Sekian hari berlalu sejak mereka kabur dari Reverie dan sudah tiba di markas rahasia milik Pasukan Revolusi. Semua urusan sudah usai, Akara dan tim Topi Jerami akhirnya memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju Laugh Tale, dimana disana terletak One Piece yang merupakan harta peninggalan Raja Bajak Laut sebelumnya yang merupakan ayah dari Ace.
"Kau tidak ingin tinggal sebentar lagi?" tanya Sabo.
Akara cuma nyengir.
"Si bodoh itu sudah tidak sabar ingin melanjutkan perjalanannya lagi setelah kita buat kekacauan di Reverie. Dia pengen cepet-cepet kelarin perjalanan biar bisa jadi Raja Bajak Laut berikutnya, setelah itu kita mungkin satu persatu bakal di temani ke desa masing-masing tanpa ada yang ditinggalkan satu orang pun ditempat mereka berasal. Mungkin aku dan Luffy yang paling terakhir bakal kembali ke desa karena si bodoh itu harus bertanggung jawab buat semua anggota agar bisa pulang dan reunian dengan orang terdekat masing-masing. Nggak mungkin kan, dulu abis diculik ama di ajak bergabung paksa, nggak di antar pulang biarpun hanya sesaat?"
Sabo terkekeh, karena apa yang dikatakan adiknya itu memang benar.
"Nanti akan kami kabari kalau semua nya sudah selesai dan kita sudah mulai bergerak kembali ke desa Fuusha. Jadi kau tidak repot-repot harus mencari tau kapan sih kita reunian ke desa."
Adiknya senyum.
"Karena aku sendiri memang tidak sabar bagaimana reaksi si Dadan kalau kita pulang dalam keadaan formasi lengkap ditambah seluruh anggota juga bersama kami nanti."
"Aku malah takut dia histeris pas lihat aku muncul sebenarnya, kau tidak kasihan kalau dia kena serangan jantung?" canda Ace.
"Heh! Itu mulut sembarangan amat! Jangan di doain, kampret!"
"Bukan nge doain, tapi aku memang ngomong faktanya! Yang tau cuma rombongan kita doang, orang luar selain yang tau kan sudah pasti gak bakal percaya kalau aku arwah gentayangan yang mengekori adiknya kemana-mana!"
"Bacot sih! Udah, diem! Mereka nggak percaya ya udah gak usah dipikirin! Kita yang jalanin, kita yang ngalamin, kok jadi mikirin orang yang nggak ada sangkut pautnya sama kita sih? Heran aku." balas Akara bete.
"Ya ampun, Ara-chan, mulutmu sudah pedas sekali ya sekarang." celetuk Ivankov.
"Aku jadi gini karena ulah kakakku sendiri, Iva-chan! Sebel!" rengeknya kemudian.
Canda tawa berlangsung sampai akhirnya semua persiapan sudah selesai dan tim ini termasuk dengan Bajak Laut Hati bersiap untuk berlayar kembali. Sebelum ke kapal, keempat saudara itu berkumpul sejenak dan mereka memutuskan untuk mengambil foto bersama sebelum berpisah yang kemungkinan akan memakan waktu lumayan lama sebelum pertemuan mereka berikutnya yang entah kapan akan terjadi.
Akara berada ditengah, sedangkan ketiga kakaknya mengapit dari kedua sisi dan di belakang satu orang. Semua orang merasa senang melihat keceriaan mereka kembali seperti dulu. Kenangan demi kenangan kembali terkumpul semenjak Akata memutuskan untuk bergabung dengan sang kakak tanpa pernah mereka duga sejak awal.
***
"Yosh! Ayo kita berangkat, Akara, Ace!" ajak Luffy.
"Ya ampun, baru juga kelar nyusun foto dan kau sudah mau ngajak cap cus begitu saja!? Dasar tidak sopan! Tidak ada main pamit sama yang lain!" celoteh Akara.
"Lama ih!" rengeknya.
"Bi— aaaaa!!! Luffy!!"
Belum lagi selesai ngomong, Akara ditarik secara paksa oleh Luffy yang langsung membuat tubuh keduanya melayang dan mendarat ke kapal dengan cepat akibat ulah saudaranya itu, membuat Akara langsung menghajar sang kakak tanpa ampun.
"Yang bener jadi orang, sialan! Kemana tingkah sopan santunmu! Astaga!!"
Semua terbahak, Ace yang masih berada didekat Sabo pun sama-sama bisa meringis ketika keduanya melihat Akara dan Luffy yang tengah ribut sekarang.
"Ace."
Panggilan Sabo membuatnya menoleh ke arah adiknya yang hanya berbeda bulan kelahiran itu namun usia mereka sama.
"Kau bisa mengawasi mereka seperti biasa kan? Aku juga ingin mengurus semua pekerjaanku disini sampai selesai sebelum kita semua bertemu lagi di desa. Jujur sih ... Ajakan kedua adik kita aku membuatku jadi tidak sabaran bukan main. Aku juga rindu dengan si tua yang satu itu, sudah dua belas tahun lebih masalahnya. Kau terakhir lima setengah tahun lalu bareng Akara, sedangkan si tolol itu terakhir ketemu dengannya dua setengah tahun lalu. Dia pasti shock kalau tau aku masih hidup. Apalagi melihatmu dalam kondisi begini, aku yakin makin kena serangan jantung. Aduh!"
"Kurang ajar kau! Masih untung aku bisa diajak bicara dan main bareng! Seumuran tapi jadi adik tak tau terima kasih!" omel Ace.
"Apa hubungannya!? Dasar sialan! Aku belum selesai bicara dan kau asal menabokku!" balas Sabo tak kalah sebal.
"ACE!! AYOOO!!! INI ANAK LAMA-LAMA NYEBELIN BANGET!!!! BURUAAAAAN!!!! KITA BERANGKAT SEKARAAAAANG!!"
Suara super duber menggelegar dari atas kapal pun membuat semua pandangan auto berpusat ke arah gadis bersurai biru itu dimana mereka awalnya sedang sibuk masing-masing, Ace yang diteriaki pun sangat terkejut ketika suara adiknya benar-benar memekakkan telinga. Sabo hanya terbahak mendengar suara melengking milik adiknya itu, semua yang mendengar suara itu pun juga ikutan terbahak bukan main saking sebalnya gadis itu dengan tingkah laku kakaknya yang sangat menyebalkan dan membuatnya harus darah tinggi setiap hari.
Sebuah tepukan mendarat di punggung Ace, membuat lelaki itu maju beberapa langkah setelah sang adik mendaratkan tepukan itu, ia menoleh dan mendapati adiknya tersenyum rindu bukan main.
"Pergilah. Kita bisa sering kontak satu sama lain lewat denden mushi milik Akara karena si kecil kita itu punya nomorku. Jadi kita bisa tukar informasi keadaan satu sama lain nanti selama kau mengawasi mereka. Buruan sana. Itu lama-lama Akara jadi sensitif loh karena ulah si tolol itu. Kasian aku lihatnya padahal dia sudah sesabar itu, tapi begitu aku dengar laporanmu dan laporannya malah aku jadi makin kasian dengannya. Dia udah berusaha mati-matian nahan emosi demi adik kita yang bodoh itu. Kau tega?"
Ace nyengir lebar sembari terkekeh, ia kemudian adu tos dengan adiknya itu sebelum ia bergerak ke kapal karena harus menyabarkan adik perempuannya dengan segera.
"Sampai ketemu langsung di desa, Sabo. Sering-seringlah kontak atau kami bakal merecoki tugasmu setiap hari sampai-sampai semua tugasmu jadi terbengkalai karena kami sibuk mengganggumu."
Kemudian sebuah tempelengan auto mendarat di kepala sang kakak.
"Sialan ya, jangan kau kira aku takut dengan ancaman tidak berguna mu itu, bego. Kau mau mengacaukannuya pun juga percuma, aku tak akan terganggu dengan kerecokan kalian, malah aku senang kerja sambil dengar ocehan tak berguna dari kau dan Luffy, kalau Akara sih sudah pasti bakal memaklumi kesibukanku sebagai orang nomor dua di pasukan ini. Kau kira aku siapa? Sudah sana. Liat itu Akara udah mencak-mencak, anjir! Sana!"
Sabo yang merasa sebal akhirnya terpaksa mengusir Ace yang masih saja sibuk merecokinya saat ini padahal Akara sedang bete dan butuh pertolongan agar Luffy bisa tenang dari kehebohannya yang ingin segera berangkat dari tempat ini. Ia hanya bisa terkekeh begitu Ace menghentakkan kaki sembari berjalan ke arah kapal diikuti dengan teriakan darinya karena kelakuan Luffy yang tak bisa tenang sama sekali.
"Sabo! Sampai ketemu lagi!"
Teriakan Akara yang mewakili kedua saudaranya yang lain dengan tingkat kekencangannya yang sudah normal itu membuat sang kakak terkekeh sembari tersenyum lebar, lalu lelaki blonde itu melambaikan tangan kearah ketiga saudaranya yang kini tengah heboh sendiri. Begitupun dengan seluruh pasukan yang juga mengucapkan salam jumpa kembali kepada dua tim bajak laut yang beraliansi itu.
"Sampai ketemu lagi, kalian bertiga!"
"BYE BYEEE!!!!!" balas ketiganya kompak.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Akara's Journey [One Piece x Original Char]
Adventure"Dia adalah adik perempuan kami!" Lima kata penuh makna, berarti dan sangat berharga, itulah yang dirasakan oleh sosok kecil Shirayuki Akara yang saat ini sudah beranjak remaja. Dilindungi dengan tiga orang kakak laki-laki yang senantiasa berada dis...