37. Aku Jalani Cinta Yang Nyata, Bahagia Dengan Dia Yang Mencintaiku.

220 7 4
                                    

Aku lupakan cintaku yang semu.
Cinta yang tak mungkin bersatu.
Aku jalani cinta yang nyata.
Bahagia dengan dia yang mencintaiku.

Sabtu Pagi

💖

"Tumben jam segini udah siap, Lan?" tanya Tina seraya melirik ke arah jam dinding yang terpasang di atas pintu. Masih pukul 06.15.

"Iya, Tin. Rhino ngajak nyari sarapan dulu," jawab Wulan. Disisirnya poninya yang sudah mulai panjang ke samping. Poni Wulan sudah tidak menggantung di kening seperti beberapa minggu yang lalu saat Riska iseng mengguntingnya. Mungkin setelah ini, Wulan akan mencoba model rambut tanpa poni. Wulan juga bosan dengan rambut panjangnya. Dia ingin memotong rambutnya sepanjang bahu agar praktis, tidak harus sering-sering mengikat rambut. Besok dia akan meminta Rhino mengantarnya ke salon untuk memotong rambut.

"Eh ... itu kayaknya mobil Rhino datang," ucap Wulan sambil membuka pintu depan dan melongok keluar. Dugaannya tepat. Mobil Rhino baru saja berhenti dan parkir di depan pagar. Rhino membuka jendela mobilnya dan melambai ke arah Wulan. Wulan membalas lambaian Rhino, kemudian masuk kembali ke kamar untuk mengambil tas dan ponselnya. Lalu keluar kamar dan memakai sepatunya.

"Aku berangkat dulu, ya, Tin."

"Yo .... Hati-hati."

Rhino membukakan pintu untuk Wulan dan tersenyum menatap Wulan yang berjalan ke arahnya. Pagi ini Wulan kelihatan cantik dan segar. Padahal Rhino tahu, tadi malam Wulan tidur larut malam. Semalam mereka berdua mengobrol di telepon hingga tengah malam.

"Tadi malam tidur jam berapa?" tanya Rhino sambil mengulurkan tangan kirinya, meraih tangan kanan Wulan dan digenggamnya. Mobilnya melaju pelan melewati jalan raya yang belum terlalu ramai.

"Abis kita ngobrol itu aku langsung tidur. Aku, kan, ngobrolnya sambil setengah tidur ha-ha-ha ..., " jawab Wulan setengah bercanda, tetapi sebenarnya yang dia katakan memang benar. Tadi malam dia sudah sangat mengantuk saat ngobrol dengan Rhino, tetapi entah mengapa dia enggan menghentikan obrolannya.

Rhino tertawa dan mengusap telapak tangan Wulan sejenak, sebelum melepaskan genggaman tangannya. Dia memerlukan tangan kirinya untuk memegang perseneling. Mobilnya akan berbelok ke warung gudeg langganannya.

Halaman warung yang sederhana itu penuh dengan sepeda motor dan beberapa mobil yang terparkir. Masakan di warung itu terkenal enak dan harganya terjangkau. Mereka mendapatkan tempat parkir di ujung barisan.

"Lain kali kalau udah ngantuk bilang aja, ya. Entar kamu kurang istirahat," kata Rhino dengan lembut. Dipandangnya wajah Wulan dengan perasaan sayang.

Wulan mengangguk. Perhatian dari Rhino selalu menghangatkan hatinya.

💖💖

Surya sedang membuka kulkas dan memikirkan ide sarapan yang akan dibuatnya pagi ini saat terdengar bel pintu rumah berbunyi. Ditutupnya pintu kulkas, kemudian melangkah menuju pintu depan sembari menduga-duga siapa yang berkunjung pagi ini. Beberapa teman akrabnya kadang berkunjung tanpa memberi tahu terlebih dahulu.

Dibukanya pintu dan terlihat wajah Lucia yang berdiri di hadapannya. Tersenyum ceria sambil menenteng sebuah bungkusan di tangan kanannya. Ini kali pertama Lucia pulang ke kota ini setiap minggu, 3 kali berturut-turut.

"Aku beliin bubur ayam kesukaanmu," ujar Lucia seraya menyodorkan bungkusan yang dibawanya ke arah Surya.

Surya menerimanya dengan sedikit bimbang. Apakah dia perlu mempersilakan Lucia masuk? Jika melihat dari besar bungkusan dan beratnya, sepertinya isinya tidak hanya satu porsi. Mungkin Lucia bermaksud sarapan di sini bersama dia, seperti biasanya.

Lucia menghentikan kebimbangan Surya dengan bergerak maju melewati Surya yang berdiri di depan pintu. Tubuh mereka sedikit bersentuhan karena Surya tidak menyangka bahwa Lucia akan melewatinya sehingga dia tidak memiringkan tubuhnya. Bau harum dari tubuh Lucia menguar melewati hidung Surya. Pagi ini Lucia sudah mandi sebelum datang ke rumahnya.

Diikutinya langkah Lucia yang dengan percaya diri langsung menuju ke ruang makan. Lalu mengambil 2 buah mangkuk dari rak piring dan menjangkau bungkusan yang berada di tangan Surya. Seperti yang sudah Surya perkirakan, ada 2 buah bungkusan bubur ayam di dalamnya, beserta 1 kantong plastik berisi 5 buah cakue.

Lucia menuang bubur ke dalam 2 mangkuk dan menyodorkan salah satunya ke tangan Surya. Kemudian Lucia memegang satu mangkuk lainnya di tangan kanannya, yang Surya asumsikan akan menjadi sarapan milik Lucia.

"Kita makan di atas aja, yuk, Beb. Sambil nonton tivi," kata Lucia dengan ceria.

Surya menarik napas panjang, menyiapkan diri untuk berbicara serius dengan Lucia. Dia letakkan mangkuk yang berada di tangannya ke atas meja.

"Cia. Kamu enggak bisa kayak gini terus. Datang tiba-tiba tanpa ngasih tahu. Kita, kan, udah enggak pacaran lagi."

Lucia memandang Surya dengan tatapan mendung, tidak lagi ceria seperti satu menit sebelumnya. Surya sedikit menyesal mengucapkan kalimat itu kepada Lucia, tetapi hal itu harus dia sampaikan. Lucia harus menerima bahwa hubungan mereka tidak seperti dahulu. Sekarang ada batasan-batasan yang harus dia hormati. Mengabari sebelum berkunjung dan meminta ijin memasuki rumah, misalnya.

"Tapi aku, kan, udah berkali-kali minta maaf sama kamu. Kita juga udah ngobrol baik-baik di telepon selama seminggu ini. Aku ke sini juga karena mama kamu yang bilang, kalau aku harus lebih merhatiin kamu," sahut Lucia sambil duduk di kursi makan dan meletakkan mangkuknya di atas meja.

Surya duduk di sebelah Lucia. Digesernya kursi menghadap ke arah Lucia yang menundukkan kepala dengan wajah sedih.

Biasanya sikap Lucia yang seperti ini, lancang dan tidak mempertimbangkan keinginan Surya sebelum melakukan sesuatu, selalu dia maklumi. Tetapi kali ini Surya harus menegurnya.

"Aku enggak masalah kamu datang ke sini. Kamu bawain makanan, aku juga berterimakasih," ucap Surya lembut. Dia merasa sedikit tidak tega melihat kesedihan di wajah Lucia. "Tapi lain kali ngabarin dulu, ya."

Lucia mengangkat wajahnya, lalu memandang wajah Surya.
"Kamu masih cinta sama aku, Beb?" tanya Lucia.

Surya terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Lucia.

"Masih adakah kesempatan buat kita balikan lagi kayak dulu?" tanya Lucia lagi.

Surya berpikir beberapa saat sebelum memberi jawaban. Bagaimanapun, dia tahu bahwa dia masih menyayangi Lucia. Namun, dia belum siap untuk kembali berhubungan dengan Lucia seperti dulu, sebagai sepasang kekasih. Dia juga tidak siap kehilangan Lucia sebagai teman.

Bertahun-tahun Lucia selalu mendampinginya, Surya tidak yakin bisa menjalani hidup tanpa Lucia ada di dekatnya. Sepertinya selalu mudah baginya untuk kembali menjalin hubungan kasih dengan Lucia. Saat ini terus terang, Surya sudah mulai mempertimbangkannya.

"Kita jalani saja dulu seperti ini, ya, Cia. Berteman baik. Kamu mau berteman denganku?"

Lucia mengangguk. Akan dia jalani hubungan pertemanan ini. Dia akan selalu berada di dekat Surya, akan memberi perhatian lebih, melebihi yang dilakukannya dahulu saat masih menjadi kekasihnya. Dia berharap suatu saat Surya akan mencintainya lagi seperti dulu.

💋💋💋

Wulan dan Rhino menjalani minggu pertama mereka sebagai sepasang kekasih.

Lucia sedang menjalani minggu kedua pendekatan kepada Surya.
Berusaha mengambil kembali hati Surya agar mau menjadi kekasihnya lagi.

Apakah Surya akhirnya menerima Lucia kembali?
Bagaimana kelanjutan hubungan Wulan dan Rhino?

Ikuti terus episodenya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terimakasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘









Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang