63. Kamu Akan Selalu Ada Di Hatiku.

200 7 0
                                    

Kamu yang pernah mengisi hatiku.
Akan selalu ada di hatiku.
Berbicara denganmu sebagai teman, selalu mudah.
Jadilah temanku, selalu.

MINGGU KE-20

Sabtu Malam

💖

"Kamu tumben malam minggu enggak kemana-mana, Lan?" tanya Tante Rena seraya menerima mangkuk kosong dari tangan Wulan dan meletakkannya di atas meja makan. Wulan baru saja selesai menyuapi Wika makan malam.

"Lagi males main, Tante. Banyak tugas kuliah yang belum selesai kukerjain."

Wulan mengangkat Wika dari kursi makannya dan menggendongnya ke wastafel di ujung ruang makan. Dia menyalakan keran, lalu membasuh tangan dan mulut Wika yang belepotan makanan.

"Rhino enggak datang ke sini?" tanya Tante Rena lagi.

"Dia pulang ke Purwokerto. Omnya malam ini nikah," jawab Wulan. "Wulan mau duduk-duduk di teras, ya, Tante."

Tante Rena mengangguk. Wulan membawa Wika ke teras dan duduk di kursi teras yang nyaman. Kursi rotan dengan bantalan dacron yang empuk. Wulan senang bersantai di teras sambil memandang kendaraan yang lalu lalang di jalan raya depan rumah Tante Rena. Setelah ini, dia akan melembur mengerjakan tugas kuliahnya yang terbengkalai.

Diraihnya ponsel dari kantung celana pendeknya, lalu memeriksa pesan dan panggilan masuk. Belum ada pesan dan panggilan dari Rhino sejak Rhino terakhir meneleponnya pada pukul 3 sore tadi. Mungkin Rhino sedang berkumpul dengan saudara-saudaranya yang menghadiri pernikahan omnya, pikir Wulan.

Wulan rindu kepada Rhino. Setiap hari mereka bertemu beberapa kali, dari pagi hingga malam. Akan tetapi, tiga hari ini Wulan belum bertemu dengan Rhino sama sekali. Sore tadi mereka hanya berbincang di telepon sekitar lima menit saja.

Wulan meletakkan ponselnya ke tangan Wika, yang segera memencet-mencet tombolnya. Wulan tertawa melihat tingkah Wika yang menggemaskan, memainkan ponsel Wulan sambil mengoceh dengan bahasa anak usia dua tahun yang masih belum bisa melafalkan huruf R.

Tiba-tiba layar ponsel Wulan menyala. Ada panggilan masuk dari seseorang. Wulan meminta ponselnya dari tangan Wika dan memeriksanya. Ternyata Bintang yang menelepon. Ditekannya tombol terima.

"Halo, Mas Bintang."

"Halo, Wulan Cantik," sapa Bintang. "Lagi ngapain?"

Wulan tersenyum mendengar sapaan Bintang. Memang Bintang sering memanggilnya dengan sebutan cantik.

"Lagi duduk-duduk di terasnya Tante Rena," jawab Wulan seraya menepiskan dengan halus tangan Wika yang berusaha meraih ponselnya.

"Itu suara Wika, ya? Mau ngrebut hape pasti." Terdengar tawa Bintang dari seberang saluran telepon.

"Ha-ha-ha ... Iya, nih. Mungkin mau ngobrol juga sama Mas Bintang."

"Mana, aku mau ngobrol sama Wika bentar," sahut Bintang.

Wulan meletakkan ponselnya ke dekat telinga Wika, yang segera mengoceh. Entah apa yang diperbincangkan mereka karena beberapa kali Wika menyebut kata obing. Mobil dalam bahasanya dia. Mungkin mereka membicarakan tentang mainan mobil-mobilan Wika atau mobil yang berlalu lalang di depan rumah Tante Rena, entahlah.

"Udah, ya, gantian Mbak Wulan yang ngobrol," kata Wulan seraya meraih ponselnya kembali dan meneruskan perbincangan dengan Bintang.

Meskipun sekarang mereka tidak berhubungan sebagai pasangan kekasih, tetapi masih berteman baik dan berbincang dengan akrab. Serasa tidak ada bedanya dengan saat mereka masih berpacaran. Bintang menelepon Wulan saat malam minggu seperti ini dan berbincang berjam-jam.

Mereka membicarakan bermacam-macam hal, dari teman-teman dan keluarga mereka yang saling mereka kenal, hingga soal pekerjaan. Akan tetapi, sekarang tidak ada perbincangan mesra meskipun kadang di ujung percakapan ada terselip kalimat ajakan dari Bintang untuk kembali berpacaran, yang selalu dijawab Wulan dengan kalimat yang kurang lebih sama. "Pacaran atau enggak juga enggak ada bedanya, toh jarang ketemu juga, cuma ngobrol di telepon seperti ini," jawab Wulan selalu. "Kalau pacaran malah sering berantem."

Lalu Bintang biasanya akan mengiyakan kata-kata Wulan karena kenyataannya semenjak status mereka hanya berteman, pembicaraan mereka tidak pernah berujung dengan pertengkaran.

Mereka berdua berbincang selama sekitar satu jam. Wika yang berada di pangkuan Wulan sudah tertidur pulas. Perbincangan mereka sedang membahas tentang Ani yang baru saja punya pacar baru ketika ada panggilan telepon lain yang masuk. Wulan melihat ke layar ponselnya, ternyata Rhino yang menelepon.

"Mas Bintang. Maaf, ya, aku ada panggilan telpon lain. Ngobrolnya udahan gapapa, kan?"

"Oh, oke. Gapapa. Lain kali kita ngobrol lagi," jawab Bintang, "Bye, Cantik"

Wulan menekan tombol terima dan menyapa Rhino. "Rhino. Udah selesai acaranya?"

"Belum selesai. Aku keluar sebentar karena udah kangen sama kamu." Terdengar suara musik dan suara orang bercakap-cakap di sekitar Rhino. "Apa kabar, Cinta? Belum tidur?"

Hati Wulan berdesir bahagia mendengar suara Rhino yang lembut. Dia merasa semakin merindukan Rhino.

"Belum. Masih duduk-duduk di teras," jawab Wulan, "Kamu kapan pulang?"

Rhino tertawa pelan.
"Besok siang aku pulang. Mungkin sebelum Magrib udah sampai. Nanti aku jemput langsung, ya."

"Iya."

"Besok seharian mau ngapain?" tanya Rhino.

"Mau bikin roti sama Tante Rena. Tante barusan dapat resep dari temannya."

"Wah, enak pasti, ya. Eh, sebentar .... "
Terdengar suara Rhino sayup-sayup berbicara dengan seseorang.

"Maaf, ya. Aku dipanggil, diajak foto bersama," kata Rhino.

"Iya, gapapa. Sampai ketemu besok, ya."

"I love you," kata Rhino, kemudian menutup sambungan telepon. Rhino tidak pernah menunggu jawaban Wulan karena tahu bahwa Wulan tidak akan menjawab kata cintanya.

💋💋💋

Wulan dan Bintang masih berteman.
Masih sering mengobrol di telepon selayaknya teman akrab.
Rhino tidak mengetahui tentang ini.

Jika Rhino tahu bahwa Wulan masih sering berhubungan dengan Bintang, apakah Rhino keberatan? Atau marah?

Ikuti terus episodenya ya.
S

ilakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.


Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘

24/06/2020 (15.00)




Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang