72. Akhir yang Belum Pasti

326 11 6
                                    

Aku bosan patah hati.
Aku hanya ingin jatuh cinta, lalu berbahagia.

🍁
Ibunda Surya keluar dari ruang makan dan bergegas menghampiri Surya.

"Sehat, Nak?" sapanya ketika Surya meraih tangan kanannya dan menciumnya.

Surya mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Jangan sampai ibunya tahu tentang kegalauan yang dia rasakan. Jauh di dalam lubuk hatinya dia masih berharap dugaannya salah.

"Mau makan sekarang? Mama udah bikinin rawon kesukaanmu."

Surya tidak merasa lapar sama sekali. Selera makannya menghilang, berganti dengan rasa eneg di perut.

"Maaf, Ma. Aku boleh pergi sebentar? Mau ke rumah Cia," tanya Surya meminta ijin. Rasa penasarannya harus segera mendapatkan jawaban.

"Ya udah, gapapa. Ajak Lucia ke sini, ya. Nanti makan bareng," jawab ibunya dengan seulas senyum. Dia memaklumi tabiat anak muda yang tidak sabaran ingin berjumpa dengan kekasihnya.

"Makasih, Ma," sahut Surya lega. Diciumnya pipi ibunya, kemudian meraih kunci mobil dari atas meja dan segera berlalu menuju garasi. Sepanjang perjalanan pikiran Surya penuh dengan dugaan dan kemungkinan. Apa yang akan dia lakukan jika ternyata kecurigaannya benar? Apa yang akan dia lakukan jika Lucia mengakui telah menduakannya dengan lelaki lain?

Surya menghentikan mobilnya di seberang rumah berpagar hijau. Lucia tinggal di rumah itu bersama dengan tiga orang teman sekantornya. Perusahaan tempat Lucia bekerja menyediakan rumah tinggal untuk para sekretaris direktur yang masih berstatus lajang. Surya tetap duduk di dalam mobilnya, tidak turun dan menekan bel rumah seperti biasanya. Diraihnya ponsel dari kantung celana, lalu kembali menghubungi Lucia, tetapi tidak tersambung. Rupanya Lucia mematikan ponselnya.

"Cia, aku di depan rumah dinasmu. Kamu kapan pulang?" Akhirnya Surya memutuskan menulis pesan tentang kedatangannya di Surabaya dan sekarang sedang menunggu Lucia di depan rumahnya. Surya berharap Lucia segera menyalakan ponsel dan membaca pesan yang dikirim olehnya.

Surya menunggu di dalam mobil hingga hampir 2 jam kemudian, ketika akhirnya sebuah mobil berhenti di depan rumah Lucia. Mobil yang serupa dengan yang dilihat oleh Surya di lampu merah. Tak lama kemudian Lucia turun dan melambaikan tangannya ke arah mobil yang berlalu dengan wajah ceria.

Surya membuka jendela mobilnya dan berseru memanggil Lucia. Lucia menatap ke arah Surya dengan ekspresi terkejut. Entah mengapa dia sampai tidak menyadari bahwa mobil yang parkir di seberang rumahnya adalah mobil Surya. Karena dia sama sekali tak punya bayangan bahwa Surya sedang berada di Surabaya, atau karena dia terlalu fokus dengan lelaki yang pergi bersamanya? Lucia berjalan mendekati mobil Surya dengan langkah ragu, lalu membuka pintu dan duduk di sebelah Surya.

"Kamu kapan datang? Kok enggak kasih kabar?"

"Kamu dari mana?" Surya membalas pertanyaan Lucia dengan pertanyaan.

Lucia diam sejenak, sepertinya sedang memikirkan jawaban yang masuk akal.
"Jalan-jalan. Ke mal." Akhirnya keluar jawaban dari mulut Lucia.

"Beneran ke mal? Bukan ke hotel? Kenapa hapemu kamu matikan? Telepon dan pesanku juga enggak dijawab."

Lucia bergegas meraih ponselnya dari dalam tas dan menyalakannya. Terlihat pesan masuk dari Surya sejak dua jam yang lalu.

"Kamu udah nunggu dua jam di sini ya?" tanya Lucia dengan raut terperanjat.

"Kamu pergi sama siapa?" kembali Surya membalas pertanyaan Lucia dengan pertanyaan.

"Mmm ... teman. Teman sekantor." jawab Lucia pelan.

Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang