41

670 86 2
                                    

Akara hanya bisa menghela nafas sekarang. Perjalanannya benar-benar membuat kepala Akara ingin pecah saat ini juga karena ditambah ia tau jika Sabo sendiri sedang menyelinap ke Reverie ditengah rapat besar-besaran yang sedang berjalan saat ini.

Kenapa?

Lelaki itu beserta Pasukan Revolusioner yang lainnya bermaksud ingin menyelamatkan Kuma dari sana.

Kalian tau Kuma kan? Yang berperan penting dalam misi latihan tim ini selama dua tahun sebelum peperangan besar di Marineford?

"Apa aku harus ke tempat Sabo sekarang ya?" cemasnya sembari bertopang dagu.

"Lalu kau meninggalkan kami disini?" tanya Usopp.

"Kalian bisa menjaga Luffy seperti biasanya, aku bisa bantu kalian dari jauh. Jangan lupa aku siapa. Kalau aku tetap disini dan tidak kesana langsung, Sabo bagaimana? Tempat itu tempat para Gorosei, tau! Banyak Tenryuubito sama petinggi lainnya disana! Pertahanan disana lumayan ketat jika tidak berhati-hati! Aku tidak mau kalau Sabo ditangkap dan diperlakukan sama seperti Ace waktu itu! Kalian tega!? Kalian sadar bagaimana keadaan kita dulu disaat kalian tidak bisa membantu Luffy! Itu juga terjadi padaku! Aku tidak mau hal yang sama terulang lagi! Tolong, jangan tahan aku!"

Gadis itu histeris, dia sudah membayangkan bagaimana Sabo yang diperlakukan buruk sama seperti kedua kakaknya ketika perang besar di Marineford, bayangan mimpi buruk terbesit seketika di pikirannya sampai-sampai Law mengetuk kepalanya pelan, membuat gadis itu menoleh padanya.

"Tenanglah. Sabo-ya pasti bisa mengatasinya."

"Torao-san, aku tau kau berusaha menenangkan ku tapi tetap saja semua bayangan bahkan sama mimpi buruk itu sudah memenuhi otakku sekarang. Aku gak bisa biarin dia sama Pasukan Revolusioner yang ada disana begitu saja. Ini taruhannya nyawa banyak, belum lagi semua petinggi tiap wilayah ada disana. Aduh! Mana rombongan Rebecca sama semua putri yang kita kenal ada disana semua! Memang sih ada Sai sama Leo, memangnya mereka bisa diandalkan jika ada apa-apa? Aku takut semua pasukan mereka kurang standby. Terus memangnya mereka bisa melawan CP 0 kalo bahaya mengancam dan itu asalnya dari Tenryuubito sama pihak Pemerintah Dunia yang memberikan perintah secara langsung, sudah pasti itu mutlak, mereka tidak bisa melawan karena masing-masing pihak dari mereka kan punya hubungan serta kontrak penting jadi tidak bisa sembarangan. Mampus ..."

Semua ocehan Akara memang terdengar masuk akal secara keseluruhan, mau tidak mau sepertinya ia harus meninggalkan Wano sendirian, membantu pihak-pihak yang lebih membutuhkan kekuatannya, namun beberapa detik kemudian, ia tersenyum.

"Dan kurasa aku memang akan pergi membantu pihak Pasukan Revolusi buat merebut Kuma-san kembali tepat sesaat setelah masalah kita disini selesain dan kita sudah berhasil kabur dari tempat laknat ini sama seperti dari Whole Cake Island kemarin. Dan kita sendiri juga kedatangan bala bantuan yang tak terduga sebelumnya tapi memang pasti bantuannya bakal ada."

Semua menatapnya penasaran.

"Bantuan?" tanya Chopper, gadis itu menunduk sesaat lalu menggendong Chopper.

Akara kontan mengkode kepada seluruh timnya untuk berputar membentuk lingkaran sejenak sembari menunduk, bermaksud obrolan ini hanya khusus mereka saja mengingat hanya tim mereka yang tau perihal bantuan penting ini. Meninggalkan tim Bajak Laut Hati serta pihak-pihak Wanokuni yang bekerja sama bersama mereka sejak masih di Whole Cake Island yang hanya bisa menatap tim itu penasaran.

"Jimbei."

Mendengar itu, seluruh mata yang ada disekelilingnya sekarang merasa terkejut sekaligus berbinar disaat yang bersamaan.

"Anggota kepercayaan terakhir kita sedang menuju kemari tepat disaat kita mulai melakukan penyerangan habis-habisan terhadap Kaido setelah ini. Kekuatan Jimbei sudah pasti tidak diragukan lagi bukan, sebagai Ksatria Laut andalan Tim Topi Jerami? Dia kartu As selain aku loh." ujar Akara sembari mengerling.

Law yang tidak bisa mendengarpun merasa penasaran, tapi dia memang merasa tidak berhak untuk tidak campur urusan pribadi tim aliansinya itu.

Yang jelas, ia harus memikirkan rencana bagaimana Luffy harus bisa kabur dari penjara jika Raizo gagal menyelamatkannya. Akara yang sadar jika Law tengah memikirkan hal itu hanya bisa tersenyum setelah kerumunan bubar.

"Soal kakakku, Raizo-san sudah melakukan yang terbaik jadi kita serahkan hal ini padanya. Dia akan bebas tidak lama lagi ditambah Kid-san akan memberikan bantuan kepada kita, mengingat dia juga di kurung oleh Kaido disini dan cara pengurungannya sama seperti yang Luffy alami, ya bisa kita bilang sih dia pengen bales dendam juga karena sudah diperlakukan dengan cara yang tak seharusnya seperti yang Luffy alami. Termasuk pembebasan semua budak yang ada disana oleh Raizo-san. Lebih baik kita susun rencana setelah mereka bebas."

Pandangannya kemudian menoleh ke arah Law.

"Mohon bantuan rencana lengkapnya setelah kita semua berkumpul, Torao-san!"

***

Waktu berlalu, Akara hanya bisa duduk dengan perasaan cemas saat ini dengan menggoyangkan kedua kakinya secara bergantian dengan perlahan, ia tak pernah merasa cemas seperti ini padahal rencana sudah disusun dengan baik. Biarpun nanti di akhir berujung ada perubahan rencana karena si trio dari Generasi Terburuk itu akan bekerja sama untuk mengalahkan Kaido sekaligus Big Mom yang bisa di bilang sedang menuju ke Wanokuni sekarang.

Melihat cemas sedang melanda di wajahnya, Law otomatis mendekati Akara lalu membungkuk dan mensejajarkan wajah dengan wajah imut gadis kecil yang terpaut 10 tahun lebih muda darinya itu, membuat yang diperhatikan seketika kaget ketika Law menatapnya.

"Ke ... Kenapa?" tanyanya bingung.

"Mestinya aku yang tanya begitu. Kau tak pernah secemas ini sebelumnya."

Gadis itu membisu sembari kembali menunduk, ia kemudian menghela nafas. Ingin memberitahu tapi tidak ingin memberitahu juga disaat yang bersamaan, mengingat semuanya sudah pusing dengan rencana melawan Kaido, bagaimana respon mereka nanti kalau Akara memberitahu bahwa saat ini Big Mom sedang menuju kesini?

Makin histeris mereka.

"Jangan dipendam begitu. Kau sepertinya mencemaskan yang lain karena heboh sesuatu, Akara-chan. Biar kami saja yang mendengarkan isi pikiranmu kalau kau tidak mau semuanya tau, terutama orang-orang rempong yang kerjaannya cuma bisa teriak itu." ujar Sanji sembari menunjuk ke arah rombongan Usopp, mengerti perasaan Akara yang sedang gelisah saat ini.

Ia menatap Sanji dan Law secara bergantian, kemudian mendengus.

"Kalian pasti kaget kalau aku kasih tau."

"Sudah, biar kita berdua yang dengarkan." balas Law.

"Masih ingat insiden kita buat kacau pesta pernikahan di Whole Cake Island kan?" tanyanya, Law dan Sanji mengangguk.

"Si peyot itu sedang menuju kesini. Dia sendiri juga punya urusan sama Kaido selain mencari kita disini. Kita mesti apa kalau Big Mom beneran dateng? Gak bakalan bisa kabur begitu aja tau, dua Yonkou di satu pulau kalian kira enak? Kita kabur dari Big Mom aja udah pusing apalagi di padu sama Kaido? Huft."

Keduanya melotot dalam diam, terkejut dengan penjelasan Akara.

"Bi ... Big Mom katamu!?" desis keduanya tak percaya.

"Tuh, kalian gak percaya gitu?" cibirnya.

"Tapi kan sudah berapa hari yang lalu!" balas Sanji.

"Dan kau kira dia akan menyerah semudah itu setelah acara yang dia idam-idamkan malah kacau balau? Kue darimu memang membuat sisi balas dendamnya soal kue pernikahan memang sudah selesai tapi perihal acara yang sudah kita buat kacau, dia belum menyelesaikan dendamnya yang satu itu sebelum memastikan riwayat tim kita tamat ditangannya apalagi Zeus kan sudah ada di pihak kita, Sanji!" balas Akara lagi.

"Yang benar saja ..." keluh Law.

Ketiganya diam ditengah kegaduhan oleh anggota yang lain bersama rombongan Kinemon, lalu menghembuskan nafas kasar secara serentak.

Mampuslah kita ...

* * *

Akara's Journey [One Piece x Original Char]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang