Aku cinta kepadamu.
Selalu ingin memahamimu.
Tetapi aku ingin mengenal dia.
Hanya ingin mengenal tentang dia.
Cintaku akan tetap hanya untukmu.🌿
Alarm jam weker berdering nyaring. Surya membuka matanya dan menggeser tubuhnya ke arah meja kecil di samping ranjang, lalu menekan tombol untuk mematikan alarm. Pukul 05.00. Dia selalu menyetel alarm jamnya tepat pada pukul lima pagi.
Surya bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan menuju kamar mandi yang berada di sebelah kamar tidurnya untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Kemudian dia melangkah kembali ke dalam kamar tidur dan membuka pintu balkon lebar-lebar. Dia berdiri di pinggiran balkon sambil menggerakkan kepala serta badannya, bersenam pagi ringan. Udara pagi hari ini terasa segar. Kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalan raya depan rumahnya baru ada satu dua.
Terdengar suara adzan Subuh dari masjid di gang kecil seberang jalan. Kakak sulungnya, Mas Eka, selalu sholat Subuh dan Magrib di masjid itu saat menginap di rumah ini.
Surya berada di balkon sekitar sepuluh menit, kemudian berjalan keluar kamar, lalu menuruni tangga menuju ruang makan di lantai bawah. Sesampainya di ruang makan, dibukanya lemari tempat menyimpan makanan kering. Diraihnya sebungkus bubur instan kesukaannya, lalu dibawanya ke dispenser dan diisinya dengan air panas. Dia duduk di depan meja makan menunggu buburnya siap untuk dimakan sambil memeriksa pesan-pesan di ponselnya.
Ada pesan masuk dari ibunya yang menanyakan titipan rendang keringnya, apakah sudah diambil Surya. Pesan dikirim tadi malam, tetapi Surya baru sempat mengecek ponselnya pagi ini. Tadi malam dia asyik melewatkan waktu dengan Lucia hingga menjelang tengah malam.
"Udah, Ma. Tadi malam diambil ke rumah Cia. Udah langsung disimpan di kulkas. Makasih, ya, Ma." Surya membalas pesan ibunya.
Lucia sering berkunjung ke rumah orang tua Surya saat dia sedang berkantor di Surabaya. Hubungannya dengan Surya yang sudah berjalan selama 6 tahun, membuat orang tua Surya menganggap Lucia seperti anak mereka sendiri, begitu pun sebaliknya. Surya juga sering mengunjungi orang tua Lucia yang tinggal sekota dengannya.
🌿🌿
"Surya, kamu mau ikut pesan makan siang?" tanya Putra dari meja kerjanya yang berjarak sekitar tiga meter dari meja Surya.
Putra dan Surya bekerja di satu ruangan besar bersama delapan orang teman yang lain. Terdapat partisi di meja masing-masing yang hanya setinggi bahu mereka ketika dalam posisi duduk. Mereka bisa memandang wajah teman-teman satu ruangan dan memudahkan komunikasi di antara mereka.
"Boleh. Pesan apa, Put?"
"Ini pada mau nyobain ayam bakar yang di jalan Pemuda. Mau?" sambung Putra lagi.
"Aku ngikut aja. Thanks, ya."
"Yoi."
Terdengar dering panggilan masuk dari ponsel Surya yang berada di atas meja. Dari Lucia. Ditekannya tombol untuk menerima panggilan dengan perasaan bahagia, teringat pertemuannya dengan Lucia tadi malam yang sangat mesra. Nanti malam mereka berjanji untuk bertemu lagi. Mungkin mereka akan menonton bioskop atau makan di restoran favorit mereka.
"Ya, Cia. Ada apa, Sayang?" tanya Surya dengan suara pelan agar tidak terdengar teman-teman seruangannya.
"Mmmm ... maaf, ya, Beb. Nanti malam aku enggak bisa ketemu kamu. Ada party di kantor cabang sini," kata Lucia.
"Memangnya diwajibkan ikut, ya?" tanya Surya lagi. Pertemuannya dengan Lucia yang sangat jarang, kembali terganggu oleh acara kantornya.
"Enggak wajib sebenarnya. Tapi aku .... Ya, pokoknya aku harus ikut. Kan, masih ada empat hari lagi aku di sini. Sabtu Minggu nanti aku free. Bener-bener free. Gapapa, ya?" bujuk Lucia.
"Iya ... gapapa. Selamat bersenang-senang di acaramu nanti, ya. Jangan malam-malam pulangnya. Kalau udah sampai rumah lagi kabarin, ya," kata Surya dengan lembut. Dia sangat jarang menolak permintaan Lucia, selalu mencoba memahami kesibukan Lucia.
Seringkali pertengkaran mereka disebabkan oleh hal-hal yang sepele. Soal jadwal yang tidak klop, soal perbedaan pandangan dalam menilai sesuatu. Kadang berawal dari membicarakan hal yang tidak penting, tetapi tiba-tiba berakhir dengan beradu pendapat. Mungkin karena mereka berdua sudah mengenal lama, berawal dari berteman hingga akhirnya pacaran sehingga sama-sama saling terbuka mengutarakan pikiran. Tidak harus merasa sungkan atau segan dengan pasangan masing-masing, tapi akhirnya pendapat keras yang disampaikan sering menyebabkan pertengkaran. Biasanya Surya yang akhirnya mengalah, mengikuti kemauan Lucia.
Janji malam ini dibatalkan oleh Lucia, tak apa-apa. Hari Sabtu dan Minggu mereka berdua bisa melewatkan hari di rumah Surya. Toh, sekarang Surya juga ada kesibukan saat malam, kuliah hingga pukul 21.30.
Malam ini sepulang kuliah dia tidak perlu terburu-buru pulang karena janji pertemuannya dengan Lucia batal. Dia akan mengobrol dengan teman-teman kuliahnya agar bisa lebih mengenal teman-teman barunya. Terutama, dia ingin mengenal Wulan.
💋💋💋
Gimana, sih, rasanya ... mencintai seseorang, ingin selalu bertemu, tetapi di saat yang sama hatinya juga memikirkan orang lain.
Salah atau enggak, sih, seperti itu?
Ada yang pernah mengalami kayak gini juga?Lalu Surya harus bagaimana? Apa yang akan dia lakukan selanjutnya?
Ikuti terus episodenya ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisankuTerimakasih sudah mampir dan membaca
Love love love
😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah #2 (Cinta Segi Lima 18+)
Romance💜 Mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain dan memendam rasa diam-diam tanpa seorang pun tahu 💜 Cerita awal mula perkenalan Wulan dan Surya. WARNING (18+) Ada ADEGAN DEWASA di beberapa episodenya. Jadi yang MASIH DI BAWAH UMUR plea...