6. Aku Hanya Ingin Mencintai Dia

482 18 6
                                    

Dia yang pertama bagiku.
Yang membuat aku mengenal arti cinta.
Aku hanya ingin mencintai dia.
Wahai hatiku ... tolong aku ....
Aku tak ingin mencintai yang lain.
Selain dia.

Selain dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌴

Surya melihat arloji di tangan kanannya. Pukul 16.25. Seharusnya jam kerjanya sudah berakhir 25 menit yang lalu, tetapi masih ada satu klien yang harus dia temui. Dapat dipastikan, dia tidak akan bisa pulang tepat waktu. Mungkin dia baru bisa jalan dari kantor setengah jam lagi padahal dia berjanji untuk menemui Lucia sepulang bekerja. Kalau dia harus mampir ke rumah Lucia, rasanya tak akan mencukupi waktunya karena pukul 18.30 dia harus sudah berada kelas.

Diraihnya ponsel dari kantong celananya. Dia akan menghubungi Lucia dan mengabarkan bahwa dia menunda janjinya. Dia akan menemui Lucia nanti malam sepulang kuliah saja. Mudah-mudahan Lucia tidak marah. Tadi malam komunikasi mereka berdua kurang lancar gara-gara Surya lupa menyalakan ponselnya lagi. Surya khawatir insiden sore ini akan membuat Lucia kembali kesal kepadanya.

Ditekannya nomor kontak Lucia. Panggilannya diangkat setelah beberapa detik.

"Ya. Apa?" Suara Lucia terdengar ketus. Sepertinya dia kesal karena menunggu Surya yang tidak kunjung datang.

"Aku minta maaf lagi, ya, Cia. Sore ini enggak bisa ke sana. Ada janji dengan klien lima menit lagi. Nanti malam sepulang kuliah, aku langsung ke rumahmu, ya," kata Surya panjang lebar dengan nada membujuk. Dia merasa bersalah karena sudah mengingkari janjinya. Dia juga sudah rindu kepada Lucia. Mereka terakhir berjumpa dua minggu yang lalu.

"Terserah!" sahut Lucia, masih dengan nada ketus. Surya menarik napasnya dalam-dalam. Perasaannya bercampur aduk antara rindu, merasa bersalah, dan sedikit kesal atas tanggapan Lucia. Selalu terjadi seperti ini. Setiap kali.

🌴🌴

Wulan melihat arloji di tangan kanannya. Pukul 16.25. Keringat bercucuran di lehernya. Tubuhnya terasa segar setelah bermain basket bersama anak-anak. Permainan yang ringan dan penuh tawa, bukan kompetisi sungguhan. Hatinya senang melihat keriangan mereka yang membuatnya teringat kepada Sasa, adik bungsunya yang masih SMA. Selisih usianya tidak jauh berbeda dengan anak-anak itu.

"Udah hampir jam setengah lima. Mainnya udahan, ya. Mungkin sopir kalian udah pada nungguin di depan," kata Wulan.

"Okee ...." jawab mereka bersahutan..

"Jangan lupa bolanya dibalikin, ya," kata Wulan lagi.

"Biar Ririn yang balikin. Mbak Wulan mau pulang juga, kan? Bareng sama Ririn, Mbak? Nanti kubilang sama Pak Sopir," kata Ririn. Anak itu memang akrab dengan Wulan dan teman-teman Wulan. Beberapa kali sepulang berlibur di luar negeri, dia membawakan suvenir oleh-oleh untuk staf kantor Wulan.

"Enggak usah, nanti ngerepotin. Mbak Wulan masih harus beresin kerjaan sebentar, kok. Makasih, ya," sahut Wulan.

Wulan masuk ke ruangan kerjanya yang terasa sejuk oleh embusan AC. Sebenarnya semua pekerjaannya sudah dia bereskan sejak pukul 4. Dia hanya menolak ajakan Ririn agar tidak merepotkan sopir Ririn yang sudah menunggu lama. Dia bisa pulang jalan kaki, toh, rumah kosnya dekat. Dia juga bisa menumpang salah satu murid lain yang belum pulang.

Diraihnya tas dari bawah meja, kemudian beranjak keluar pintu, menuju ruang depan. Dia mengambil segelas air dari dispenser, lalu duduk di depan front desk sambil meneguk air minumnya.

"Kirain kamu udah pulang, Lan," sapa Lili. Sore ini hanya dia yang menjaga meja depan karena Ani dan Dina sedang istirahat sholat Ashar.

Wulan tertawa.
"Belum. Tadi main basket dulu. Aku pulang dulu, ya, Li" pamit Wulan sambil bangkit berdiri. Dia buang gelas plastik kosongnya di tempat sampah, lalu berjalan ke pintu keluar.

🌴🌴🌴

"Mau pulang, Lan?" Terdengar suara sapaan dari arah parkiran.

Wulan menghentikan langkahnya dan menoleh. Rhino sedang berdiri di samping mobilnya yang mempunyai nomer plat unik. R 9000 HA. Iya, memang plat luar kota. Rhino kuliah dan kos di kota ini. Dia kursus di kantor Wulan dua kali seminggu. Seingat Wulan, jam kursus Rhino berakhir pada pukul 16.00. Sekarang sudah pukul 16.35, tetapi Rhino belum pulang.

"Iya, No. Kamu, kok, belum pulang?" Wulan balik bertanya.

"Mmm ... tadi ngobrol dulu sama teman-teman. Kuantar pulang, yuk, Lan." Rhino berjalan ke sebelah kiri mobil, lalu membuka pintunya.

Wulan mengangguk, kemudian menghampiri pintu yang dibukakan oleh Rhino.

"Mau makan dulu, Lan?" tanya Rhino sesaat setelah mobil berjalan sambil tersenyum.

Wulan membalas senyuman Rhino dan menggeleng.
"Enggak usah, No. Langsung pulang kos aja, deh. Aku minggu ini udah mulai kuliah. Entar enggak keburu."

"Pulang kuliah jam berapa, Lan? Aku sering, kok, main ke dekat-dekat kampus. Bisa aku samperin pulangmu."

"Wah ... enggak usah. Ngrepotin aja. Dekat aja, kok. Jalan kaki juga palingan 10 menit. Kamu ngapain sering main ke dekat kampus? Ngapelin si Nanda, ya?" tanya Wulan sambil tertawa kecil. Nanda, pacar Rhino, juga murid kursus di kantor Wulan, tetapi berbeda kelas dan jadwal dengan Rhino.

"Eh, enggak ... ha-ha-ha ... aku udah putus, kok, sama dia," jawab Rhino sambil tertawa.

"Wah ... padahal aku suka lihat kalian berdua. Mudah-mudahan balikan lagi, ya, No," sahut Wulan.

Rhino hanya tersenyum simpul tanpa menjawab, kemudian mengalihkan pandangannya ke jalanan di depannya.

💋💋💋

Surya akan berjumpa dengan Lucia, kekasihnya.
Wulan pulang diantar oleh Rhino, yang sudah putus hubungan dengan pasangannya.
Apakah akan ada kisah lanjutan antara Wulan dan Rhino?

Ikutin terus episode-episode selanjutnya ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terimakasih
Love love love
😘

Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang