14. Kuharap perpisahan ini hanya sementara

347 10 8
                                    

Aku cinta kepadamu, ingin selalu bersamamu.
Kuharap perpisahan ini hanya sementara.
Lalu kita akan kembali bersama, seperti biasanya.

🖤

Dosen mengakhiri kuliah Sabtu siang pada pukul 13.56. Lebih cepat beberapa menit saja dari jadwal. Surya segera mengemas buku dan penanya ke dalam tas, kemudian berdiri dari kursinya. Beberapa saat yang lalu, dia mengecek ponselnya. Lucia mengirimkan pesan bahwa dia sudah berada di parkiran.

"Aku pulang duluan, ya. Ada keperluan." Surya berpamitan dan tersenyum kepada teman-teman yang duduk di dekatnya. Kemudian dia menoleh ke arah Wulan, tetapi Wulan sedang menundukkan kepalanya, sibuk mencoret-coret bukunya seolah tidak mendengar ucapan Surya.

Surya berjalan pelan menuju pintu kelas, beriringan dengan beberapa mahasiswa yang lain. Sebelum keluar pintu, dia sempatkan menoleh kembali ke arah Wulan. Terlihat Wulan sedang diam termenung dan menatap ke luar jendela. Sangat kontras dengan teman-temannya yang sedang tertawa-tawa dan bercanda.

Surya meneruskan langkahnya menuju area parkir seraya memikirkan Wulan. Selama seminggu ini dia memerhatikan Wulan selalu ceria dan ramah kepadanya. Namun, hari ini sikap Wulan berbeda, sejak awal terlihat lebih diam dan seolah menghindari tatapan mata dengan Surya. Saat di kantin, Wulan juga tidak terlalu banyak berbicara. Memang Wulan masih tetap ramah, beberapa kali menimpali obrolan Putra, Devi, dan Leon, tetapi sepertinya acuh dengan Surya. Apakah dia melakukan sesuatu hal yang menurut Wulan salah? Surya sama sekali tidak punya bayangan, apa kesalahan dia.

🖤🖤

Wulan menundukkan kepala dan mencoret-coret buku di hadapannya, berpura-pura tidak mendengar saat Surya berpamitan. Beberapa detik kemudian, dia mengangkat wajah dan memandang punggung Surya yang sedang berjalan menuju pintu keluar. Kemudian, kembali dia palingkan wajahnya ke luar jendela dan menatap kosong ke arah kejauhan.

Hatinya masih terasa pedih. Mengapa dia harus jatuh hati kepada orang yang salah, yang sudah menjadi milik orang lain dan berbeda keyakinan dengan dia. Perasaan itu baru ada di hatinya selama beberapa hari, tetapi terasa menusuk sampai ke ujung sanubari.

Wulan ingat ketika dahulu dia jatuh cinta kepada Bintang, rasanya juga seperti itu. Wulan tidak mudah jatuh hati, tapi saat dia sudah jatuh hati, perasaan itu tidak akan mudah pergi. Bahkan sampai sekarang perasaan sayang Wulan kepada Bintang belum hilang sepenuhnya. Kadang dia masih merindukan Bintang. Meskipun banyak lelaki di sekelilingnya, yang berteman dengannya dan sebagian mendekatinya, tetapi bertahun-tahun hanya ada Bintang di hatinya. Lalu sekarang, juga ada Surya.

🖤🖤🖤

"Hai, Sayang. Jam berapa tadi selesai nyalonnya?" Surya menyapa Lucia sesaat setelah duduk di dalam mobil.

Lucia terlihat cantik sekali. Rambutnya yang sepanjang bahu tertata rapi. Wajahnya juga terlihat berbeda, tetapi Surya tidak bisa menebak apa yang menyebabkan wajah Lucia terlihat berbeda. Surya segera menyalakan mobilnya dan mengarahkannya keluar gerbang kampus.

"Baru aja, kok. Terus langsung ke sini," jawab Lucia dengan ceria. Dia selalu ceria setelah keluar dari salon. Baginya perawatan di salon seperti rekreasi, pelepas segala rasa lelah dan kesal.

"Bulu mataku cantik, enggak, Beb?" Lucia menyentuh ujung bulu matanya dengan jari telunjuk.

Ah, iya, pikir Surya. Bulu mata. Itu yang menyebabkan wajah Lucia terlihat berbeda dan lebih cantik.

"Cantik, dong. Aslinya udah cantik, sekarang lebih cantik," puji Surya.

Sebenarnya bagi Surya, Lucia sudah cantik apa adanya tanpa perlu bermacam-macam perawatan. Tanpa memakai alat make up, Lucia sudah cukup cantik bagi Surya, tetapi mungkin pemikiran lelaki dan perempuan berbeda. Kalau dia sampaikan isi pikirannya, akan ada perdebatan dengan Lucia. Maka, lebih baik dia simpan dalam hati saja.

Lucia tersenyum, senang mendengar pujian Surya.
"Beb, aku nanti malam kudu balik ke Surabaya. Banyak yang harus kukerjain buat konferensi minggu depan," kata Lucia.

"Loh. Katanya weekend ini kamu free?" tanya Surya. Dia merasa kecewa. Ternyata kebersamaannya dengan Lucia kembali dikalahkan oleh urusan pekerjaan.

"Enggak bisa dikerjain di sini aja, ya? Asisten kamu enggak bisa bantu ngerjain?" tanya Surya lagi. Surya tahu, sebagai sekretaris senior Lucia memiliki seorang asisten.

"Bisa aja, sih. Tapi aku enggak mau kayak gitu. Harus aku yang ngerangkum sendiri semua materi dari Pak Andre dan aku yang serahin hasilnya langsung," jawab Lucia.

"Dirangkum disini enggak bisa? Riset juga bisa dikerjain via online, kan. Minta asisten kamu yang nyari semua materinya, kamu tinggal selesaiin di sini. Jadi kamu bisa balik ke Surabaya minggu malam, Cia." Surya mencoba memberi usulan.

"Kamu enggak tahu, sih, persaingan di kantorku. Kalau aku enggak komit, banyak yang mengincar pekerjaanku," jawab Lucia dengan sedikit ketus. Dia mulai merasa kesal dengan Surya yang menurutnya tidak memahami kesibukannya.

"Aku, kan, juga punya target, dalam tiga tahun atau paling lama empat tahun lagi, harus bisa jadi sekretaris eksekutif," sambung Lucia lagi.

"Nanti kamu bakal lebih sibuk dari sekarang. Bakal makin sulit ketemu sama aku," keluh Surya.

Lucia meledak kemarahannya. Surya sepertinya tidak mendukung karirnya.
"Setop! Berhentiin mobilnya. Aku mau turun!" teriak Lucia sambil meraih pegangan pintu.

Surya terkejut, lalu menghentikan mobilnya dengan mendadak. Lucia segera membuka pintu mobil dan melangkah keluar, berjalan kaki di trotoar dan meninggalkan mobil Surya yang berhenti di tepi jalan.

Surya bergegas menutup pintu mobil yang ditinggalkan terbuka oleh Lucia, lalu menjalankan mobilnya pelan-pelan mengiringi langkah Lucia.

"Masuk, yuk, Cia. Aku minta maaf, ya. Kita bicarain di mobil aja. Dilihatin banyak orang, tuh." Surya berusaha membujuk.

Lucia masuk ke dalam mobil dengan ekspresi wajah yang masih kesal.
"Kayaknya kita mesti break dulu, deh," kata Lucia.

"Maksudnya?" tanya Surya. Dia hentikan mobilnya dan menoleh ke arah Lucia.

"Kita putus aja," sahut Lucia.

"Enggak bisa kita bicarain lagi, ya?. Aku akan berusaha lebih ngertiin kamu, Cia," kata Surya dengan suara pelan. Hatinya pedih. Ini ucapan putus yang kesekian kali dari Lucia. 

"Enggak! Aku udah bosen bertengkar! Kamu sama aku selalu beda pemikiran!' jawab Lucia sambil memalingkan wajahnya ke luar jendela, tidak mau memandang wajah Surya. Hatinya sedih, tapi juga kesal. Kesal kepada Surya yang tidak pernah memahami kesibukannya.

💋💋💋

Wulan yang patah hati.
Cinta yang baru tumbuh dalam hatinya, harus segera dicabut dengan paksa.

Surya yang patah hati.
Cinta yang bertahun-tahun bersemayam dalam hatinya, harus berpisah dengan terpaksa.

Akankah Surya dan Lucia berbaikan kembali?
Gimana kelanjutan hubungan antara Surya dan Wulan, setelah Surya bukan milik siapa-siapa lagi?

Ikuti terus episodenya ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘

Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang