 31 3
                                    

Alex berjalan gontai menuju kelas XI MIPA 2, tentu saja tujuannya adalah menemukan seorang Calantha Aldenate. Jangan berpikiran macam-macam karena pria itu hanya mau mengambil mengembalikan jaket gadis itu yang sempat tertinggal di mobilnya.

Sebenarnya bisa saja Alex menyuruh Caca mengambilnya sendiri, tapi ingatan tentang tragedi yang terjadi ketika ia meminta gadis itu untuk mengambil buku fisika di kelasnya masih tercetak jelas di kepalanya.

Lebih baik mengantarkan benda ini dan semua masalah selesai, ketimbang membuat masalah ini menjadi besar yahya karena kebodohan gadis itu.

"kakak nyari Caca ya?"

Alex merasa sangat beruntung ketika seorang adik kelas--- yang tentu saja tidak ia ketahui namanya--- sudah memahami tujuan kedatangan pria itu.

"gue panggilan bentar." kata Bryan yang langsung mendapat anggukan dari Alex.

"WOY CA! DICARI TUNANGAN LO." Bryan berteriak seperti TOA setelah itu pergi tanpa berpamitan dengan Alex.

Sedangkan Alex menghela napas ketika adik kelas tidak tahu malu itu berteriak sangat kencang dan membuat pandangan para siswa terarah kepadanya.

Alex menunggu sekitar sepuluh menit tapi tetap tidak ada tanda-tanda gadis itu akan keluar.

Akhirnya setelah mengumpulkan tekad Alex memutuskan untuk memasuki kelas gadis itu. Tatapan mereka sempat bertubrukan sebelum Alex menaikan alisnya karena Caca lebih dulu memutuskan kontak mata mereka.

"Kak! Stop. Caca nggak mau ketemu." kata Lisa tepat sebelum Alex sampai di samping meja Caca.

Kali ini kening Alex berkerut karena ia tidak dapat memahami ucapan adik kelas, sekaligus sahabat tunangannya.

"Caca nggak mau ngomong." Lisa berucap dengan tegas mencoba menjelaskan kondisi Caca kepada kakak kelasnya.

"gue nggak butuh ngomong sama dia, mau balikin ini." Alex berkata dengan santai sambil mengangkat tangan kanannya yang menenteng jaket gadis itu.

Caca yang merasa nada bicara Alex sangat menyebalkan segera membalas ucapan pria itu. "Nggak mau apapun yang habis dari mobil Alex yang platnya D 2308 BU."

Alex semakin bingung mendengar ucapan gadis itu. "maksud lo?"

Lisa yang mengerti bahwa Caca tidak ingin menjelaskan segera mengambil alih tugas sahabatnya.

Flashback.

Trinity 6.50 A.M.

Lisa menarik lengan Caca dengan sangat kasar menuju lapangan parkir di belakang sekolah. Tarikan Lisa sangat kencang hingga Caca harus berjalan terseok-seok.

Awalnya Caca terus merutuki kelakuan sahabatnya itu, tapi setelah melihat apa yang gadis itu tunjukkan Caca segera mengganti objek rutukannya.

"kok Lisa bisa tau?!" tanya Caca setengah menggeram menahan emosinya ketika ia melihat seorang Jennifer Annetta turun dari mobil tunangannya.

"ada, lah. Gue nggak sengaja lihat, awalnya gue kira itu lo, terus pas gue masuk ternyata lo udah di kelas." Lisa menjelaskan kepada Caca.

Caca kembali menggeram ketika melihat Alex menunggu Annette agar mereka bisa berjalan bersebelahan.

Dengan kesadaran penuh Caca kembali merutuki pria yang berstatus sebagai tunangannya itu.

"dasar nyebelin, sok ganteng, sok keren. Emang Alex kira---Au. apaan sih lo, Ca?!" Lisa mengeluh ketika ia harus berhenti menjelaskan karena merasakan Caca mencubit lengannya.

"Lisa cerita kebanyakan, yang bagian itu nggak usah. It's only between us." Caca berbisik tapi Alex masih dapat mendengarnya.

Jujur saja sekarang Alex merasa sangat kesal dengan sifat kekanakan gadis itu. Ingin rasanya melemparkan jaket dang langsung pergi dari hadapan Caca. Tapi entah kenapa sebagian kecil dari dirinya merasa bahwa ia harus membuat segalanya menjadi jelas.

"ikut gue."
.
.
.
Caca dan Alex hanya duduk saling bertatapan di dalam ruang OSIS. Caca juga tidak tahu kenapa Alex mengajak---menyeretnya kesini.

"udah bel." kata Caca takut-takut kalau pria dihadapannya ini tersinggung karena dikatai 'sok ganteng, sok keren' oleh Lisa--yang sebenarnya hanya mengulangi perkataannya.

"gue tahu, makanya kita disini. Biar kalau ketauan gue bisa pura-pura marahi lo." jelas pria itu panjang lebar.

"pura-pura?"

Alex tidak menjawab, ia malah mengatakan hal yang tidak pernah Caca harapkan dari pria itu.

"tadi Annette telepon gue karena mobil dia mogok. Dia belum dapet supir, gue udah nolak cuma dia bilang butuh banget tebengan karena Gio lagi ngejemput rebecca."

Caca yang mendengar penjelasan pria itu hanya bisa mengerucutkan bibir. "tapi Caca juga mau dijemput."

Lalu gadis itu kembali berkata, "Terus kenapa Alex nungguin dia biar jalan sebelahan?"

Astaga Caca benar-benar terlihat seperti pacar yang posesif saat ini, tapi persetan. Ia adalah tunangan yang posesif.

"Lo mau gue nggak jadi gentleman Karna ninggalin dia dibelakang." Alex mencoba sesabar mungkin menjelaskan situasinya kepada gadis itu.

Caca mengembangkan pipinya, lalu ia berkata seperti anak lima tahun yang iri karena temannya memiliki balon sedangkan ia tidak. "tapi lele gitu sama Caca."

"gitu gimana?" tanya Alex karena ia tidak memahami ucapan Caca yang sepertinya tengah merajuk.

"Gitu! Ninggal-ninggal Caca dibelakang. Katanya gentleman."

"cuma sama lo." Alex mengatakannya dengan santai seperti tanpa beban. Pria itu tidak memperkirakan bagaimana wajah Caca akan bereaksi dengan ucapannya, tentu saja merah, sangat merah bahkan.

Caca segera memutus kontak mata mereka lalu mengatur napasnya baik baik. Sungguh, Alex yang seperti ini sangat berbahaya bagi kesehatan jantungnya.

"yaudah makasih jaketnya." kata Caca mengalihkan pembicaraan mereka.

Tangan Caca sudah bergerak akan mengambil jaket itu dari tangan Alex sebum pria itu menjauhkan jaket itu dari jangkauannya. "tadi lo bilang nggak mau. ini punya gue."

Sontak mata Caca melebar mendengar ucapan pria itu. "enak aja itu mahal."

Lagi pula Alex tidak akan cukup memakainya, bagaimana jika jaketnya malah diberikan kepada Annette.

"makanya kalau ngomong dipikir." kata pria itu sambil menatap manik mata Caca. Membuat gadis itu kembali salah tingkah.

"Lele," tiba-tiba saja Caca berjinjit lalu memeluk Alex. "makasih buat penjelasannya." setelah itu Caca berlari keluar ruang OSIS meninggalkan Alex yang bergelut dengan pikirannya sendiri.

Alex segera menatapkan kepalanya ke tembok setelah menyadari apa yang baru saja ia perbuat.

"lo ngapain Lex. Bego. Ngapain dijelasin. Bego lo jadi orang." pria itu berkali-kali merutuki dirinya sendiri.

Hari ini, untuk pertama kali seorang Alexander Reeham kehilangan kendali atas dirinya karena seorang gadis kekanakan yang begitu cemburuan.

=C=

littlerain, 04 05 20

CALANTHA [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang