1

4.6K 351 16
                                    

"Ace, Luffy, Sabo! Kalian mau kemana?"

Suara cempreng nan lembut dari bocah perempuan berusia empat tahun bersurai biru langit menahan ketiga bocah laki-laki yang dua diantaranya berusia sepuluh tahun dan satunya lagi berusia tujuh tahun.

Ketiganya menoleh dan menatap sayang ke arahnya.

"Kami cari makanan dulu, bisa-bisa Dadan ngamuk kalo nggak cepet-cepet nyari jatah makanan. Kau mau sesuatu, Akara?" tanya si anak tertua dari keempatnya, Ace.

Bocah kecil itu mengembungkan pipi sembari mengerucutkan bibir khas anak perempuan kecil seumurannya.

"Aku cuma mau ikut kalian, nggak lebih." rengeknya halus.

Anak lelaki bersurai kuning sedikit ikal kemudian berjalan mendekati Akara lalu berjongkok dihadapan gadis kecilnya itu.

"Kami mau, tapi kalau kau kenapa-kenapa, gimana?" tanyanya khawatir.

"Kan ada kalian." ocehnya tanpa berpikir panjang lebar.

"Ajak aja! Berempat lebih asik!" sosor bocah lelaki berusia tujuh tahun, Luffy.

"Dasar bocah badung, adik perempuan kita ini cuma satu dan dia masih empat tahun! Kau tidak berpikir kalau dia lebih mudah untuk diincar sama monster yang ada dihutan hah!? Dasar adik sialan!" omel Ace lalu menabok kepala Luffy.

"Benar, Luffy. Akara juga masih kecil. Dia satu-satunya saudari kita, aku khawatir. Dadan dan yang lain pasti juga berfikir sama."

Akara yang mendengar penolakan itu mulai mewek, ia tak ingin menangis tapi keinginannya untuk tidak berada jauh dari ketiga kakaknya itu malah ditolak oleh kakaknya sendiri, memang ia masih kecil, dikhawatirkan.

Tapi ia lebih khawatir lagi jika kakaknya pulang dalam keadaan luka-luka tanpa ia ketahui sebab dan muasalnya. Memang sudah diberi penjelasan, tapi ia masih kekeuh gitu.

"Aku mohon ..." rengeknya, masih menahan tangis.

Ace dan Sabo yang melihat itu tidak tega kalau adik perempuan mereka menangis karena ulah mereka. Lain halnya dengan Luffy yang hanya sibuk nyengir karena melihat Akara sama keras kepalanya seperti dirinya.

Kedua kakak sulungnya yang seusia itu dan hanya beda usia dua bulan pada akhirnya mengalah, Ace mengkode pada Sabo agar ia menjaga adik perempuan mereka itu.

"Aku jaga Luffy, kau jaga Akara selama kita berpergian. Bagaimana, Sabo?"

Sabo nampak berpikir sejenak dan menimbang-nimbang sembari mengetuk dagunya pelan beberapa kali, akhirnya ia mengangguk dan menyetujui permintaan Ace.

Ia menoleh pada Akara.

"Ayo, kau jalan denganku, nanti biar aku gendong kalau kau lelah atau ada sesuatu hal lainnya. Mau? Nanti kalau lelah ngomong ya?"

Mendengar itu, mata Akara seketika berbinar, ia langsung menghapus air matanya dan mengangguk semangat.

"Mau!"

Ketiga kakaknya menatapnya bahagia, mereka memang senang melihat Akara tersenyum seperti ini.

Ya, satu-satunya saudari kecil yang mereka miliki.

Memang, keempatnya tak punya hubungan darah, masing-masing dari mereka lahir dari orang tua yang berbeda, namun siapa sangka pada akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi saudara dengan bertukar cawan sake yang mereka curi dari Dadan tepat di hari pertama Akara pindah dan tinggal di tempat para bandit gunung ini.

Akara's Journey [One Piece x Original Char]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang