11. Kamu Selamanya Hanya Akan Menjadi Temanku Saja, Karena Aku Sudah Punya Dia.

385 10 0
                                    

Aku bahagia duduk dekat kamu.
Aku bahagia berbincang-bincang denganmu.
Beberapa hari ini, kamu selalu ada di pikiranku.
Namun kamu hanyalah temanku dan selamanya hanya akan menjadi temanku saja.
Karena aku sudah punya dia.

Karena aku sudah punya dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💕

Wulan menyisir rambutnya yang basah dan melirik jam dinding di atas pintu kamarnya. Pukul 18.00. Masih ada waktu setengah jam sebelum kuliah dimulai. Nanti dia akan berangkat ke kampus setelah sholat Magrib.

Dia belum makan malam, tetapi perutnya masih terasa penuh. Tadi sore dia sudah mengemil coklat dan biskut yang dibawakan oleh ayahnya minggu lalu saat mengunjunginya di kos. Kalau nanti pulang kuliah masih terasa lapar, dia akan mengajak Ardian mencari makan di seputaran kampus.

Wulan pulang ke rumah ayahnya di Jogja satu-dua kali sebulan. Jika dalam satu bulan dia banyak kesibukan yang membuatnya tidak bisa pulang, dia akan mengabari ayahnya.

Sekali waktu, saat ayahnya bertugas ke kota ini, beliau akan menyempatkan diri mengunjunginya. Ibu Wulan sudah meninggal sejak Wulan berusia belasan tahun. Hingga sekarang ayahnya tidak menikah lagi dan memilih memfokuskan diri dengan pekerjaannya dan mengasuh Wulan serta adik-adiknya. Wulan mempunyai tiga orang adik. Satu perempuan dan dua lelaki.

💕💕

Surya melangkah keluar dari kamar mandi dan melihat ke arah jam dinding yang berada di atas televisi. Pukul 18.00. Perjalanan ke kampus memakan waktu sekitar sepuluh menit. Masih banyak waktu untuk bersiap-siap.

Diraihnya tas kuliahnya, lalu mengecek isinya. Buku dan alat tulisnya masih lengkap berada di dalam tas. Diletakannya tasnya kembali di atas sofa, kemudian beranjak menuju meja kecil di dekat ujung tangga. Dia berlutut di depan meja, kedua tangannya diletakkan di atas meja, memejamkan matanya dan mengucapkan doa Malaikat Tuhan. Dia cium salib kayu yang berada di atas meja sebelum beranjak ke arah sofa. Kemudian dia raih tasnya dan berjalan menuruni tangga, lalu berangkat menuju kampus.

💕💕💕

Wulan menyeberang jalan menuju ke arah gerbang kampus. Halaman dan area parkir penuh kendaraan dan mahasiswa yang berlalu lalang, berjalan menuju kelas masing-masing. Wulan melangkah melewati area parkir yang ramai. Sekarang masih pukul 18.23. Masih ada beberapa menit sebelum jadwal kuliah dimulai.

"Wulan."

Tiba-tiba terdengar suara memanggilnya dari arah belakang. Hati Wulan berdesir. Dia hentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Yang dia pikirkan ternyata benar. Surya yang memanggil namanya, lalu berjalan mendekat ke arahnya dan tersenyum kepadanya.

"Jalan bareng ke kelas, yuk," ajak Surya.

Serasa meleleh hati Wulan melihat senyuman Surya. Dibalasnya senyum Surya dengan canggung. Perasaannya tidak menentu, merasa kikuk, grogi berjalan bersisian dengan Surya.

Ah, Wulan ... seperti tak pernah bergaul dengan lelaki saja. Padahal sejak kecil dia biasa berteman dengan lelaki. Bersahabat dengan beberapa teman lelaki yang masih awet hingga sekarang. Kadang masih melakukan hobi mereka meskipun semenjak Wulan bekerja sudah mulai jarang bisa bergabung, traveling keliling pulau Jawa dengan Kereta Api. Mengunjungi kota-kota kecil, mencari lokasi wisata yang terpencil. Wulan sudah biasa berteman dengan lelaki. Namun entah mengapa, hanya berjalan bersisian dengan Surya hatinya sudah tidak karuan seperti ini.

Surya berjalan di samping Wulan, mengimbangi langkah kakinya yang cepat. Sepertinya Wulan memang tidak terbiasa berjalan pelan. Tipikal orang yang gesit dan tidak sabaran. Mereka berdua melangkah bersisian menuju ruang kelas.

Suara mahasiswa ramai berceloteh di sekelilingnya, tetapi Surya tidak mendengar apapun yang mereka bicarakan. Dia hanya bisa mendengar degub jantungnya yang berdetak cepat, lebih cepat dari ayunan langkahnya.

Surya tidak mempunyai banyak teman perempuan, hanya beberapa perempuan teman sekolah dan teman kerjanya yang akrab dengannya. Surya juga tidak pernah pergi berduaan dengan perempuan selain dengan Lucia, pacarnya. Surya sangat membatasi pergaulannya dengan teman perempuan. Dia tidak ingin memberikan persepsi yang salah jika terlalu akrab. Ketika ada keperluan sekolah atau pekerjaan dengan teman perempuan, selalu berombongan dengan teman yang lainnya. Tidak pernah hanya berdua saja.

Surya adalah lelaki yang sangat setia. Baru kali ini dia dengan sengaja memanggil teman perempuan untuk diajaknya jalan berdua. Tadi saat dia melihat Wulan melintas di depan mobilnya, dia hanya memerlukan waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum akhirnya memanggil nama Wulan. Nama yang dua hari ini mengisi pikirannya, di sebelah nama Lucia.

💕💕💕💕

Malam ini di kelas, Wulan kembali duduk bersebelahan dengan Surya. Satu baris dengan Tina, Putra, Ardian dan Lusi. Mereka mengobrol akrab sebelum kuliah dimulai. Dosen yang mengajar jam pertama terlambat masuk sekitar lima belas menit. Para mahasiswa menggunakan waktu luang itu untuk berbincang-berbincang.

Dari perbincangan malam ini, Wulan mengetahui bahwa rumah Surya berada tidak jauh dari kompleks perumahan tantenya. Tante Wulan, adik ayahnya, yang dahulu membantu mengasuh Wulan dan adik-adiknya saat ibu mereka meninggal. Saat itu tantenya belum menikah. Sekarang tante Wulan sudah mempunyai dua orang anak usia balita. Kadang hari Sabtu atau Minggu, Wulan berkunjung ke rumah tantenya.

Malam ini Tina memberikan keputusan tentang kamar kos yang dipilihnya. Dia memilih sekamar dengan Wulan di paviliun, sesuai saran Wulan tadi malam. Mereka sudah bersahabat bertahun-tahun. Pasti asyik jika bisa tinggal satu kamar, mengobrol semalaman.

Apalagi di paviliun, mereka punya akses pintu keluar sendiri sehingga bebas keluar masuk dan pulang jam berapa saja. Pulang tengah malam, bahkan dini hari pun bisa, asalkan tidak ketahuan Mbak Yah. Bisa-bisa mereka dilaporkan ke ibu kos, lalu kena tegur.

💋💋💋

Malam ini Wulan bahagia.
Sangat bahagia karena dipanggil namanya oleh Surya.
Diajak berjalan berdua menuju kelas.
Duduk bersebelahan dan mengobrol lama.

Malam ini Surya bahagia.
Tapi juga galau.
Lucia pacarnya, sangat dicintainya.
Wulan, bukan siapa-siapa, hanya teman sekelasnya.
Namun mengapa Wulan selalu ada di dalam pikirannya?

Ikuti terus episodenya ya.
Silakan tinggalkan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terimakasih sudah mampir dan membaca
Love love love 😘

Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang