Percayalah kepadaku.
Meskipun yang lain meragukan dirimu.
Aku tetap yakin kepadamu.Minggu Siang
💞
"Mas Rhino mana, Mbak?" tanya Sasa setelah keluar dari pintu kamarnya kepada Wulan yang sedang merapikan bantal kursi ruang tamu.
"Sholat di masjid," jawab Wulan seraya duduk di salah satu kursi dan melambaikan tangannya memanggil Sasa mendekat. "Sini, Sa. Kita belum sempat ngobrol berdua kan."
Sasa mendekat dan duduk di sebelah kiri Wulan, kemudian mengangkat kakinya ke atas meja. Wulan tertawa dan menepuk paha Sasa, memberi kode agar menurunkan kakinya. Sasa menarik turun kakinya sambil meleletkan lidahnya ke arah Wulan. Kemudian diraihnya lengan kiri Wulan dan dipeluknya. Sasa sering bermanja-manja kepada Wulan saat mereka berjumpa.
Tiba-tiba Sasa menegakkan tubuhnya dan menggeser duduknya menghadap ke arah Wulan.
"Mas Bintang kapan hari, datang ke sini mbak," ujar Sasa.
"Oh, iya, 2 mingguan yang lalu, ya? Mas Bintang udah kasih tahu aku. Waktu itu, dia pas ada tugas di Jogja, kan," sahut Wulan.
"Oh, udah bilang Mbak Wulan, ya. Aku nguping waktu Mas Bintang ngobrol sama Ayah." Sasa tersenyum-senyum, sengaja menggoda Wulan agar penasaran dengan apa yang akan dia ceritakan.
"Ngobrol apa, Sa?" tanya Wulan.
"Ayah nanya soal hubungan kalian. Kenapa enggak dilanjutkan lagi seperti dulu. Terus Mas Bintang bilang, dia masih pengin lanjutin, tapi Mbak Wulan enggak mau."
"Iya. Memang Mas Bintang beberapa kali nyinggung soal balikan. Tapi, kan, aku udah ada Rhino, Sa."
"Memangnya Mas Bintang enggak tahu kalau Mbak Wulan udah punya pacar lagi?" Sasa bertanya dengan heran.
Wulan menggeleng.
"Ooooo .....' Sasa menyahut dengan sedikit bingung atas jawaban Wulan.
"Kalau Ayah, kan, tahu soal Mas Rhino. Kenapa masih nanya gitu ke Mas Bintang ya?" tanya Sasa lagi.
Wulan terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat untuk Sasa.
"Mungkin Ayah enggak bermaksud apa-apa. Hanya sekadar bertanya. Kan, aku sama Mas Bintang udah pacaran lama banget. Ayah udah anggap dia kayak anak sendiri."
Sasa sepertinya belum puas dengan jawaban dari Wulan. Sasa kembali membuka mulutnya, hendak bertanya sesuatu, tetapi suara dering telepon di teras membuatnya batal bertanya.
Wulan spontan bangkit dari duduknya dan melangkah ke ambang pintu. Dilihatnya Rhino sedang berjalan menjauh dari kursi teras, menuju ke arah pagar rumah sambil menempelkan ponselnya di telinga kanan.
Wulan duduk di kursi teras, menunggu Rhino menyelesaikan pembicaraannya yang berlangsung beberapa menit, tetapi serasa bertahun-tahun bagi Wulan. Saat Rhino sudah menutup pembicaraan, Wulan segera berjalan mendekatinya.
"Kamu udah lama duduk di terasnya, No?" Wulan ingin tahu, apakah Rhino mendengar pembicaraannya dengan Sasa.
Rhino mengangguk.
"Sejak kamu manggil Sasa."Wulan terdiam. Mencoba mengingat-ingat isi pembicaraannya tadi. Adakah yang kira-kira menyinggung perasaan Rhino?Sepertinya tidak ada.
Wulan meraih tangan Rhino.
"Kita ngobrol di kebun aja, yuk, No."Digandengnya Rhino ke arah kebun, di samping kanan rumah. Ada beberapa pohon buah yang rindang di sana. Terdapat satu set kursi bambu di bawah pohon mangga. Wulan mengajak Rhino duduk di sana, bersebelahan dengannya.
"Kamu dengar semua pembicaraanku sama Sasa, No?" tanya Wulan.
Rhino menjawab dengan anggukan kepala. Dia mendengar semua pembicaraan, tetapi ada beberapa kalimat yang hanya sayup-sayup terdengar karena jarak teras tempatnya duduk agak jauh dari kursi ruang tamu.
"Ada yang pengin kamu omongin atau tanyain ke aku, No?"
Rhino menggeleng. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan atau tanyakan kepada Wulan. Dari pembicaraan antara Wulan dan Sasa, Rhino bisa menyimpulkan bahwa ayah Wulan masih mengharapkan Wulan menjalin hubungan kembali dengan Bintang.
Rhino belum pernah berjumpa dan berkenalan dengan ayah Wulan. Hari ini ayah Wulan juga sedang bertugas ke luar kota sehingga Rhino tidak bertemu dengannya. Sekarang Rhino tidak yakin, apakah ingin bertemu dengan ayah Wulan. Entah apa yang akan dipikirkan ayah Wulan tentang Rhino. Yang masih terlalu muda dan masih kuliah. Tidak seperti Bintang yang sudah mapan.
"Maaf ya, No. Kamu enggak sengaja dengerin obrolan kami tentang Bintang." Wulan menempelkan wajahnya di bahu kiri Rhino.
Rhino diam, tidak menjawab kata-kata Wulan. Biasanya saat Wulan merebahkan kepala di bahunya, Rhino akan mengulurkan tangannya, membelai rambut atau pipi Wulan. Akan tetapi, kali ini Rhino hanya duduk diam, tidak bergerak.
Wulan mengangkat kepalanya, memandang Rhino, yang saat ini sedang menatap ke arah pepohonan di depannya.
"Kamu ragu sama aku, No?" tanya Wulan pelan.
Rhino menoleh dan menatap wajah Wulan. Dia terdiam beberapa saat, kemudian tersenyum saat melihat kesungguhan dan kecemasan di wajah Wulan.
"Enggak, Cinta. Aku percaya sama kamu."
Wulan merasa lega dan membalas senyuman Rhino. Rhino mengulurkan lengan kanannya ke wajah Wulan dan membelai pipinya. Rhino yakin dan percaya kepada Wulan. Yang menjalani hubungan adalah mereka berdua. Rhino akan berusaha sebaik-baiknya untuk bersikap lebih dewasa dan mengembangkan bisnisnya. Semoga, suatu saat ayah Wulan akan menganggapnya pantas, menjadi pendamping Wulan.
💋💋💋
Persoalan di antara Wulan dan Rhino selalu seputar usia muda Rhino.
Yang membuat orang-orang di sekitar Wulan meragukan Rhino.Di sisi lain, ada Bintang yang usianya sudah dewasa dan sudah bekerja, yang masih mengharapkan Wulan kembali kepadanya.
Akankah Wulan melepaskan Rhino, dan kembali kepada Bintang?
Ikuti terus episodenya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘20/06/2020 (15.00)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah #2 (Cinta Segi Lima 18+)
Romance💜 Mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain dan memendam rasa diam-diam tanpa seorang pun tahu 💜 Cerita awal mula perkenalan Wulan dan Surya. WARNING (18+) Ada ADEGAN DEWASA di beberapa episodenya. Jadi yang MASIH DI BAWAH UMUR plea...