35

796 106 6
                                    

Setelah kemarin semuanya sibuk mencecar dirinya dengan segala serbuan akibat harga buronan yang harganya dua kali lipat daripada sang kakak, Akara kini tengah berdiam diri di atas dek kapal dan duduk dengan sebuah buku dihadapannya serta sebuah pena yang ada di tangannya.

Gadis itu baru ingat jika ia punya hutang membuat cerita kepada salah satu penerbit yang kebetulan sahabat baiknya soal petualangan yang Akara alami dan ia memutuskan untuk menulis buku pertamanya sesampainya mereka di Punk Hazard karena untuk satu buku itu lumayan panjang. Ditambah lagi perihal bagaimana mereka bertemu dengan Jimbei yang sekarang menjadi rekan mereka, lalu cerita bagaimana mereka bisa beraliansi dengan Law akibat kebodohan sang kakak yang hanya bisa membuatnya terbahak sekarang.

Dan dibuku kedua, itu akan meliput kejadian nya yang terlibat di Dressrosa hingga Zou. Dibuku ketiga mulai masuknya mereka ke Whole Cake Island hingga sekarang mereka tengah menuju pulau atau tempat selanjutnya, yaitu Wanokuni.

Gerakan tangannya terhenti ketika sebuah tangan menepuk lalu mengelus kepalanya halus, dan ia menyadari sosok tersebut adalah Sanji. Gadis itu tersenyum, memang sosok Sanji yang membawa segelas minuman dingin untuknya, bisa dibilang sekarang semakin tenang semenjak ia berhasil membuat Sora masuk ke tubuhnya ketika di Whole Cake Island, biarpun ketika marah dan sebal ia tak bisa menahan diri seperti biasanya, namun dikala tertentu lelaki blonde itu bisa sangat tenang dan kalem.

"Buat cerita selama perjalananmu mulai setahun yang lalu sebelum ke Sabaody?" tebaknya sembari menarik salah satu bangku yang kosong dan lengang, Akara mengangguk.

"Aku sudah janji dengan salah satu temanku, dia sibuk meneleponku tadi malam sebelum istirahat dan menagih janji nya padaku, makanya aku jadi ngomel tengah malam gara-gara dia. Dasar teman gila, paling tau timing pas lagi nyantai dan dia langsung nyikat nyuruh buat cerita dong, kezel." keluhnya sembari mencebikkan bibir.

Sanji terbahak, ia melihat tangan Akara yang sedang bergerak dengan tulisan yang sangat rapi di atas halaman dan baris demi baris yang ditulis olehnya. Bahkan susunan katanya pun juga bagus untuk penulisan sebuah buku sembari berpangku dagu saat ini, memerhatikan gadis itu dengan seksama yang tengah sibuk dengan kegiatannya sekarang.

"Kau pernah menulis cerita sebelumnya, Akara-chan?"

Ia mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sudah sering sejak setahun aku pindah kesana, sekitar umur dua belas dan itu empat tahun yang lalu. Aku sudah menerbitkan beberapa buku ditengah kesibukanku menitik karir di dunia permusikan, jadi uang tabunganku tetap bertambah biarpun aku sedang cuti bekerja."

"Cuti? Bukannya kau bilang kau berhenti sejak kau memutuskan buat bergabung dengan kami waktu itu, Akara?"

Pertanyaan Usopp membuat gadis itu menoleh ke arahnya ketika si pengrajin yang satu itu berjalan mendekatinya dan Sanji begitupun Robin yang memerhatikan gadis itu dalam diam dari tadi.

"Aku sebenarnya memang berniat berhenti sebelum aku tinggal di Sabaody selama setahun sebelum kita berkumpul, tapi semua perusahaan yang bekerja sama denganku menolaknya. Jadi aku selalu mengirim rekaman suara lewat burung pengantar surat kesana setelah aku merekam suara diwaktu lengang seperti sekarang, termasuk buku-buku yang sudah berhasil aku selesaikan beberapa cerita sebelum cerita yang sedang ku buat sekarang."

"Woah, rajin sekali." lanjut Franky. Gadis itu hanya terkikik.

"Yah ... Mungkin aku juga terbiasa kerja sampai jadwal padat hingga waktu istirahat ku benar-benar tipis kemarin itu, jadi kalau sekarang dibawa istirahat sehari saja rasanya seperti sekarang itu sudah aneh karena setiap tahun tingkahku begitu selama di kota besar itu. Ditambah selama latihan Ray-ojiisan juga lumayan memporsirku." jelasnya lagi.

Akara's Journey [One Piece x Original Char]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang