Mungkinkah satu hati bercabang dua dengan rasa yang sama besarnya?
Cabang yang ujungnya patah
karena rasa yang tidak bersambut.
MINGGU KEDUAHari Sabtu
💙
Ponsel Wulan berdering. Wulan meraih ponselnya dari kantong celana panjangnya. Dilihatnya nama penelepon. Rhino.
"Ya, No," jawab Wulan sambil merapikan nota-nota di atas meja dengan tangan kirinya. Lalu menjepitnya ke dalam file folder.
"Udah balik kantor lagi, Lan?" tanya Rhino membuka pembicaraan.
"Udah. Tadi selesai kuliah agak cepat. Jam setengah dua udah selesai, terus langsung balik ke kantor," jawab Wulan sambil berdiri. Dia letakkan file folder ke atas rak yang berada di belakang mejanya.
"Nanti malam acaramu apa, Lan?" tanya Rhino lagi.
Wulan berpikir sejenak sebelum menjawab. Sepertinya Rhino berencana mengunjungi dia lagi.
"Mmm ... mau jalan sama teman-teman, No," jawabnya.Nanti malam memang dia punya rencana dengan Rocky, Ani, Dina, dan beberapa teman Rocky.
"Teman cowok atau cewek?" tanya Rhino ingin tahu.
"Banyak, No. Ada cowok, ada cewek." Wulan melepas sandal jepitnya dan memakai sepatunya. Sepuluh menit lagi pukul empat sore. Wulan ada janji bertemu dengan Riska, sahabat SMP-nya, di Pizza Hut pada pukul 4, sepulangnya dia dari kantor.
"Aku boleh gabung, enggak?" Rhino bertanya lagi.
Wulan mempertimbangkan pertanyaan Rhino sejenak sebelum menjawab.
"Gapapa. Boleh, No. Nanti kamu ke kos aja jam tujuh, ya."
Biarlah Rhino ikut dan bergabung, pikir Wulan. Toh, ini hanya acara nongkrong dan keliling kota biasa."Okey ... makasih, ya, Lan." Suara Rhino terdengar senang.
"Aku nanti ke kosmu jam tujuh, ya.""Iya, No. Oke, bye." Wulan memutuskan sambungan telepon. Dia masih harus mengembalikan beberapa file folder lama ke ruangan inventory sebelum pulang.
💙💙
"Jadi ada gosip apa minggu ini?" tanya Riska sesaat setelah Wulan duduk di kursi di hadapannya. Mereka memegang buku menu yang dengan sigap disodorkan oleh waiter, yang sudah hafal dengan meja favorit mereka. Yaitu meja sudut yang menghadap ke alun-alun kota sehingga mereka berdua bisa makan dan mengobrol sambil menikmati pemandangan dari balik kaca.
Wulan dan Riska rutin bertemu setiap hari Sabtu sore sepulang bekerja. Kantor Riska berada di seberang restoran ini. Minimal satu bulan sekali, bahkan pernah beberapa minggu berturut-turut mereka berdua makan di sini. Namun, karena kesibukan mereka akhir-akhir ini, mereka hampir satu bulan tidak berjumpa.
Wulan memesan pepperoni cheese fusilli dan Riska memesan salad, kemudian mengembalikan buku menu ke waiter yang segera ke dapur untuk menyerahkan pesanan mereka berdua.
"Ada berondong cakep. Namanya Rhino," jawab Wulan sambil tertawa-tawa. Diraihnya ponsel dari kantong celana, kemudian membuka kontak Rhino. Ditunjukkannya foto profil Rhino kepada Riska.
"Wuiiih .... Gimana ceritanya?" tanya Riska sambil tertawa, kemudian semakin tertawa terbahak-bahak setelah mendengarkan cerita Wulan tentang Rhino saat menunggu Wulan di rumah Dea.
"Kamu masih berharap balikan sama Bintang, Lan?" tanya Riska serius setelah tawanya menghilang.
Wulan terdiam beberapa saat. Hatinya bimbang, menimbang-nimbang, apakah dia perlu menceritakan soal perasaannya ke Surya kepada Riska. Dia merasa malu karena perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Orang yang dia suka ternyata sudah punya kekasih.
Tentang Bintang, Wulan juga tidak tahu pasti perasaannya. Apakah dia masih cinta dan mengharapkan Bintang kembali? Baru kali ini Wulan merasakan ketidakpastian dengan perasaannya sendiri.
"Entah, Ris. Aku juga enggak tahu," jawab Wulan. Wajahnya sedikit sendu karena teringat kepada Bintang dan Surya. Keduanya membuatnya patah hati.
"Udah ... udah ... Enggak usah sedih. Kita bahas berondong aja, ya. Biar hepi." Riska mengalihkan pembicaraan.
Mereka berdua tertawa.
"Nanti malam kami mau jalan rame-rame. Rhino juga ada. Kamu mau ikut, Ris? Entar kukenalin." Wulan menawarkan. Memang kadang Riska ikut bergabung dengan Wulan dan teman-temannya.
"Mmm ... boleh. Tapi kamu ikut aku Misa dulu, ya," kata Riska.
"Oke," jawab Wulan.
Misa Sabtu sore biasanya dimulai pada pukul 17.30. Masih ada waktu satu jam lebih bagi mereka berdua untuk makan sambil mengobrol sebelum Misa. Wulan sudah terbiasa melihat ritual Misa Katolik. Dahulu sewaktu SMP, Wulan bersekolah di yayasan Katolik, satu sekolah dengan Riska. Meskipun di sekolah dia bergaul dengan teman-teman yang berbeda keyakinan, tetapi di rumah Wulan harus tetap sholat lima waktu dan mengaji setiap malam di masjid yang berada di depan rumahnya.
Orang tua Wulan memilih sekolah tersebut karena kedisiplinannya. Saat pelajaran agama, murid Katolik dan Non Katolik dipisah kelas. Murid Non Katolik seperti Wulan, diberi pelajaran budi pekerti. Kenyataannya belum ada satu pun murid Non Katolik yang beralih keyakinan karena bersekolah di sana. Wulan masih rajin sholat dan rutin puasa pada hari Senin dan Kamis. Meskipun bulan ini puasanya agak bolong-bolong, Wulan bertekad bulan depan harus mulai rutin puasa lagi.
💋💋💋
Semakin hari, Rhino semakin gencar mendekati Wulan.
Tapi Wulan masih bingung menentukan perasaannya.
Apakah dia masih cinta kepada Bintang dan mengharapkan Bintang kembali.
Apakah dia tetap menyukai Surya dan berharap Surya juga menyukainya.
Apakah dia bisa membalas perasaan Rhino kepadanya.
Wulan tidak bisa menjawabnya.Ikuti terus episodenya ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘
![](https://img.wattpad.com/cover/218828945-288-k559403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah #2 (Cinta Segi Lima 18+)
Любовные романы💜 Mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain dan memendam rasa diam-diam tanpa seorang pun tahu 💜 Cerita awal mula perkenalan Wulan dan Surya. WARNING (18+) Ada ADEGAN DEWASA di beberapa episodenya. Jadi yang MASIH DI BAWAH UMUR plea...