💜 Mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain dan memendam rasa diam-diam tanpa seorang pun tahu 💜
Cerita awal mula perkenalan Wulan dan Surya.
WARNING (18+)
Ada ADEGAN DEWASA di beberapa episodenya.
Jadi yang MASIH DI BAWAH UMUR plea...
Sudah kulupakan semua rasa kesalku, marahku, bahkan rinduku kepadamu. Yang kumau sekarang hanyalah bahagia. Aku ingin bahagia. Denganmu atau tanpamu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari Selasa
🌺
Pagi ini Wulan bangun tidur dengan perasaan tenang. Tadi malam adalah pertama kalinya semenjak satu bulan yang lalu, dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan Bintang lagi. Sudah dia lupakan semua rasa kesal, marah, bahkan rindunya kepada Bintang. Dia berjanji kepada dirinya sendiri, akan memulai hari ini dengan bahagia.
Dia tahu pasti bahwa dia masih menyayangi Bintang. Tak mungkin perasaannya hilang begitu saja. Namun baginya kini, biarlah semuanya mengalir. Kalau Bintang masih sayang kepadanya dan ingin kembali menjalin hubungan dengannya, pasti Bintang akan menghubunginya lagi. Sampai saat itu tiba, dia akan menjalani hidupnya dengan bahagia.
Wulan tinggal sendirian di kamar paviliun. Seharusnya paviliun dihuni oleh dua orang, tetapi teman sekamarnya sekitar seminggu yang lalu diwisuda dan kembali ke kota asalnya. Mungkin Wulan akan pindah ke kamar belakang saja. Ada satu kamar yang kosong karena mantan penghuninya juga sudah lulus kuliah. Di belakang ada 11 kamar yang ukurannya lebih kecil dari paviliun yang Wulan huni, tetapi setiap kamar hanya dihuni satu orang. Wulan enggan berbagi kamar dengan orang baru yang belum dia kenal jika dia tetap memilih tinggal di paviliun.
Selesai sholat Subuh, Wulan beranjak ke bagian belakang rumah dan melangkah menuju meja makan. Bangunan rumah kost berbentuk letter O. Kamar-kamar dibangun mengelilingi sebuah area terbuka. Terdapat sebatang pohon mangga di tengah area terbuka tersebut.
Di depan setiap kamar ada teras kecil selebar sekitar 1 meter. Di ujung deretan kamar ada kamar mandi dan dapur. Meja makan berada di depan dapur. Biasanya pagi-pagi begini, sebagian teman-teman kos Wulan sudah bangun. Ada yang mandi, membuat sarapan, atau hanya sekedar mengobrol di depan meja makan.
🌺🌺
Wulan mencangklong tasnya di bahu kiri, kemudian melangkah keluar kamar. Diraihnya sepasang sepatu berwarna hitam dari rak sepatu yang berada di teras paviliun, lalu dipakainya. Kali ini dia memilih sepatu boot bertali setinggi mata kaki dengan hak datar. Dia rasa sepatu itu cocok dengan pilihan pakaiannya hari ini. Rok denim sepanjang lima sentimeter di atas lutut berwarna biru muda dan blus dengan lengan sebatas siku berwarna hitam.
Tukang becak langganannya sudah parkir di depan pagar. Sebenarnya kantor Wulan tidak terlalu jauh, hanya berjarak ratusan meter dari rumah kosnya. Jalan kaki di pagi hari tidak akan membuat kakinya lelah. Namun Wulan selalu tidak tega mengecewakan bapak tukang becak yang menunggu penumpang. Beberapa ribu rupiah bagi Wulan tidak terlalu berarti, tapi sangat berarti bagi seorang tukang becak.
🌺🌺🌺
"Hari ini kamu ceria sekali, Lan. Udah enggak sendu kayak kemarin-kemarin," komentar Ani sambil mengulurkan tangannya ke piring Wulan, lalu mencomot sepotong kerupuk.
"Iiissshhh ... itu gado-gadomu aja masih utuh. Nyomotin makanan orang aja," sahut Wulan sambil menahan tawa. Dia pura-pura kesal padahal sebenarnya hatinya sedang senang. Tak ada hal yang membuatnya kesal hari ini. Seharian ini rasanya bahagia, entah apa sebabnya.
"Iya, An. Bener. Hari ini Wulan ceria banget. Kayak Wulan yang dulu. Senang aku lihatnya," timpal Yuni yang berbagi ruangan kantor dengan Wulan.
"Mbak Yuni, nih .... mana pernah Wulan enggak ceria? Perasaan begini-begini aja tiap hari," protes Wulan.
"Ha-ha-ha ... iyaaa .... Wulan ceria terus pokoknya," sahut Yuni, "Udah cepetan dilanjut makanmu, Lan. Entar keburu abis dicomotin terus sama Ani," sambungnya sambil tertawa.
Ani tertawa terbahak-bahak, lalu menghentikan kegiatannya mencomot makanan dari piring Wulan dan membuka bungkusan makan siangnya sendiri.
🌺🌺🌺🌺
Pukul 16.00. Wulan membereskan mejanya, lalu mematikan komputer. Kemudian dia beranjak ke ruangan Direktur sambil menenteng buku laporan hariannya. Bu Shinta tidak ada di ruangannya, sepertinya belum kembali dari acara seminar. Diletakkannya bukunya di atas meja. Nanti Bu Shinta akan memeriksa laporannya dan mengembalikannya ke meja Wulan seperti biasanya.
Lorong kantor penuh dengan murid-murid yang keluar kelas. Lima menit lagi pergantian kelas berikutnya dimulai. Keramaian ini berlangsung setiap satu setengah jam, saat pergantian kelas. Ada ratusan murid yang hadir setiap harinya dan sebagian besar sudah Wulan kenal, terutama yang kelas siang hingga sore hari. Murid kelas malam banyak yang tidak dia kenal karena jam kerja Wulan sudah berakhir dan jarang bertemu dengan mereka.
"Mbak Wulan! Yok, main basket Mbak!" teriak serombongan anak perempuan usia SD-SMP.
"Ayok. Tapi sebentar aja, ya. Mbak Wulan nanti kuliah. Belum mandi. Belum makan," jawab Wulan sambil tersenyum. Dia selalu senang melihat anak-anak itu. Seringkali setelah keluar kelas, mereka mampir ke ruangan Wulan untuk mengajaknya main basket di lapangan belakang kantor sebelum pulang.
"Ririn minta bola sama Mas Roshan, ya," sambung Wulan lagi.
"Okeee ...." jawab Ririn senang. Dia segera berlari ke arah dapur untuk mencari Roshan, Office Boy yang memegang kunci gudang peralatan.
Wulan menggiring anak-anak yang lain ke lapangan. Biarlah sore ini dia bersenang-senang dahulu dengan anak-anak itu, paling lama setengah jam saja. Toh, jadwal masuk kuliah masih dua jam lagi. Memikirkan tentang kuliah, hati Wulan tiba-tiba terasa hangat. Dua jam lagi dia akan kembali berjumpa dengan Surya di kelas.
💋💋💋
Senangnya .... melihat Wulan ceria dan bahagia lagi. Udah move on. Udah punya harapan baru, Surya.
Tapi... Surya kan punya Lucia. Wulan enggak tahu tentang itu.
Bahkan sore ini .... saat Wulan memikirkan Surya... Mungkin Surya sedang melepas kangen dengan Lucia.
Duh...😔
Setia terus disini ya Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.