Tibanya disana, mereka celingukan kesana kemari karena merasa terpanah dengan isi kerajaan. Akara yang memang merasa tak ada yang aneh pun mengikuti alur saja, sampai pada akhirnya sang kakak tiba-tiba memisahkan diri dari kerumunan karena mencium bau masakan yang membuatnya mengekori asal bau tersebut.
Alhasil, mau tak mau gadis bersurai biru itu diam-diam harus mengikuti Luffy tanpa membuat panik yang lain untuk sekarang karena mereka sedang tenang-tenangnya mengobrol dengan sang raja serta para menteri kepercayaannya yang tengah heboh saat ini karena sang raja tadi keluar kerajaan tanpa izin serta tanpa satu orang pun pengawal yang menemaninya.
Tangan gadis itu kemudian mengetuk pelan pundak sang kakak yang terlalu fokus dari tadi ketika ia menyadari bahwa keduanya sudah berada jauh dari ruang utama kerajaan, membuat sang kakak tersadar lalu menoleh ke arah sang adik yang mengekorinya.
"Kau mau kemana, bodoh?" tanyanya merasa sedikit sebal sembari menyilang kan kedua tangannya didepan dada sembari membiarkan aliran air yang ada membawa keduanya menuju sumber bau sembari memilih jalan yang ingin dilewati.
"Ikuti bau ini, aku lapar!"
Mendengar itu, ia mendengus.
"Bisa serius dikit tidak sih? Setelah ini bakal ada masalah soalnya, kita tidak bisa jauh-jauh dari yang lain, Luffy!" ujar gadis itu gemas tidak karuan dengan kelakuan kakaknya yang masih tidak peduli dengan tegurannya barusan.
Ia juga merasa khawatir karena tak sempat menjelaskan kepada semuanya apa yang akan terjadi setelah ini. Merasa menyesal karena tak menjelaskan keadaan terlebih dahulu kepada Nami yang sudah pasti bisa mengatasi keadaan karena jika marah, gadis bersurai oranye itu galaknya minta ampun.
Luffy hanya nyengir.
"Sudahlah, mereka bisa mengatasinya, kau ragu?"
"Bukan ragu, tetap saja aku khawatir biarpun kalian berkembang pesat dalam waktu dua tahun ini. Tetap saja kehebatan kalian ini bukan akhir serta hasil final dari segala usaha latihan kalian, bego. Pertarungan kedepannya sudah pasti akan memberikan pelajaran tambahan apa yang akan kita lakukan kedepannya, termasuk meningkatkan kekuatan kita sendiri. Kau lupa pesan Rayleigh?"
"Nggak kok, udah diem. Ntar kita kehilangan bau makanannya! Kau juga lapar bukan?"
Benar-benar ...
Setelah membatin, keduanya tiba disebuah ruangan yang memiliki pintu dengan ukuran sangat besar, bukan pintu ukuran normal layaknya ukuran manusia biasa ataupun ukuran manusia ikan pada umumnya.
Keduanya celingukan, kemudian terpanah karena banyak sekali benda-benda tajam yang menancap di pintu besi yang bisa dibilang memiliki ketebalan yang super itu, membuat mereka merinding sejenak.
"Apa-apaan itu? Menyeramkan." celetuk Akara pelan, Luffy pun mengangguk. Menyetujui ucapan adiknya.
"Luffy, kau yakin tetap mau masuk kedalam? Kita tidak tau apa yang akan terjadi kalau kita tetap nekat ma— oi!!"
Ucapan adiknya tidak didengar, Luffy juga sudah terlanjur membuka pintu besi tersebut sehingga Akara hanya bisa menepok jidatnya dengan kesal karena sang kakak tetap tak mau mendengarkan seperti biasanya.
Sedetik kemudian, gadis itu meloncat lalu menabok kepala sang kakak dengan kesal bukan main dan Luffy nyaris saja berteriak dengan suara keras kalau Akara tak cepat-cepat mengunci pita suaranya.
"KAU INI BODOH YA!? DENGARKAN AKU DULU SAMPAI SELESAI BICARA, TOLOL!"
Ucapan dengan nada teriak tertahan itu hanya bisa dibalas Luffy dengan sebal, kemudian mereka naik ke atas benda yang entah apa itu, tak bisa mereka jelaskan sama sekali, sampai pada akhirnya muncul suara grusak grusuk lalu ada suara seperti suara wanita juga, tak lama kemudian Luffy dan Akara terjungkang ke atas benda yang ternyata kasur ketika lampu ruangan tersebut hidup, keduanya bungkam dan diam ditempat ketika melihat apa yang ada dihadapan mereka saat ini.
Putri duyung raksasa!
Akara langsung ngeh sedetik kemudian jika sosok yang ada dihadapannya saat ini adalah putri raja Neptune, gadis itu langsung berdiri lalu berusaha menenangkan sosok putri duyung berambut pink lembut yang ada dihadapannya saat ini ketika ia mulai mewek, Akara langsung tau jika gadis itu sifatnya lembut dan cengeng.
"Anu ... Maaf karena kami lancang karena masuk ke kamarmu. Apa kami mengagetkanmu?" tanya Akara pelan setelahnya, gadis itu mengangguk, menandakan jawaban iya.
Gadis bersurai biru itu kemudian tersenyum lalu duduk didekat sang duyung.
"Kamu ... Putri bungsu Paman Neptune, kan?" tanya Akara lagi.
"Hmm ... Dia ... Ayahku."
Akara mengalihkan pembicaraan pelan-pelan agar sosok itu tidak takut dengannya serta Luffy.
"Kalau boleh tau, namamu siapa?"
Biarpun aku sudah tau, setidaknya hal ini bisa mencairkan suasana pelan-pelan.
"Shi ... Shirahoshi."
"Nama yang bagus." celetuk Luffy. Membuat adiknya meringis.
"Maafkan kakakku, dia memang suka memotong pembicaraan kadang-kadang, aku harap kau bisa memakluminya, Putri Shirahoshi. Dan perkenalkan, namaku Akara, dia Luffy. Senang bisa bertemu denganmu, ayo berteman!" ajaknya, gadis yang ada di hadapannya ini kemudian menunduk dan mensejajarkan wajahnya sembari tengkura dengan keduanya yang tengah duduk dihadapannya saat ini dengan mata berbinar.
"Sungguh kalian mau jadi temanku?"
Kakak adik itu saling tatap lalu terkekeh.
"Kenapa tidak? Lagian tak ada salahnya untuk dirimu yang sudah terkurung disini sejak sepuluh tahun lalu, benar?"
Gadis itu manggut-manggut, ia merasa senang karena mendapat teman.
Sekian waktu berlalu dan sudah banyak hal yang mereka bicarakan, termasuk beberapa permintaan yang diinginkan Shirahoshi pun sudah ia katakan pada keduanya, salah satunya adalah keluar dari kamar dan ingin mendatangi makam sang ibunda di hutan laut.
Keduanya sudah pasti menyetujui hal tersebut dan akan membawa Shirahoshi keluar dari sana sembari membawa Megalo, namun gadis itu terlihat ragu kepada keduanya karena ukuran tubuh normal Luffy dan Akara, terutama gadis bersurai biru yang tingginya hanya 156 cm itu.
Merasa diremehkan, Akara kemudian melompat dan duduk di pundak Shirahoshi lalu mencuil sedikit pipi duyung itu.
"Kau meremehkanku, haaah?" ujarnya sembari bercanda, yang dibalas dengan tawa halus dari putri kerajaan itu.
Selang beberapa detik, Luffy dan Akara mendadak menatap serius karena merasakan hawa bahaya yang akan muncul dari sana.
"Luffy."
"Aku tau."
Luffy melompat dan menendang sebuah kapak yang mengarah tepat ke Shirahoshi, Akara menoleh kearah benda yang menancap keras di dinding kamar lalu memperhatikan lambang yang ada di kapak tersebut, membuatnya tau siapa pelaku pelemparan itu.
"Yang melempar itu, Vander Decken kan? Yang kau ceritakan tadi kepada kami?" tanya Akara.
Gadis itu mengangguk. Membuat Akara mendecih dengan muak.
"Keras kepala sekali, dan tendangan yang bagus, Luffy. Untung Shirahoshi tidak lecet sedikitpun, dasar maniak sialan." dengusnya kemudian dengan kata-kata yang sedikit kasar untuk didengar oleh Shirahoshi, membuat gadis itu sedikit ketakutan dan Akara menenangkannya lagi.
"Ucapanku bukan untukmu, tenang saja. Kau tau maksudku, maaf karena kasar, Shirahoshi."
Gadis duyung itu menggeleng sembari berterimakasih kepada keduanya karena sudah melindunginya, sedetik kemudian, Luffy mendadak mengeluarkan ide gilanya.
"Ayo kita ke hutan laut, kalian bertiga!"
Kontan, ucapan itu membuat semuanya kaget bukan kepalang terutama Akara. Dia khawatir nyawa Shirahoshi akan terancam karena ulah Vander Decken.
"Luffy! Kau gila!?"
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Akara's Journey [One Piece x Original Char]
Aventura"Dia adalah adik perempuan kami!" Lima kata penuh makna, berarti dan sangat berharga, itulah yang dirasakan oleh sosok kecil Shirayuki Akara yang saat ini sudah beranjak remaja. Dilindungi dengan tiga orang kakak laki-laki yang senantiasa berada dis...