Masa depanku akan seperti apa,
Aku tak tahu pasti.
Yang aku tahu,
Masa depanku bersamamu tak mungkin ada.Sabtu Siang
💓
Surya menatap Wulan yang berjalan di depannya dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Mereka melangkah menuju parkiran, beriringan dengan banyak mahasiswa yang lain. Surya sudah sampai di depan mobilnya ketika dilihatnya Wulan terus berjalan hingga keluar gerbang kampus. Wulan pulang naik apa, ya? Surya bertanya-tanya dalam hati. Sepertinya tidak ada yang menjemput. Sebenarnya dia ingin menawarkan tumpangan kepada Wulan, tetapi dibatalkannya.
Selama seminggu ini dia menjauh dari Wulan, tidak pernah duduk berdekatan dengan Wulan lagi. Namun, saat tatapan mereka bersirobok atau mereka bersinggungan saat keluar dan masuk kelas, Surya tetap tersenyum ramah dan menyapa Wulan. Dia menjauh bukan karena ingin bermusuhan dengan Wulan. Dia menjauh karena menjaga perasaan hatinya sendiri agar tidak terlalu terbawa perasaan. Sampai sekarang, jantungnya masih berdenyut kencang setiap memikirkan Wulan. Namun, setiap kali hatinya meleleh karena Wulan, dia selalu menegur dirinya sendiri dengan keras. Wulan bukanlah untuknya.
Surya menjalankan mobilnya dengan pelan. Dia tidak langsung menuju rumahnya, tetapi mampir ke sebuah toko kue untuk membeli camilan. Teman-temannya, Rudi, Deni, dan Argo akan melewatkan malam minggu di rumahnya. Mereka akan main PSP semalaman seperti biasanya. Malam minggu ini Surya tidak akan kesepian karena ditemani sahabat-sahabatnya, teman semasa SMP-nya.
💓💓
Wulan naik becak untuk kembali ke kantornya. Dia mampir sebentar ke kos untuk mengambil tas bepergiannya yang sudah dia siapkan tadi pagi. Nanti sore sepulang kerja, dia akan pulang ke Jogja. Sudah sebulan lebih dia tidak pulang ke rumahnya. Dia sudah rindu dengan adik-adiknya.
Selama seminggu ini, Surya tidak pernah lagi duduk bergabung dengan Wulan dan teman-temannya. Sekarang Surya memilih duduk dengan teman-teman lamanya, Devi, Leon, dan teman-teman satu almamaternya. Kemarin ada pembagian tugas kelompok, Surya juga tidak ikut kelompok Wulan lagi. Namun, sikap Surya masih tetap ramah. Masih selalu menyapa dan tersenyum kepadanya. Senyum yang membuat hati Wulan meleleh.
💓💓💓
Saat Surya sampai rumah, ketiga temannya sudah datang dan duduk di pos jaga, menunggu sambil mengobrol dengan Yatno. Surya membuka pintu rumah, lalu mereka berempat segera menghambur ke ruang keluarga sambil tertawa-tawa. Berlomba segera sampai depan televisi agar bisa memilih stik PS yang paling nyaman dipakai.
Surya membiarkan ketiga temannya berebut. Dia melanjutkan langkahnya ke ruang makan, lalu mengambil piring untuk meletakkan camilan yang baru dibelinya. Dia membuka pintu kulkas dan meraih sebotol air mineral ukuran besar. Dibawanya botol itu ke ruang keluarga beserta 4 buah cangkir plastik dan 2 buah piring kosong.
Tidak lama kemudian bel pintu depan berbunyi. Surya melangkah menuju pintu sambil menerka-nerka siapa yang datang ke rumahnya. Dia tidak ada janji dengan orang lain selain ketiga temannya itu. Jika ada tamu tidak dikenal, Yatno pasti meminta orang tersebut menunggu di pos jaga dan Yatno akan menelepon dia, memberi tahu bahwa ada tamu. Namun tamu yang ini dibiarkan oleh Yatno untuk langsung mengebel pintu.
Dibukanya pintu rumah dan sosok Lucia berdiri di hadapannya. Surya terkejut, tidak menyangka Lucia yang datang. Bukankah baru minggu lalu dia pulang? Dia tidak pernah pulang lebih cepat dari 2 minggu. Bahkan kadang satu bulan baru pulang ke kota ini.
"Aku bawa titipan dari Mama kamu," kata Lucia sambil menyodorkan bungkusan yang dibawanya ke arah Surya. Surya menerimanya dengan pikiran kosong. Dia bingung harus bersikap apa terhadap Lucia. Biasanya saat datang, Lucia akan langsung masuk ke rumah, kemudian mereka akan bermesraan selayaknya sepasang kekasih. Sekarang hubungan mereka sudah berakhir. Surya tidak tahu, haruskah dia mempersilakan Lucia masuk selayaknya tamu yang berkunjung atau hanya menerima titipan ibunya, kemudian menyuruh Lucia pulang? Rasanya itu tidak sopan.
"Aku boleh masuk, enggak? Di dalam ada Argo, Deni, sama Rudi, kan?"
Surya tersadar dari lamunannya.
"Eh, iya .... Masuk aja," kata Surya sambil memiringkan tubuhnya ke arah dinding agar Lucia bisa masuk melewati pintu. Lucia langsung berjalan menuju ruang keluarga. Dia sudah hafal seluk beluk rumah ini. Dia tahu teman-temannya pasti sedang asyik main PS di ruang itu.
"Kok, kamu tahu ada mereka bertiga di sini?""Iya. Deni yang kasih tahu. Tadi aku nelpon dia. Dia bilang mereka mau ke sini sore ini."
Terjawab sudah rasa penasaran Surya. Diintipnya bungkusan titipan dari ibunya yang ternyata berisi 2 kotak kue lapis dan beberapa botol sambal. Dibawanya bungkusan itu ke ruang makan, lalu disimpannya botol-botol sambal dan sekotak kue lapis ke dalam kulkas. Satu kotak kue lapis dia bawa ke ruang keluarga dan dia letakkan di atas meja, di depan televisi.
Lucia sudah bergabung bersama teman-temannya. Asyik mengobrol, sambil mengganggu Deni dan Argo yang sedang memainkan Ridge Racer. Surya merasa seperti sedang berada di masa lalu. Masa ketika hubungannya dengan Lucia masih baik-baik saja. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia meraih ponselnya dan menelepon ibunya sambil berjalan menjauh menuju pintu belakang rumah, kemudian duduk di kursi santai di sebelah kolam renang.
"Halo, Nak. Sehat, Nak?" sapa ibunya dari ujung saluran telepon.
"Sehat, Ma. Makasih kue dan sambalnya, ya, Ma," kata Surya, "Kok bisa nitip sama Lucia, Ma?"
Dia sampaikan rasa penasarannya yang mengganjal sedari tadi."Iya, sama-sama. Tadi pagi Lucia main ke rumah. Bilang kalau siang ini mau pulang. Jadi mama nitip makanan sama dia. Kapan diantarnya?"
"Barusan, Ma."
Jadi Lucia masih berkunjung ke rumah Mama, pikir Surya."Sekarang Lucia masih di situ atau udah pulang?"
"Masih di sini, Ma. Ada Deni, Argo sama Rudi juga."
"Ya, udah, kuenya dimakan rame-rame, ya," kata Ibu Surya. "Nak .... Baik-baik, ya. Mudah-mudahan kalian berdua, kamu dan Lucia masih bisa berteman dengan baik."
"Iya, Ma. Makasih, ya, Ma," kata Surya menutup pembicaraan, kemudian melangkah kembali memasuki rumah menuju ruang keluarga. Terdengar tawa teman-temannya. Terdengar tawa Lucia. Tawa yang selama 6 tahun terakhir ini mengisi hidupnya.
💋💋💋
Sejak awal minggu, Surya menjauh dari Wulan.
Fisiknya menjauh, tetapi hatinya masih dekat.
Mengamati dan mencintai dari jauh.Di lain pihak,
Lucia semakin mendekat.
Mendekati Surya, mendekati teman-temannya, mendekati orang tuanya.Akankah Surya dan Lucia bersatu kembali sebagai pasangan kekasih?
Ikuti terus episodenya ya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.Terima kasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah #2 (Cinta Segi Lima 18+)
Romance💜 Mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain dan memendam rasa diam-diam tanpa seorang pun tahu 💜 Cerita awal mula perkenalan Wulan dan Surya. WARNING (18+) Ada ADEGAN DEWASA di beberapa episodenya. Jadi yang MASIH DI BAWAH UMUR plea...