Aku tak mudah mengatakan cinta.
Tapi yakinlah kepadaku,
aku cinta kepadamu.💘
"Ada telepon, No," kata Wulan seraya meraih ponsel Rhino yang berada di dalam kotak, di depan perseneling mobil. Dilihatnya nama penelepon. Ani.
"Ani yang nelpon," lanjut Wulan dengan sedikit heran, lalu menyerahkan ponsel itu ke tangan Rhino.
"Ya, Mbak Ani," sahut Rhino sambil menjalankan mobilnya dengan pelan.
"Iya. Bentar, ya, Mbak." Rhino menyerahkan ponselnya ke tangan Wulan. "Mbak Ani mau ngomong sama kamu."
Wulan menerima ponsel Rhino.
"Oh, oke.""Ada apa, An?" tanya Wulan kepada Ani.
"Oh, iya, hapeku off. Oke. Makasih, ya. Bye." Wulan menutup pembicaraan, kemudian meletakkan kembali ponsel Rhino di bawah CD player.
Rhino melirik Wulan, kemudian bertanya, "Kenapa Mbak Ani nelpon?"
"Dia barusan ke kos, nitip kunci ruang inventory sama Mbak Yah. Kemarin Sabtu dia pinjam kunci, tapi lupa balikin sama aku," jawab Wulan.
"Besok juga ketemu di kantor, kan."
"Minggu depan dia sama Dina jadwal masuk siang. Siapa tahu aku paginya perlu kunci itu."
Rhino mengangguk.
"Handphonemu kenapa dimatikan?. Tadi juga ada yang nelpon, enggak kamu angkat.""Iya, telpon urusan kerjaan. Nanti aja kutelpon balik kalau udah di kamar," sahut Wulan.
Saat ini mobil Rhino sudah memasuki gang dan berhenti di depan pagar rumah kos Wulan. Rhino menggeser posisi duduknya, menghadap ke arah Wulan dan menyandarkan punggungnya di pintu mobil.
Rhino masih memikirkan jawaban Wulan tadi yang mengatakan bahwa panggilan telepon yang dia tolak adalah urusan pekerjaan. Padahal Rhino tahu yang menelepon adalah Bintang. Apa urusannya Bintang dengan pekerjaan Wulan? Bahkan Wulan menolak telepon dari Bintang saat ada Rhino di dekatnya dan mengatakan akan menghubungi Bintang kembali setelah berada di kamar. Pasti agar jauh dari pendengaran Rhino dan agar Rhino tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Mengapa Wulan harus berbohong kepadanya?
Ditatapnya Wulan yang terlihat heran dengan sikap Rhino malam ini. Semenjak mereka memasuki restoran, Rhino sangat pendiam dan kurang fokus saat diajak berbicara.
"Ada apa, No? Kamu mikirin apa? Kok, tumben pendiam dari tadi."
Rhino meraih kedua tangan Wulan dan digenggamnya.
"Aku enggak tahu, apa aku siap kalau kamu pergi ninggalin aku," kata Rhino.
Wulan menahan tawa, geli dengan ucapan Rhino.
"Memangnya aku mau pergi ke mana?" tanya Wulan.
Ekspresi wajah Rhino terlihat serius. Dia tarik tubuh Wulan mendekat dan dipeluknya erat-erat. Wulan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Rhino.
"Kalau kamu suka sama orang lain, kasih tahu aku, ya," kata Rhino.
Wulan melonggarkan pelukannya dan memandang wajah Rhino dengan tatapan heran.
"Maksudnya, aku naksir cowok lain, gitu?"
Rhino mengangguk.
"Kalau kamu udah bosan sama aku, bilang aja. Gapapa.""Masa bosan sama cowok sebaik kamu," jawab Wulan sambil tersenyum. Dia merasa heran dengan sikap Rhino malam ini yang tiba-tiba membahas tentang kemungkinan Wulan menyukai orang lain.
Wulan tidak mudah menyukai laki-laki, apalagi sampai taraf mencintai. Perasaan Wulan kepada Rhino saja berkembang pelan-pelan, seiring dengan semakin intensnya kebersamaan mereka. Sikap dan sifat Rhino yang selalu baik kepadanya membuat perasaan Wulan berkembang dari simpati, suka, sayang, kemudian sekarang Wulan yakin bahwa dia sudah mulai mencintai Rhino. Entah apa yang membuat Rhino tiba-tiba berpikir bahwa Wulan mungkin menyukai lelaki lain.
"Bisa saja kamu ketemu cowok yang lebih baik dari aku," kata Rhino lagi.
Wulan tertawa pelan.
"Kamu udah sebaik ini, yang lebih baik kayak apa?""Yang udah mapan dan umurnya lebih dewasa dari aku," jawab Rhino.
Wulan menghela napas panjang. Selalu ini yang dibahas dan dipikirkan Rhino. Wulan tidak pernah atau setidaknya belum pernah mempermasalahkan tentang usia dan kemapanan Rhino. Namun Rhino yang selalu merasa kurang nyaman terhadap dua hal ini.
"No, aku jalan sama kamu maunya bahagia. Senang-senang. Enggak mau mikirin yang serius-serius. Itu dipikir nanti-nanti," kata Wulan.
"Iya. Aku maunya juga begitu," ucap Rhino, "Tapi, kalau suatu saat nanti, kamu udah pengin serius dan aku enggak cukup baik buat kamu. Janji, kamu bakal kasih tahu aku, ya."
Wulan tersenyum dan mendekatkan wajahnya, lalu mencium pipi kiri Rhino.
"Aku janji."
Rhino tidak tahu, harus merasa lega atas jawaban Wulan atau merasa sedih. Wulan mengatakan berjanji akan memberitahu jika ada lelaki lain yang dia sukai, tetapi kenyataannya Wulan membohongi dia soal Bintang. Di hatinya saat ini bercampur baur rasa cemburu, sedih, marah, dan cinta yang membuncah. Hubungannya dengan Wulan selalu dibayangi oleh sosok Bintang, yang lebih segalanya dari dia.
Hingga saat ini, Wulan belum pernah satu kali pun mengatakan kata cinta kepadanya. Apakah Wulan tidak mencintainya? Apakah cinta Wulan, masih untuk Bintang?
💋💋💋
Rhino selalu merasa rendah diri saat teringat tentang usianya yang masih muda dan status kemandiriannya.
Wulan tidak pernah mempermasalahkan kedua hal tersebut, setidaknya, belum.
Bintang dicemburui Rhino, dianggap sebagai pesaingnya.
Padahal Wulan hanya menganggap Bintang sebagai teman dan kebetulan menghubunginya dalam rangka urusan pekerjaan.Sanggupkah hubungan mereka berdua bertahan dalam bayang-bayang kecemburuan dan kecurigaan?
Ikuti terus episodenya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘27/06/2020 (15.00)
![](https://img.wattpad.com/cover/218828945-288-k559403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah #2 (Cinta Segi Lima 18+)
Romance💜 Mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain dan memendam rasa diam-diam tanpa seorang pun tahu 💜 Cerita awal mula perkenalan Wulan dan Surya. WARNING (18+) Ada ADEGAN DEWASA di beberapa episodenya. Jadi yang MASIH DI BAWAH UMUR plea...