Penjelasan

134 16 3
                                    

"Semua yang dibicarakan secara baik-baik, pasti akan mendapatkan ujung yang baik."

•HukumCoulomb•


🌙🌙🌙

"Makasih ya kak." ucap Icha, tangannya sibuk mengobati memar di wajah ragil.

Ragil berdeham pelan, tatapan matanya tak terlepas dari wajah Icha yang sangat dekat dengan wajahnya.

"Maaf juga gara-gara gue, lo jadi kayak gini." sambungnya.

Kali ini Ragil tidak menjawab, dia hanyut dalam paras cantik gadis yang ada di hadapannya. Hal itu membuat Icha sangat gerogi. Rasanya ingin pergi saja, tapi dia harus mengobatinya dulu.

Icha memutar isi kepalanya, mencari-cari topik untuk dia bicarakan supaya situasi tidak menjadi sunyi lagi. Susah memang jadi orang yang suka dengan keributan, perlu pemikiran ekstra supaya keadaan menjadi ramai kembali.

"Nanti gue bakal bayar hutang gue, tapi kasih gue waktu ya." lanjut Icha membuka topik baru.

Tatapan Ragil berubah, ini membuat Icha susah payah menelan ludahnya. Ragil memegang tangan Icha yang mengobati wajahnya. Mereka bertatapan beberapa detik, sampai Icha mengalihkan pandangannya karena sungguh tidak tahan memandang manik mata pria itu. Entah untuk keberapa kalinya dia sangat menyukai mata tajam milik Ragil.

"Gak usah dibayar."

"Gak bisa gitu dong, gue bakal bayar kok." balas Icha.

Ragil hanya diam, karena jika dilawan nanti hanya akan merusak suasana saja. Sudah terbayang olehnya bakal ada perdebatan sengit yang tidak ada ujung, karena itulah dia menghindarinya.

"Masalah lo sama cowok tadi apa?" alih Ragil.

Icha menggigit bibir bawahnya, dia ragu. Apakah dia harus bercerita kepada Ragil? Tapi, apa yang akan terjadi nantinya? Apakah dia akan menjadi lebih tenang atau malah menjadi semakin resah? Icha sungguh tidak yakin.

"Lo bisa jelasin ke gue." Ragil tiba-tiba memegang tangan Icha, membuat gadis itu tersentak kaget.

Ragil sangat menyukai ekspresi Icha itu, sangat menggemaskan baginya.

"Mmm, tadi malam lo kenapa?" Icha mencoba mengalihkan topik, tapi sepertinya dia salah memilih topik.

Icha secara spontan menunduk ke bawah. Seharusnya dia tidak bertanya seperti itu, dia tidak mau terlibat ke masalah orang lain. Dia tidak ingin menjadi netizen yang selalu mengurusi hidup orang lain, tapi lupa akan jalan hidupnya yang belum tersusun rapi.

"Dea itu adik gue."

Kedua mata Icha melotot, dia menegakkan lagi pandangannya.

"Jawaban seperti apa itu, sudah jelas-jelas perempuan itu pacarnya tapi malah diakui sebagai adiknya." batin Icha.

Ragil membalas tatapan mata Icha. Tapi Icha dapat melihat tatapan itu lain, seperti ada beban yang hanyut di dalamnya. Pertahanan Icha runtuh, tidak bisa dielakkan bahwa dia masih perduli.

"Ternyata perkiraan gue salah, Ca. Ternyata bukan Mama yang selingkuh, tapi Papa. Papa udah selingkuh sama Mamanya Tomi, Mama dari sahabat gue sendiri. Dan Dea adalah adik gue dan Tomi." jelas Ragil rinci tanpa ragu.

Ragil lega bisa berbagi cerita dengan orang lain. Dia juga bingung kenapa dia tidak ada ragu sedikitpun untuk menceritakan semuanya kepada Icha. Dia tidak pernah menceritakan kehidupannya secara gamblang kepada orang lain, kecuali Tomi dan Raka.

Hukum Coulomb [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang