53

545 56 5
                                    

"Aku akan memulai bahasan kita tentang penyelamatan rekan kita, Bartholomew Kuma. Dan terima kasih kepada Inazuma yang sudah membawa tim bala bantuan tepat pada waktunya, terima kasih juga kepada dua adikku yang sudah berniat membantu di sini. Maaf sebelumnya karena harus melibatkan kalian lagi di peperangan kali ini padahal kalian baru saja usai bertarung dengan dua Yonkou sekaligus seorang samurai terhebat di Wanokuni tiga minggu lalu. Mengingat kami sudah pasti tidak akan bisa menyelesaikan semua ini tanpa ada bantuan lebih walau rencana sudah matang, maka dari itu kami meminta bantuan dengan Bajak Laut Topi Jerami, Bajak Laut Hati, serta Kapten dari Bajak Laut Kid."

Pandangan lelaki itu mengarah ke rombongan yang ia maksud, lalu tersenyum.

"Jika kalian merasa keberatan berada di sini, silahkan angkat bicara."

Akara mengangkat tangan, membuat semua pandangan tertuju ke arah tangan kecilnya.

"Boleh aku ikut berdiri di dekatmu? Ku rasa aku mulai merasakan sesuatu dari rencana yang akan di jalankan jadi aku bisa bantu menyimpulkan kembali seluruh rencana yang sudah di buat oleh tim Pasukan Revolusioner, dimana aku berniat dan bermaksud untuk mengantisipasi segala kekacauan yang akan terjadi disini tanpa bisa kalian duga sama sekali, kalian tau maksudku. Bukan berarti aku akan merombak rencana seenaknya tanpa persetujuan yang lain setelah rencana ini dibentuk dan disusun sebelum kami tiba. Boleh?" tanyanya.

Semua hening sejenak, melihat seluruh tatapan yang mengartikan setuju, Sabo akhirnya mengangguk dan mengkode kepada Akara untuk berdiri tepat disampingnya sekarang.

Akara berjalan dan tubuh kecilnya kini tengah berdiri dengan tenang disamping sang kakak tanpa protes ketika lelaki berambut blonde itu kembali menjelaskan semua rencananya sembari merasakan hawa di seluruh penjuru Reverie, kemudian ia secara tidak sengaja justru bergidik ngeri yang membuat seluruh pandangan yang awalnya berfokus kepada Sabo langsung menoleh padanya.

Sabo kemudian menoleh ke arah adiknya.

"Ada apa? Terjadi sesuatu?" tanyanya khawatir.

"Mereka tau kalau kita memang masih bersembunyi di area Reverie setelah kau ketahuan kemarin. Dan sial nya lagi ya, rombongan CP 0 berhasil menemukan tempat persembunyian ini, karena mereka berhasil merasakan hawa keberadaanku ketika aku mengaktifkan Kenbunshoku ke seluruh titik penjuru Reverie barusan, ditambah aku tidak menyembunyikan hawa keberadaan kita semua secara menyeluruh karena dengan berkumpulnya kita disini, hawa kekuatan jadi meningkat drastis terutama diriku. Aku tak menyangka jika kekuatanku justru sedikit berlebihan ketika aku menggunakannya barusan akibat pertarungan kemarin jadi belum bisa ku kontrol dengan baik mengingat emosiku masih belum stabil sampai hari ini. Maafkan aku." jelasnya.

Akara mendongakkan kepala lalu ia segera menyelubungkan pelindung mengelilingi semuanya tanpa terkecuali saat ini, pada detik ketiga, dinding di atas tempat persembunyian mereka seketika runtuh. Membuat semuanya histeris dan terkejut, namun gadis itu berdecak kesal karena mengingat jika sosok yang ada di hadapannya saat ini memiliki aura yang sangat familiar sama seperti ketika Luffy melawan musuhnya yang merupakan salah satu anggota CP 9 kala itu ketika mereka semua sudah berdiri di hadapan seluruh anggota gabungan antara Bajak Laut dan Pasukan Revolusioner saat ini.

"Kau ... Rob Lucci, kan? Mantan anggota CP 9 di pemerintahan sebelumnya dan mengalami kegagalan di misi tersebut ketika menjalankan tugas kalian dua tahun lalu di Enies Lobby." tebaknya sedikit cemas ketika Sabo dan Luffy bergerak ke dekat lalu berdiri di belakangnya tadi dari dua sisi ketika dinding tempat persembunyian mereka runtuh.

Mendengar Akara menyebut namanya, semuanya terkejut bahwa lelaki itu merupakan mantan pemimpin CP 9 ketika Robin diambil paksa oleh pihak Pemerintah Dunia saat itu dan rombongan Luffy membakar bendera di markas pusat yang terletak tidak jauh dari area Water 7 kala itu.

Akara's Journey [One Piece x Original Char]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang