Pagi ini terasa indah bersamamu.
Kamu yang sekarang menjadi kekasihku.
Kamu yang selalu baik
dan lembut kepadaku.❤
Pintu ruangan Wulan terbuka. Ani muncul dari pintu itu sambil membawa setumpuk nota yang dibawanya dari front desk. Wulan spontan menarik kedua tangannya dari genggaman Rhino. Pipinya bersemu merah, tersipu malu. Rhino tertawa gugup sambil meraih ponsel dari kantong celananya, lalu berpura-pura memeriksa pesan di ponselnya.
"Eh, sorry ..., " ucap Ani dengan senyuman geli menghiasi wajahnya. Dia tidak menyangka akan melihat pemandangan mesra saat memasuki ruangan Wulan. Rasa penasarannya sedikit terjawab. Ada sesuatu terjadi di antara Rhino dan Wulan, yang membuat wajah mereka penuh senyum pagi ini. Setelah ini Wulan harus menjelaskan semuanya kepadaku, kata Ani dalam hati.
Wulan tersenyum salah tingkah.
"Gapapa, An. Nota dari acara Sabtu lalu, ya?"Hari Sabtu lalu, Ani, Dina dan Upik membuka meja pendaftaran di acara Pensi salah satu SMA swasta di kota ini. Mungkin ada beberapa calon murid yang mendaftar di acara itu. Ani mendekati meja Wulan dan meletakkan tumpukan nota itu di atas meja.
"Aku tinggalin notanya dulu, ya. Entar kita hitung-hitungan nanti aja," kata Ani sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Wulan.
Wulan mencubit lengan Ani dan tertawa. Kemudian menundukkan kepala dan menyibukkan diri dengan membuka-buka nota yang diletakkan Ani agar wajahnya yang merona tidak terlihat oleh Ani.
"Aku udah mau pulang, kok, Mbak. Dilanjut aja kerjanya, gapapa," ujar Rhino seraya berdiri dari kursinya. "Silakan duduk, Mbak." Rhino mempersilakan Ani duduk di kursi yang sebelumnya dia duduki.
Rhino memang memanggil teman-teman sekantor Wulan dengan sebutan Mbak. Saat Rhino kursus di sini pertama kali setahun yang lalu, dia baru lulus SMA dan menjadi mahasiswa baru. Awalnya Rhino mengambil jadwal kursus malam hari jadi tidak pernah berjumpa dengan Wulan yang jadwal kerjanya pagi hingga sore.
Saat dia mengganti jadwal kursus sore, suatu ketika berjumpa dengan Wulan di lorong kelas sedang mengobrol dengan beberapa murid yang kebetulan teman kuliah Rhino. Akhirnya mereka berkenalan. Saat itu Rhino mengira Wulan juga salah satu murid kursus, bukan pegawai karena dia tampak seumuran dengan teman-teman kuliah Rhino. Jadi sejak awal Rhino memanggil Wulan hanya nama saja, tanpa sebutan Mbak.
"Makasih, ya, No." kata Ani. "Kuliah jam berapa, No?" tanya Ani berbasa basi.
"Jam 9, mbak, masih lama. Jadi ini mau pulang kos dulu. Aku pamit, ya, Mbak Ani. Wulan."
Ani tersenyum dan mengangguk. Wulan berdiri dan menjejeri langkah Rhino, keluar dari ruangannya. Di luar pintu, Rhino meraih tangan Wulan dan menggenggamnya. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju pintu depan kantor. Telapak tangan Wulan terasa hangat, sehangat hati Rhino. Pagi ini perasaan Rhino meluap-luap bahagia. Wulan sudah resmi menjadi pacarnya. Di lorong kantor, mereka menghentikan langkah sejenak.
"Sore ini aku jemput kamu, ya," kata Rhino seraya menatap mesra ke arah Wulan.
Posisi tubuh mereka sekarang berhadapan dengan jarak kurang dari 40 cm. Saat mereka berdiri berdekatan, puncak kepala Wulan hanya setinggi hidung Rhino. Jika Rhino mau, dalam posisi berhadapan seperti itu, akan dengan mudah bibirnya mencium kening Wulan. Dia sungguh ingin melakukannya. Namun, ini baru hari pertama mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Rhino tidak ingin Wulan menganggapnya lancang. Mungkin seminggu atau dua minggu lagi, dia akan berani melakukannya.
Wulan mengangguk. Biasanya dia hanya menumpang mobil Rhino saat kebetulan bersamaan dengan jadwal kursus Rhino, hari Selasa dan Kamis. Hari lainnya, Wulan pulang naik becak atau menumpang temannya yang lain. Namun sekarang dia sudah menjadi kekasih Rhino. Jika Rhino ingin menjemputnya setiap sore, Wulan tidak keberatan.
Ketika hendak melewati front desk, Rhino menoleh sejenak ke arah Wulan dan tersenyum sebelum kemudian melepaskan genggaman tangannya. Dia masih merasa segan terlihat menggandeng tangan Wulan di depan Lili.
"Mbak Lili, aku permisi dulu, ya," pamit Rhino kepada Lili yang duduk sendirian di meja depan. "Aku pulang dulu, ya, Lan."
Lili dan Wulan serempak mengangguk. Mereka berdua memerhatikan Rhino yang berjalan menuju pintu keluar hingga berbelok ke arah mobilnya diparkir dan tidak terlihat dari pandangan mereka lagi.
"Ehem ...."
Wulan menoleh ke arah Lili yang menggodanya dan tertawa lepas. Dia masih setengah tidak percaya dengan situasi yang dihadapinya pagi ini. Takjub dengan keputusan yang dia ambil, menerima pernyataan cinta Rhino. Seharian ini pasti dia akan sibuk menjawab pertanyaan teman-temannya tentang hubungannya dengan Rhino.
"Nanti aja ceritanya, ya, Li. Aku mau hitung-hitungan duit sama Ani. Ha-ha-ha ..., " ujar Wulan sambil berbalik cepat dan segera melangkah menuju ruangannya lagi. Wulan tertawa terbahak-bahak mendengar suara Lili yang sayup-sayup terdengar mengumpat. Sebentar lagi dia harus menghadapi wawancara dari Ani tentang adegan mesra yang dilihat Ani di ruangannya. Ah, menyebalkan.
💋💋💋
Pagi pertama Wulan dan Rhino sebagai sepasang kekasih, sangat mesra.
Hati Rhino sangat bahagia.
Sepertinya Wulan juga menikmati paginya bersama Rhino.Apakah hubungan mereka berdua akan bertahan lama?
Ikuti terus episodenya ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.Terima kasih.
Love love love
😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah #2 (Cinta Segi Lima 18+)
Romance💜 Mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain dan memendam rasa diam-diam tanpa seorang pun tahu 💜 Cerita awal mula perkenalan Wulan dan Surya. WARNING (18+) Ada ADEGAN DEWASA di beberapa episodenya. Jadi yang MASIH DI BAWAH UMUR plea...