32. Mari Kita Kembali Berteman Dan Bersahabat Seperti Dulu.

219 8 6
                                    

Kita lupakan segala pertengkaran dan perdebatan di masa lalu.
Mari kita kembali berteman dan bersahabat seperti dulu.

Minggu Pagi

🌲

Surya masuk ke dalam rumah sepulangnya dari mengikuti Misa pagi. Dilihatnya ruang keluarga sudah kosong. Teman-temannya yang tadi masih santai-santai di karpet dan sofa saat dia tinggalkan pergi ke gereja, sekarang sudah tidak kelihatan. Mungkin mereka sedang bermain-main di kolam renang, pikir Surya seraya berjalan ke arah pintu belakang. Ternyata dugaannya benar. Mereka bertiga sedang asyik bercanda di dalam kolam.

"Kalian mau sarapan apa, nih? Cari sarapan keluar atau kubikinin mi goreng aja?" tanya Surya kepada teman-temannya. Pagi ini dia enggan masuk ke dalam kolam. Tadi sebelum ke gereja dia sudah mandi.

"Nanti Lucia mau ke sini bawain bubur ayam," sahut Deni.

"Kapan dia bilang kalau mau ke sini?" tanya Surya sedikit heran.

"Tadi dia nelepon nawarin sarapan. Abis dari gereja dia mau beli bubur, terus langsung ke sini. Palingan entar lagi," ujar Deni lagi.

Surya duduk di kursi santai sambil merenungkan situasi saat ini. Lucia masih bersikap biasa, seakan-akan mereka berdua tidak punya masalah apa-apa. Teman-teman Surya memang tidak ada yang tahu bahwa Surya dan Lucia sudah berpisah. Surya tidak bercerita kepada teman-temannya karena terlalu sering mereka berdua putus sambung sehingga Surya sudah tidak pernah lagi curhat soal putus cintanya kepada teman-temannya. Terlalu membosankan.

Bagi teman-temannya, adalah hal yang wajar bahwa Lucia datang berkunjung dan membawakan makanan ke rumah Surya. Biasanya memang seperti itu. Tadi malam sikap Lucia juga seperti biasanya. Duduk bersebelahan dengan Surya, kadang menyandarkan kepalanya di bahu Surya, seolah tidak pernah ada peristiwa putus cinta di antara mereka.

Saat Surya memikirkan tentang Lucia, bel pintu depan berbunyi. Pasti itu Lucia yang datang, pikir Surya. Dilangkahkannya kaki ke pintu depan rumah. Lucia menyapanya dan langsung masuk sebelum dia persilakan. Surya mengikuti langkah Lucia yang langsung menuju ke ruang makan, lalu meletakkan makanan yang dibawanya di atas meja makan.

"Aku tadi lihat kamu di gereja waktu terima hosti. Tapi kayaknya kamu enggak lihat aku," kata Lucia.

"Memangnya kamu duduk di mana?"

"Di ujung belakang. Biar bisa langsung keluar pertama."

"Ooo ...." hanya itu tanggapan Surya.
Lucia memang satu gereja dengan dia. Dahulu mereka sering pergi ke gereja bersama.

Lucia seiman denganku, tidak seperti aku dengan Wulan, pikir Surya dengan sedih. Pagi-pagi hatinya sudah merana karena teringat Wulan.

"Anak-anak pada ke mana?" tanya Lucia.

"Di kolam."

Lucia beranjak menuju pintu belakang dan melangkah ke pinggir kolam. Sikapnya sangat santai, serasa di rumah sendiri seperti biasanya. Argo menyiram-nyiramkan air ke arah Lucia yang tertawa sambil melompat menjauh.

"Masuk, yuk, Cia," seru Argo.

"Aku enggak bawa baju renang."

Surya ingat bahwa sebenarnya Lucia meninggalkan sepasang baju renang di lemari pakaiannya. Akan tetapi, dia diam saja. Tiba-tiba Lucia menoleh ke arahnya, seolah-olah baru teringat sesuatu.

"Aku masih ninggalin baju renang di sini, kan?" tanya Lucia.

Surya mengangguk.

"Kuambil, ya," ujar Lucia sambil melangkah masuk kembali ke dalam rumah. Ah, Lucia, pikir Surya. Selalu spontan dan tanpa basa basi. Apa pun yang dia inginkan, langsung dia lakukan tanpa konfirmasi.

Tak lama kemudian Lucia keluar sudah memakai pakaian renangnya. Bikini dua potong dengan rumbai berbentuk rok kecil sebagai bawahannya. Mau tak mau, mata Surya menatap ke tubuh Lucia yang mulus dan hanya tertutup oleh dua potong kain yang sekecil itu. Dia sudah pernah menyentuh dan melihat seluruh tubuh Lucia. Kenangan lama berkelebat dalam benaknya, adegan-adegan mesra yang mereka lakukan berdua, yang segera ditepisnya kuat-kuat agar menghilang dari benaknya.

Sebagai perempuan, wajah dan tubuh Lucia sangat sempurna. Sebagai kekasih, dia juga pencium yang ulung. Dia tidak segan mengekspresikan perasaan dan hasratnya kepada Surya. Sebagai laki-laki, memiliki kekasih seperti Lucia adalah suatu keberuntungan. Cantik dan pandai bermesraan. Namun, sifatnya yang keras kepala dan selalu ingin menang sendiri membuat Surya harus melepaskannya.

Akan tetapi, sikap Lucia sejak pulang minggu lalu sangat manis. Tidak pernah mendebatnya. Pagi ini Lucia juga berbaik hati, membawakan makanan untuk Surya dan teman-temannya. Sangat peduli. Ya, kadang Lucia memang baik seperti ini. Diantara beberapa sifat dan sikap Lucia yang tidak disukai Surya, ada kebaikan Lucia yang disukainya.

Surya melayangkan pandangan ke kolam. Lucia sedang memandang ke arahnya dan tersenyum manis. Lucia terlihat cantik saat sedang tersenyum dan hatinya bahagia seperti pagi ini.

Surya membalas senyuman Lucia dengan tulus. Kita akan berteman dengan baik, ya. Lupakan segala pertengkaran kita yang lalu. Kembali bersahabat seperti dulu, kata Surya dalam hati. Sekarang hatinya sudah lega. Semua kemarahan dan kekesalannya kepada Lucia sudah hilang.

💋💋💋

Kali ini Surya dan Lucia sudah berbaikan, sebagai teman.
Tidak menutup kemungkinan mereka berdua akan kembali berbaikan sebagai pasangan kekasih.
Mungkin saja.

Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘





Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang