49. Semakin Hari Perasaanku Semakin Dalam Kepadamu.

213 7 7
                                    

Semakin hari,
perasaanku semakin dalam kepadamu.
Merasa nyaman.
Merasa bahagia.
Saat berada dalam pelukanmu.

Minggu Malam

💕

Wulan baru saja selesai melipat mukena ketika tantenya muncul di ambang pintu kamar dan berbicara kepadanya.

"Lan, cowok barumu udah datang, tuh," kata Tante Rena sambil tersenyum.

"He-he ... Iya, Tante. Abis ini aku langsung pulang kos, ya," jawab Wulan seraya bangkit dari duduknya dan beranjak ke ruang tamu untuk menemui Rhino. Wulan sudah bercerita kepada tantenya bahwa dia sudah punya pacar baru. Tadi pagi saat Rhino mengantarnya, Tante Rena sedang pergi berbelanja ke pasar sehingga Wulan belum bisa memperkenalkan Rhino dengan tantenya.

Wulan tersenyum ketika melihat Rhino duduk di kursi ruang tamu sambil memangku Wika, sepupu Wulan yang masih berusia 2 tahun. Tangan Wika sibuk memainkan ponsel Rhino. Wulan duduk di sebelah kiri Rhino, kemudian mengusap bahu Rhino sekilas.

"Kamu udah sholat magrib, No?" tanya Wulan.

"Udah, Lan. Tadi abis mandi, sholat, terus langsung ke sini," sahut Rhino. "Mau pulang sekarang atau nanti?"

"Sekarang aja, ya. Udah malam. Tapi Tante Rena mau kenalan dulu. Bentar aku panggil Tante, ya."

Belum sempat Wulan bangkit dari duduknya, tantenya sudah muncul ke ruang tamu sambil membawa baki berisi segelas teh hangat.

Tante Rena meletakkan baki yang dibawanya di atas meja, kemudian duduk di seberang mereka.
"Belum disuguhin minum, kok, udah diajak pulang." Tante Rena menegur Wulan.

"Maaf, saya jemput Wulan malam-malam, Tante. Tadi ada keperluan dulu," ujar Rhino.

"Enggak apa-apa. Silakan diminum dulu tehnya."

Rhino mengangguk, lalu meraih gelas teh di atas meja dan meneguknya setengah gelas.
"Makasih, Tante."

"Sama-sama. Rhino kerja di mana?" tanya Tante Rena berbasa-basi.

Rhino terdiam sejenak sebelum menjawab. Pertanyaan seperti ini sudah beberapa kali dia dengar saat berkenalan dengan teman-teman Wulan.

"Masih kuliah Tante. Belum kerja"

"Oh, lanjut kuliah S-2, ya? Teman sekelas Wulan?" tanya Tante Rena lagi.

"Mmm ... Enggak. Masih semester 3, S1," jawab Rhino.

"Oh ... Oke."
Tante Rena tersenyum sambil menahan rasa geli. Wulan luput menceritakan bagian ini. Tentang pacarnya yang masih muda, yang baru semester 3. Tante Rena mengira-ngira dalam hati usia Rhino, mungkin masih 19 tahun. Jauh lebih muda dari Wulan.

Wulan mengulurkan tangannya ke lengan kiri Rhino dan mengusapnya pelan.

"Rhino kuliah sambil bisnis, Tante." Wulan membela Rhino. "Seharian ini tadi, Rhino sibuk ngurusin kafenya yang mau dibuka. Makanya jemput ke sini malam."

"Wah. Bagus, dong. Masih kuliah udah punya usaha. Tante doakan semoga sukses, ya, kafenya," kata Tante Rena dengan tulus. Usia tidak selalu mencerminkan kedewasaan dan kemandirian. Rhino memang masih muda, tetapi sikapnya terlihat dewasa. Lebih dewasa dari Wulan, keponakannya, yang seringkali bersikap semaunya dan kekanakan. Mungkin Wulan memilih Rhino menjadi pacarnya karena kedewasaannya.

"Terima kasih, Tante," jawab Rhino dengan perasaan lega. Tante Rena baik dan ramah. Tidak memberi komentar atau bertanya apapun tentang usia Rhino.

"Wulan pulang sekarang, ya, Tante," pamit Wulan seraya mengangkat Wika dari pangkuan Rhino dan mencubit pipinya yang montok dengan gemas. "Mau ikut Mbak Wulan?" goda Wulan kepada Wika, yang mengangguk tanda setuju untuk mengikuti Wulan.

Wulan tertawa dan menyerahkan Wika ke pangkuan Tante Rena.

"Kalau ikut Mbak Wulan, tiap hari cuma dikasih makan mi instan," gurau tante Rena yang tahu pasti bahwa Wulan tidak pandai dan tidak suka memasak.

"Ha-ha-ha ... Tante hafal banget. Yuk, No. Pulang sekarang," ajak Wulan seraya bangkit berdiri dan mencium pipi Tante Rena. "Wulan balik ke kos, ya, Tante."

"Saya permisi, Tante. Terima kasih tehnya," pamit Rhino sambil menyalami Tante Rena.

"Hati-hati di jalan, ya."

Tante Rena mengantarkan mereka berdua keluar rumah, lalu melambaikan tangan ke arah mobil Rhino yang meninggalkan halaman rumahnya.

Wulan mengulurkan tangan kanannya ke bahu kiri Rhino dan mengusapnya.
"Beres-beres kafe seharian capek, ya, No?"

Rhino menoleh dan tersenyum.
"Enggak. Kan, cuma ngawasin tukang."

Biasanya saat di perjalanan, Rhino sesekali akan meraih tangan Wulan dan menggenggamnya. Namun, kali ini kedua tangannya erat menggenggam kemudi. Bahkan setelah Wulan mengusap bahunya, Rhino hanya menanggapi dengan senyuman. Sepanjang 10 menit berikutnya, hanya suara Sammy Simorangkir yang mengisi kesunyian di dalam mobil.

Rhino memarkir mobilnya di tempat biasa, di bawah pohon akasia, di depan pagar rumah kos Wulan. Kemudian dia meraih tangan Wulan dan menciumnya. Lalu menyandarkan kepalanya ke kaca jendela seraya menatap ke arah kegelapan di depan mobil.

"Kamu marah, No? Karena pertanyaan Tante Rena tadi?"

Sikap Rhino selalu seperti itu saat diingatkan tentang rentang usia mereka berdua. Terutama ketika ada yang menyinggung status Rhino yang belum bekerja.

Rhino tersenyum getir.
"Enggak marah, Lan. Hanya tersadarkan. Kenyataannya, kan, memang seperti itu. Aku belum kerja, umurku jauh di bawah kamu."

"Aku enggak masalah dengan umur kamu dan soal kamu belum kerja. Kamu, kan, sekarang sedang merintis bisnis. Bentar lagi jadi orang sukses. Toh, aku enggak buru-buru pengin cepet-cepet nikah."

Wulan tiba-tiba tertawa setelah mendengarkan ucapannya sendiri. Mengapa dia sampai menyebutkan tentang nikah? Maksud Wulan, seandainya Rhino saat ini sudah bekerja dan usianya lebih tua dari dia, Wulan juga tidak ingin diajak menikah sekarang. Dia masih ingin menikmati masa mudanya dengan bebas.

Rhino tersenyum dengan raut wajah bahagia. Dia mengartikan ucapan Wulan sebagai keseriusan Wulan memandang hubungan mereka. Diraihnya tubuh Wulan dan dipeluknya. Sulit untuk berpelukan erat saat duduk bersebelahan di kursi depan mobil seperti ini.

"Tolong bersabar menunggu aku sukses, ya, Cinta," bisik Rhino mesra di telinga Wulan.

Berdesir hati Wulan mendengar Rhino menyebutnya Cinta. Rhino sering menyatakan perasaan cintanya kepadanya. Namun baru kali ini dia memanggilnya dengan sebutan Cinta. Wulan mengulurkan kedua lengannya ke pinggang Rhino dan memeluk seerat yang bisa dijangkaunya. Dia merasa bahagia dan nyaman berada dalam pelukan Rhino.

💋💋💋

Perasaan Wulan kepada Rhino semakin dalam.
Mungkin suatu saat Wulan akan benar-benar jatuh cinta kepada Rhino.

Rhino adalah pasangan yang sempurna bagi Wulan.
Tampan, baik hati, pengertian.
Tetapi ada 2 kekurangan Rhino, yaitu usia muda dan belum bekerja.

Akankah Wulan bersabar menunggu hingga Rhino sukses?

Ikuti terus episodenya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘

















Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang