Patrick dan Neneng?

423 158 43
                                    

Kalau cemburu bilang,
Biar aku-nya tau dan bersikap sewajarnya.

•HukumCoulomb•


Icha membuka pintu belakang mobil, dan jantungnya hampir saja maraton gara-gara melihat Ragil yang duduk di belakang. Icha terpaku, seperti tidak percaya.

"Eh kakak kok di sini?" kata-kata ini terlontar dari mulut Icha tanpa sengaja.

"Suka-suka gue." singkat Ragil.

Icha masuk ke dalam mobil tepat di samping Ragil. Sedikit canggung karena Ragil tidak banyak bicara, atau juga karena dia yang belum membuka topik pembicaraan.

Icha terus saja memandangi wajah tampan Ragil yang sebelumnya tidak pernah dia pandangi dalam jarak sedekat ini.

"Anugerah Tuhan mana lagi yang ingin kau dustai?" batin Icha. Ekspresinya tidak bisa diatur, seperti orang yang sedang terkagum-kagum.

Ragil dari tadi menyadari ada dua bola mata yang sedang membututi wajahnya. Tak perlu diambil pusing, dia memilih memasang earphone supaya tidak hanyut dalam aksi bermain bunganya. Iya, Ragil grogi dan juga senang.

Tentu saja hal ini tidak berjalan lama, hati Raka tidak terima!

Raka juga ikut masuk di belakang tepat di samping Icha, membuat gadis itu bagai terimpit dua tebing yang tidak bisa membuatnya keluar.

"Ha? Peristiwa langka seperti apa ini? Bahu gue dengan kak Ragil bersatu? Gue harap jarum jam berhenti saat ini juga." gejolak hati Icha, ini membuat jantungnya maraton berkali-kali dan membuat pipinya blushing.

Untuk ketiga kalinya pintu belakang mobil terbuka, kali ini menunjukkan seorang Tomi dengan wajah lesunya.

"Lo semua ngapain reunian di mobil gue?" heran Tomi tapi tidak ada satu pun yang menggubrisnya.

"Jadi siapa yang bawa mobil?" sambung Tomi geram menyadari dirinya bagai angin lalu lalang yang tidak dianggap keberadaannya.

"Lo." balas Raka santai.

"Gue gak mau! Gue mau lanjutin mimpi gue lagi."

"Mimpi dimarahin bokap lo?" ledek Raka.

"Dan memakai bahu gue sesuka hati lo?" sambar Icha semakin membuat Tomi down.

"Nyupir apa tinggal?" sambung Icha meledek Tomi dengan memakai ucapan pria itu diawal. Jadinya mereka satu sama.

Kali ini Tomi tidak bisa lanjut berperang lagi karena cacing yang ada diperutnya lagi-lagi berdisko. Tapi perlu diingat! Dia bukan kalah, melainkan mengalah untuk menang.

"Cacing miskin, tau aja perut anak sultan. Malah gak ngontrak atau bayar uang tempat gitu kek." batin Tomi emosi dengan perutnya sendiri.

Tomi masuk ke bagian pengemudi dengan hati yang terpaksa.

"Oke, adek-adek manis mau dianter kemana?" tanya Tomi ala-ala driver online.

"Ke rumah sakit jiwa aja deh," balas Icha menggunakan siasat otaknya.

"Mau angkat adek dari salah satu pasien di sana ya mbak?" Tomi tak ingin kalah dengan Icha yang belagu menurutnya

"Enggak, mau bawa yang nyupir ini berobat. Mana tau fungsi otaknya udah ekspayet."

"Mbak Icha yang cantik bagai cabe-cabean, pak supir gak suka ya mbak ngomongnya gak sopan sama yang lebih tua,"

"Nungguin lo perang bisa-bisa lusa gue nyampe rumah." akhirnya Ragil mengeluarkan suaranya, tangannya melepaskan satu earphone dari lubang telinga miliknya.

"Ya udah, tapi salah satu pindah ke depan. Emang gue om-om driver apa?" protes Tomi masih tak terima.

Walaupun Icha senang bergempetan dengan Ragil, tapi sepertinya asmanya mulai kambuh karena kekurangan oksigen. Dengan berat hati Icha pindah ke bagian depan, tepatnya di sebelah Tomi. Tapi ingat! Dia tidak lewat pintu, melainkan melangkah saja dari belakang ke depan seperti bocah.

"Adek Icha, kalau lo lewat situ jadi fungsinya pintu buat apa?" sindir Tomi sarkasme ke cewek yang baru saja ada di sebelahnya ini.

"Kak Tomi yang lebih tua dari gue. Pikir aja sendiri, jadi kalau gitu fungsi otak buat apa?"

Skak mat! Tomi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yanh sangat kencang karena panas dengan jawaban nyonya Icha.

"Padahal mobil gue." batin Tomi.

"Buat orang mati dosa tau." lagi-lagi Icha kembali mengomel karena tak terima dibawa dengan mobil yang membuat nyawanya tinggal setitik lagi.

"Bodo!"

Jitttttt! Tepat diucapan Tomi, dia juga mengerem dadakan kayak dapat lotre.

"Astaghfirullah." serentak tiga orang di mobil itu selain Tomi.

Plakkk

Satu toyoran mendarat mulus di kepala Tomi, yang pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Raka. Sebenarnya Icha ingin menoyor sebelum Raka, tapi kan gak baik kalau yang muda nyentuh apalagi menoyor kepala orang yang lebih tua darinya. Gini-gini Icha masih tau sopan santun kok.

"Santai bro, ada polisi. Gue pasang sabuk pengaman dulu." ucap Tomi gelisah dan ketakutan.

"Otak lo kak pasang sabuk pengaman biar gak ketinggalan." entah kenapa mulut Icha ketika bersama Tomi ingin menjadi gledek yang sangat dahsyat.

Sebenarnya Ragil ingin sekali meledek Tomi seperti biasa mereka lakukan bertiga serta juga Syifa, tapi karena ada Icha jadi kayaknya semua hambar. Pasti ledekannya kalah humor sama ledekan yang Icha punya. Buat malu saja.

"Lo ngapain masih anteng aja Natasya Almira?" tanya Tomi sedikit ngegas.

"Jadi gue ngapain? Bantuin panggilin polisi buat nangkep lo?"

"Sabuk lo pasang Neneng!" bentak Tomi. Habis sudah kesabaran yang dia punya.

Jadi, Neneng adalah kartun cewek yang agak gesrek. Selanjutnya bisa kalian cek sendiri di mpok google.

Icha mengerucutkan bibirnya, kesal dengan ucapan Tomi. Dia memasang sabuk pengamannya sambil mensumpah serapahin si Patrick yang ada di sebelahnya.

"Eh kok susah ya? Gak bisa masuk!" seru Icha tampak kesusahan memasang sabuknya.

"Lo pernah naik mobil gak sih Ca?" Sindir Tomi bak dialah orang terkaya segalaksi.

"Pernah lah. Mobil lo aja nih murahan, katanya orang kaya. Ganti gih nih mobil, udah ekspayet." omel Icha. Dia masih berusaha memasang sabuknya, tapi hasilnya tetap nihil.

Mata Tomi capek sendiri melihat Icha yang tak kunjung juga memasang sabuknya. Hatinya tiba-tiba saja terketuk untuk membantu gadis gesrek yang ada di sebelahnya ini.

Akhirnya Tomi membantu memasangkan sabuk Icha, dan digerakkan terakhir wajah Icha dan Tomi begitu dekat sedekat lubang hidung dan mulut.

"Apa-apaan nih?" tanya hati Ragil.

"Nyolong kesempatan nih anak, harusnya gue aja yang nyetir." kini hati Raka pun ikut bersuara.



Terjebak dalam ilusiku sendiri,
Membuat hatiku terperangkap dalam imaji.

-Natasya Almira

Hukum Coulomb [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang