62. Jalani Saja Seperti Ini, Hingga Saatnya Tiba.

214 8 4
                                    

Aku ingin menjalani hidupku bersamamu.
Tanpa memikirkan ikatan.
Tanpa memikirkan tekanan.
Jalani saja seperti ini, hingga saatnya tiba.


Minggu Pagi

💙

"Lan, ada Rhino, tuh, di teras!" seru Tina dari ambang pintu belakang kamar mereka.

"Iya, Tin. Tolong bilangin nunggu bentar, ya. Jemuranku tinggal dikit lagi, kok," jawab Wulan seraya melanjutkan kegiatannya, menjemur pakaian yang baru selesai dia cuci. Area cuci baju dan jemuran berada tepat di belakang paviliunnya. Di sebelah kamar Mbak Yah, asisten rumah kos.

Sekitar 10 menit kemudian, Wulan beranjak masuk ke kamarnya dan terus berjalan menuju pintu depan. Dilongokkannya kepala di ambang pintu, melihat ke arah Rhino yang sedang duduk menunggu di kursi teras.

"Rhino," sapa Wulan dengan ceria. "Pergi sekarang aja?"

Rhino menoleh ke arah Wulan dan tersenyum.
"Boleh."

"Aku ganti celana panjang dulu, ya."

Wulan sedang memakai kostum andalannya ketika berada di rumah atau di kamar saja. Kaus oblong dan celana pendek.

Rhino tertawa.
"Enggak usah ganti, gapapa. Ngirit cucian."

"Beneran, nih?" tanya Wulan sambil tertawa.

Rhino mengangguk.

"Oke. Aku ambil tasku dulu, ya."

Wulan meraih tasnya dari atas meja belajar. Memeriksa isinya sebentar, kemudian mencangklongnya di bahu kirinya.

"Aku ke kos Rhino dulu, ya, Tin," pamit Wulan kepada Tina yang sedang mengipasi wajahnya agar masker yang dipakainya cepat kering.

Tina menjawab dengan anggukan dan lambaian tangan. Dia tidak ingin maskernya yang hampir kering menjadi retak.

Wulan keluar ke teras dan memakai sandalnya. Kemudian menggamit lengan kiri Rhino.

"Mbak Tina, aku pamit dulu, ya!" seru Rhino ke arah pintu paviliun yang tertutup.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Rhino menatap Wulan dengan ekspresi bingung.

Wulan tertawa.
"Tina lagi pakai masker, enggak bisa jawab. Entar kalau mukanya jadi mleyot sebelah, Mas Tri pangling."

Terdengar suara tawa dari dalam kamar, diikuti umpatan pelan.

Wulan segera menarik tangan Rhino agar berjalan cepat meninggalkan teras sambil tertawa terbahak-bahak. Rhino menahan tawanya karena segan dengan Tina. Akan tetapi, sesampainya di dalam mobil, Rhino melepaskan tawanya. Hingga mobil berbelok keluar gang, Rhino masih tertawa kecil karena teringat keisengan Wulan.

"Nanti tinggal ngeprint aja atau masih ada yang perlu diedit?" tanya Rhino setelah tawanya mereda.

"Kalau naskahnya, sih, udah selesai. Tinggal ngedit liningnya aja. Nanti editin, ya."

Rhino mengangguk. Tidak lama kemudian mobil Rhino berhenti di depan rumah kosnya yang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari rumah kos Wulan.

Mereka berdua memasuki pintu rumah dan berjalan menuju ke kamar Rhino. Rhino membiarkan pintu kamarnya terbuka sebagian. Wulan mengeluarkan laptop yang dipinjamkan oleh Rhino dari dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja belajar. Dibukanya file yang berisi tugas yang sudah selesai dia ketik, lalu dia geser laptop ke depan Rhino.

Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang