Jantung tolong dong jangan lari dari tempatnya, kan aku jadi gak bisa lama-lama bertahan dekat dengannya.
•HukumCoulomb•
Icha melihat arah tangan yang sekarang sedang memegangnya, membuat Icha menaikkan satu alisnya.
"Sini tasnya biar gue yang bawa."
"Eh, gak usah kak."
"Gak papa, kan lo tadi juga gak sempat duduk. Pasti capek." pria itu langsung mengambil tas ransel yang dari tadi ditenteng Icha.
"Makasih kak Raka."
Mereka pun menyusul yang lainnya ke belakang rumah Tomi, dengan tatapan takjub Icha melihat-lihat ornamen indah yang menghiasi rumah mewah pria gesrek tersebut.
Icha dan Raka sampai di halaman belakang rumah Tomi, membuat Icha melongo melihat pemandangan yang sekarang ada di depannya.
"Kan udah gue bilang lo akan takjub lihat halaman belakang rumah gue, bukan hutan yang kayak lo bilang." sambar Tomi yang melihat ekspresi heran Icha saat ini.
"Gue malah berharap ini hutan." tatapan Icha sekarang beralih ke arah Tomi. "Kak, yakin kita camping di sini?"
"Gue gak yakin." sahut Raka.
Halaman belakang rumah Tomi bukan tempat terbuka yang banyak pohon dan rerumputan, melainkan lantai keramik dan aulanya tertutup dinding pembatas dan cuma atasnya saja yang bisa melihat langit.
Tomi tidak menghiraukan Icha, dia sedang menerima panggilan masuk di hpnya, cuma ada satu kalimat yang terdengar lalu langsung ditutup. Kalimat itu adalah kalimat untuk menyuruh orang yang ada ditelepon untuk masuk.
Selang beberapa menit, betul saja ada orang yang masuk, "Hai semua!"
"Loh, kok?" tunjuk cewek itu ke arah Icha dan Tiara secara bergantian.
"Kok ada?" Icha juga ikutan heran.
"Ih Ragil, kok ada mereka? Harusnya kan kayak biasa cuma kita berempat aja." cewek itu menggandeng lengan Ragil dan gandengannya tak bertahan lama karena Ragil langsung melepaskannya.
"Emang kenapa kalau ada mereka? Rumah-rumah gue, kok lo yang ngatur." Tomi tidak terima ada yang melarangnya untuk mengundang orang lain.
"Udah lah Syif, gak akan ngeganggu hidup lo juga kan." sambung Raka.
Syifa mendengus kesal, "Iya gak ganggu hidup gue, tapi ganggu hidup Ragil."
Icha tidak ambil pusing dengan ucapan Syifa yang sok manja di depan Ragil.
"Kak, gimana kalau kita camping-nya di halaman depan aja. Kan disitu ada rumput, bukan keramik kayak gini. Terus ada pohon juga walau sedikit." saran Icha menghadap ke arah Ragil.
"Rumah gue, bukan rumah Ragil." sindir Tomi.
"Ck!" Icha kesal lama-lama disituasi yang memojokkannya ini, "Kan lo juga dengar kak, kalau masalah gue ngeliat siapa itu terserah mata gue."
"Yaudah kita ke depan." Ragil mengikuti saran Icha dan melangkah duluan karena risih dengan Syifa yang mencoba terus-terusan menggandengnya.
Mereka sampai di halaman depan, lalu langsung memasang tenda yang sudah Tomi sediakan.
Icha dan Tiara satu tenda. Raka, Ragil dan Tomi, mereka satu tenda, kecuali Syifa yang mendirikan tenda sendirian karena tidak mau satu tenda dengan orang yang mencoba merebut Ragil darinya.
Sesiapnya mereka memasang tenda, mereka duduk membuat lingkaran untuk membicarakan acara yang ingin dilakukan mulai dari nanti malam.
"Gue ada syarat sebelum semua dimulai." Raka membuka suara duluan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum Coulomb [ SELESAI ]
Ficção AdolescenteNatasya Almira, si gadis halu yang memiliki banyak mantan. Playgirl, tepatnya. Dia memilih masuk ke kampus sang artis idamannya. Ragil Akbar Pratama, si pria playboy. Bagaimana kisah mereka? Kisah gadis yang selalu mengejar seorang pria, dan kisah...