33. Aku Belum Yakin Tentang Perasaanku Kepadamu.

232 8 2
                                    

Aku tidak siap kehilangan kamu.
Aku tidak siap berjauhan denganmu.
Namun aku juga belum yakin
tentang perasaanku kepadamu.

Minggu Sore

💘

Sekitar 20 menit lagi bus yang Wulan tumpangi akan memasuki kota. Wulan meraih ponselnya dari dalam tas dan menekan nomor kontak Rhino.

"Hai, Wulan. Udah sampai mana?" sapa Rhino.

"Mungkin 15 - 20 menit lagi sampai, No."

"Ya, udah, aku siap-siap jemput sekarang, ya."

"Iya. Makasih, ya, No."

"Sama-sama, Wulan," jawab Rhino lembut.

Wulan mematikan panggilan teleponnya dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Dilayangkannya pandangan ke luar jendela. Melihat rumah-rumah dan pohon-pohon yang dilewati seraya memikirkan tentang Rhino dan Surya. Dua lelaki yang akhir-akhir ini sering mengisi pikirannya.

Surya yang disukainya, tetapi tidak menyukai dia. Rhino yang menyukainya, tetapi Wulan belum yakin apakah dia juga menyukai Rhino. Wulan menyukai Rhino sebagai teman, sebagai sahabat. Rhino sangat baik, tidak mungkin Wulan tidak menyukainya. Namun, menyukai Rhino sebagaimana perempuan menyukai laki-laki, Wulan belum tahu, apakah dia bisa.

Sejauh ini Rhino masih bersikap baik selayaknya sahabat. Belum ada kata-kata dari Rhino yang menyatakan bahwa dia menyukai Wulan lebih dari sekedar teman. Akan tetapi, Wulan selalu berdebar-debar setiap akan berjumpa dengan Rhino. Kapankah saatnya tiba, saat Rhino menyatakan cintanya. Wulan belum siap dengan jawabannya. Namun Wulan juga tidak siap kehilangan Rhino dari sisinya jika dia tidak menerima pernyataan cinta Rhino.

Ketika bus memasuki halaman kantor agennya, Wulan melihat mobil Rhino sudah terparkir di depan. Satu per satu penumpang turun dari bus. Wulan yang duduk di bangku belakang, turun paling akhir. Rhino berdiri di samping pintu, menunggunya, tersenyum dan meraih tas yang dibawa Wulan. Kemudian mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil Rhino.

"Tadi perjalanannya lancar, Lan?" tanya Rhino saat mereka sudah berada di jalan raya.

"Iya. Alhamdulillah lancar."

"Mau makan dulu atau langsung pulang ke kos?' tanya Rhino lagi, sambil menoleh ke arah Wulan.

"Langsung pulang aja, ya. Aku udah bawa gudeg. Nanti tinggal masak nasi aja."

"Oke. Kalau gitu kita langsung ke kos, ya."

Wulan mengangguk.

Perjalanan menuju kos ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit. Rhino memarkir mobilnya di pinggir jalan, di bawah pohon akasia yang rindang.

"Lan. Ada yang mau aku omongin."

Deg. Berdegub jantung Wulan. Sepertinya inilah saatnya. Dipandangnya Rhino yang juga sedang menatapnya dengan ekspresi gugup, tidak setenang dan sekalem biasanya.

Rhino terdiam selama beberapa detik, menyusun kalimat dalam benaknya. Kedua tangannya memegang setir mobilnya dengan erat. Seakan mencari kekuatan dari genggaman tangannya. Jantung Wulan juga berdebar kencang.

"Aku suka sama kamu, Lan. Aku berharap kamu mau jadi pacarku." Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Rhino. Wulan terdiam sejenak, hendak membuka mulut untuk menjawab, tetapi Rhino mendahului menyambung ucapannya.

"Kamu enggak usah jawab sekarang, Lan. Pikirkan saja dulu. Besok pagi aku ke sini, ya. Kalau kamu mau kuantar ke kantor, artinya kamu nerima aku."

Wulan mengangguk. Suasana menjadi canggung. Dia tak tahu cara mengakhiri pertemuan ini. Bagaimana caranya dia pamit dan keluar dari mobil?

Rhino sepertinya memahami isi pikiran Wulan. Dia tertawa gugup untuk mencairkan suasana.

"Udah, enggak usah dipikirin sekarang. Kamu istirahat aja dulu. Makan yang banyak. Besok pagi aku kesini lagi, ya. Mudah-mudahan kamu mau nerima aku."

Wulan tersenyum, tersentuh dengan kelembutan dan kesabaran Rhino terhadapnya.

"Makasih, ya, No. Aku turun dulu, ya."

"Sama-sama. Aku bawain tasnya sampai depan kamar, ya?"

"Enggak usah. Ringan aja, kok. Makasih, ya."

Rhino mengangguk dan tersenyum. Bahkan saat gugup seperti ini, senyum Rhino masih tetap manis.

💘💘

"Tumben minggu malam udah balik kos, Tin?" tanya Wulan saat melihat Tina memasuki pintu depan paviliun. Biasanya Tina kembali ke kos pada hari Senin pagi.

"Iya. Tadi abis nonton sama adiknya Mas Tri," sahut Tina sambil meletakkan tasnya di atas meja belajar. Rumah Tina hanya berjarak belasan kilometer dari kos, tidak terlalu jauh. Akan tetapi, karena sekarang Tina kuliah hingga malam, akan lebih nyaman dan aman jika dia tinggal di kos yang dekat dengan kampus.

"Aku mau curhat, Tin," kata Wulan dengan wajah merona, tersipu.

"Wah ... apaan, nih," Tina mendekati Wulan dengan rasa ingin tahu.

"Tadi sore Rhino nembak aku."

"Yeeeyyy .... ha-ha-ha .... " Tina berteriak sambil tertawa.

"Husss .... Berisik. Ha-ha-ha ... Tapi aku bingung harus jawab apa. Kata dia kalau besok pagi aku mau diantar ke kantor, artinya aku nerima dia."

"Nah, kamu mau enggak sama dia? Cinta enggak?" cecar Tina penasaran.

"Itu yang aku enggak tahu, Tin. Aku kayaknya enggak, eh, belum cinta sama dia. Tapi dia baiiik banget." Wulan menjawab pertanyaan Tina sambil menerawang, mengingat sosok Rhino yang tampan dan baik. Namun, Wulan tidak cinta kepada Rhino. Wulan tahu, dia cinta Surya. Cinta yang tidak mungkin akan bersatu.

Tina terdiam sejenak, kemudian berbicara dengan nada serius.
"Gini, ya, Lan. Aku lihat kamu selama jalan dengan Rhino, kamu kelihatan bahagia. Rhino juga baik, ganteng, sabar banget ngadepin kamu yang slebor kayak gini."

Wulan mengiyakan dalam hati.

"Mungkin menurutmu kamu enggak cinta sama Rhino. Tapi pasti kamu ngerasa cocok dan nyaman sama dia. Kalau enggak nyaman enggak mungkin kamu jalanin sekian lama dengan dia. Tiap hari, loh, kalian berduaan," kata Tina.

"Soalnya aku tahu, kalo kamu enggak cocok dan enggak nyaman sama orang, enggak pake lama bakalan kamu hindarin. Sama Rhino kamu kulihat asyik-asyik aja, tuh."

Wulan kembali mengiyakan ucapan Tina.

"Mungkin sebenarnya di dalam hatimu, juga suka sama dia, Lan. Tapi kamu enggak nyadar aja. Dan yang paling penting, jangan kamu gantungin perasaan orang yang sayang sama kamu. Selama ini sikapmu seperti ngasih harapan. Kalau kamu memang enggak suka sama dia, segera menjauh. Kasihan dia cuma kamu PHP-in."

Wulan terdiam, merenungi kata-kata Tina. Dia tidak siap menjauh dari Rhino. Dia merasa nyaman berada di dekat Rhino.

"Pokoknya kalau kamu enggak yakin kamu suka sama dia, enggak usah nunggu besok. Sekarang aja telepon dia. Kasih jawaban penolakanmu. Kasihan semalaman dia nunggu-nunggu jawabanmu, kalau cuma bakalan ditolak juga besok."

Wulan tidak menjawab kata-kata Tina. Dibenamkannya wajahnya ke bantal. Ucapan Tina berputar-putar dalam benaknya. Semua yang dikatakan Tina mengandung kebenaran. Wulan harus segera memberi keputusan kepada Rhino, yang terbaik bagi Rhino dan bagi Wulan.

💋💋💋

Malam ini Wulan galau, memikirkan tentang Rhino.
Rhino menyatakan cinta kepadanya.
Wulan belum merasakan cinta kepada Rhino.
Tetapi Wulan tidak sanggup kehilangan Rhino, jika dia menolak cinta Rhino.

Jawaban apa yang akan diberikan Wulan kepada Rhino?
Menerima cintanya ataukah menolaknya?

Ikuti terus episodenya.
Silakan tekan bintang jika kamu menyukai tulisanku.

Terimakasih sudah mampir dan membaca.
Love love love
😘

Sayap-Sayap Patah #2  (Cinta Segi Lima 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang