"Torao-san, kau yakin akan menyerahkan Caesar padanya? Aku rasa itu jebakan. Aku merasa jika ia sedanh merencanakan sesuatu dibalik ucapannya tadi. Jujur saja, aku tak bisa percaya begitu saja apalagi kita tau kalau dia orangnya seperti itu."
Ucapan Akara membuat semuanya menoleh.
"Rencana?"
Ia mengangguk.
"Akan ada pihak lain yang terlibat jika kau dan Robin membawa Caesar menemuinya nanti dan kalian akan di buat kewalahan, kalau tidak salah dia salah satu Admiral. Humm ... Kalau tidak salah Ra .. Tora ... Fura ... Dupa ... Siapa sih, ish."
"Ikan tongkol? Cupang?" celetuk Luffy.
"Ikan tongkol sama ikan cupang gigi lu gondrong. Goblok banget kampret, jangan asal aja tolol!" balas adiknya sebal.
"Fujitora, maksudmu?" ujar Law membenarkan ucapan gadis itu yang selalu salah sedari tadi.
Ia merasa lucu ketika melihat Akara yang sebal karena tak pernah benar menyebut nama salah satu petinggi di Angkatan Laut sama seperti sang kakek. Dia benar-benar menahan tawa ketika gadis itu menbalas ucapan kakaknya dengan sebal saking geramnya dia.
"Nah iya, dia! Dia akan terlibat perang segitiga antara kau sama Doffy nanti. Yakin?"
Lelaki itu diam sejenak.
"Tapi kurasa kita harus tetap menjalankan rencananya, apapun resikonya nanti akan ku tanggung."
Ia mendengus. Lalu menendang pelan tulang kering Law. Karena resiko yang akan terjadi nanti adalah lelaki bermata sayu yang berada di hadapannya saat ini akan menjadi tawanan nanti.
"Terserah padamu sajalah, bapak ahli rencana. Tapi kalau kau sampai babak belur jangan salahkan aku kalo aku auto menceramahimu nanti ya setelah kita semua berhasil menyelesaikan masalah ini. Soalnya kau bakal di buat babak belur parah nanti."
Semua meringis, mereka anti mendengar ceramah Akara soalnya, seluruh rekan termasuk sang kakak hanya bisa menggelengkan kepala dengan tingkahnya.
Dressrosa ya? Sepertinya bakal ketemu seseorang, dan aku seperti rindu berat dengannya. Siapa?
***
Kini mereka sudah tiba di Dressrosa. Semuanya bersorak dengan semangat '45 saking merasa tertariknya mereka dengan suasana kerajaan dengan nuansa jaman dulu ini, terutama Colosseum Corrida yang terletak tak jauh dari area pusat kerajaan.
"Hei, aku berkeliling duluan. Aku akan berteleportasi ke tempat masing-masing dari kalian nanti jika ada sesuatu serta seberapa informasi penting yang berhasil aku kumpulkan sama seperti di Punk Hazard. Sisanya aku serahkan kepada kalian."
Sebelum bergerak, sang kakak kontan meraih tangan sang adik dengan cepat sebelum ia berjalan menjauh dari semua nya.
"Aku ikut denganmu!" rengeknya, membuat Akara menjelit ke sang kakak.
"Kita ke sini buat menghancurkan bisnis buah setan buatan sama mengalahkan Doffy, bodoh! Bukan buat main-main ta—"
Ucapannya terpotong ketika ia mendadak terdiam saat ini, Akara merasakan sesuatu yang tak asing sehingga ia menemukan jawabannya hanya dalam hitungan detik saja seperti biasanya tanpa terduga.
"Luffy, kau ikut denganku sekarang. Ada sesuatu yang bersangkutan dengan Ace disini."
Luffy kontan mengernyitkan dahi, begitupun yang lain yang memasang ekspresi sama saking penasarannya mereka dengan apa yang Akara bicarakan saat ini. Apa lagi ia mendadak menyinggung sesuatu tentang Ace padahal kakak dari keduanya itu sudah meninggal dua tahun yang lalu ketika peperangan di Marineford.
"Maksudmu apa, Akara-chan?" tanya Nami.
"Mera Mera no Mi."
Semua kaget, mereka tau jika buah itu tertuju dengan kekuatan Ace ketika ia masih hidup dikala mereka semua sempat bertemu dan berangkat bersamanya sesaat selama di Alabasta dulu selama beberapa hari disana. Lelaki itu berkata jika ia sudah menjadi pengguna buah setan setelah ia bergabung dengan Bajak Laut Shirohige kala itu.
"Doffy menggunakan buah itu untuk memancingmu bertanding ke Colosseum nanti dikala pendaftarannya dibuka karena dia memang tau Luffy akan tertarik dengan buah itu mengingat buah itu merupakan kenangan dari Ace yang dimana kami memang tak ingin seorang pun memilikinya tanpa seizin kami selaku saudaranya. Kalian, urus yang lain sesuai rencana, aku akan membawa Luffy ke Colosseum untuk mengurus pendaftarannya nanti. Dan ingat, jangan gunakan nama asli kalian atau kalian akan merusak rencana yang sudah kita susun kemarin-kemarin bareng Torao-san!"
Gadis itu pergi bersama Luffy meninggalkan yang lain, dan sekarang mereka sudah berada di Colosseum dengan penyamaran mereka yang sudah dikenakan semenjak masih di kapal jadi mereka sudah tau baju yang dikenakan satu sama lain.
Akara juga mengubah cara berpakaiannya saja namun masih mengenakan celana panjang seperti biasa serta menyanggul rapi rambut panjangnya, ingin bergaya tomboy tapi dia harus menyesuaikan diri dengan cara berpakaian yang ada di Dressrosa jadi ia tak bisa seenaknya sekarang, tak lupa kacamata berbingkai yang lensanya sedikit gelap.
Sesuai dugaan awal Akara tadi, Doffy membuat pengumuman perihal pertandingan yang hadiahnya adalah buah Mera Mera di monitor besar yang terletak di beberapa titik di area Dressrosa saat ini.
"Sesuai dugaanku, ingat pesanku ya. Namamu adalah Lucy sebagai nama samaran, jangan lupakan itu! Aku akan mengurus beberapa hal disini selain mempelajari kondisi kerajaan seperti di Punk Hazard. Fokus pada pertandingan kecuali semuanya dalam keadaan terdesak yang mengharuskanmu keluar arena nanti, tapi tenang saja, akan ada orang yang membantumu untuk mengurus peninggalan Ace. Jangan lupa! Atau ku bunuh kau kalau sampai lupa!"
Luffy mengacungkan jempol lalu mendaftarkan diri sesuai saran sang adik tanpa ada yang terlewatkan sedikitpun sehingga gadis itu bisa menarik nafas lega sekarang. Setelah selesai mendaftar dan dia masuk kedalam, Akara mulai berjalan dengan santai mengelilingi kerajaan sembari menggali informasi selama berjalan dengan sendirinya dalam diam tanpa harus bertanya ke semua orang yang ada disekelilingnya, atau ia akan membuat masalah akibat kecurigaan yang timbul dikala ia bertanya dan tak sengaja menyinggung hal-hal yang sangat sensitif mengenai tempat ini.
Setelah lumayan lama berjalan seorang diri, sampai dimana ketika langkahnya terhenti didepan sebuah rumah makan dan menatap kearah dua sejoli yang pakaiannya ia kenali, terutama yang laki-laki.
Gadis itu membeku ketika menyadari siapa lelaki itu biarpun ia menggunakan kacamata dengan lensa gelap guna ingin menyamar namun tetap saja dandanan serta berpakaiannya itu sudah menjadi ciri khas sejak mereka masih kecil jadi wajar saja kalau Akara tau siapa pengguna baju tersebut, membuat yang diperhatikan merasa sedikit risih lalu menoleh ke arah darimana asal tatapan tersebut, dan ia juga sama kagetnya ketika gadis itu melepas kacamata nya sesaat.
Lelaki jangkung berambut blonde itu mendadak langsung berdiri dari tempatnya duduk lalu melompat turun sehingga membuat lawan bicaranya terkejut dengan aksinya, dan berfikir jika dia akan kabur tanpa membantu membayar jumlah bon makanan mereka namun ternyata salah. Ia menyadari bahwa ada seseorang yang sangat disayanginya berdiri tak jauh dari tempat mereka makan saat ini.
Setelah turun dan berlarian menuju ke arah sosok yang berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk, ia kemudian langsung menarik Akara kedalam pelukan nya dengan perasaan campur aduk yang tak bisa di ungkapkan. Gadis itu pun membalas pelukannya erat saking rindunya ia dengan sosok yang selalu memperhatikannya dengan baik selama mereka bersama dalam beberapa bulan sebelum sosok itu berpisah darinya dan Luffy dulu.
"Akara!" ujarnya tertahan sembari menahan tangisnya, lain halnya dengan gadis berbadan kecil yang tengah ia peluk saat ini.
Dia benar-benar menangis dengan suara yang ditahannya dengan susah payah. Berusaha tidak mencuri perhatian orang-orang disekelilingnya saat ini.
"Sabo!"
Tangisannya menjadi, Sabo menenangkannya berulang kali dengan air mata yang masih berlinang sama seperti saudarinya.
Mereka sama-sama menenangkan diri sesaat sebelum Sabo memutuskan untuk mengajak Akara ngobrol sembari mengenalkannya kepada sosok rekan yang menunggunya di meja makan saat ini.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Akara's Journey [One Piece x Original Char]
Macera"Dia adalah adik perempuan kami!" Lima kata penuh makna, berarti dan sangat berharga, itulah yang dirasakan oleh sosok kecil Shirayuki Akara yang saat ini sudah beranjak remaja. Dilindungi dengan tiga orang kakak laki-laki yang senantiasa berada dis...