Tak Sendiri

386 134 68
                                    

Nyaman sih, tapi sayang bukan dengan orang yang tepat.

•HukumCoulomb•



Icha kini pergi tak tentu arah, pikirannya sedang kacau, hatinya sedang gundah gulana. Akhirnya dia pergi ke taman di dekat basecamp-nya.

"Cuma seminggu, kan? Gue gak boleh nyerah." batin Icha, dia mengambil duduk di atas rerumputan.

Angin menerpa wajah gadis cantik ini, rambutnya pun sampai menutupi wajahnya. Icha kini ditemani angin sore yang menenangkan, tapi 15 menit kemudian berubah sangat menyeramkan.

"Udah dapat alatnya?" tanya seorang pria yang ikut duduk di sebelah Icha.

Icha mendongak, memastikan. Padahal dia juga sudah tahu suara siapa itu. "Mahal, nunggu diskon dulu." balas Icha kepada cowok yang tak asing baginya, yaitu Tomi.

"Maunya lo bilang sama gue, gue kan sultan. Sama Mbak-Mbak tokonya juga gue borong sekalian."

"Lo mau bayarin?"

"Ya kagak, hitung jadi utang lah." ucap Tomi sambil tertawa sekeras-kerasnya.

"Kak, lo kenapa ke sini? Bosen gue, 4l mulu."

"4l apa? Apa tuh? Yang gue tau tuh 4 sehat 5 sempurna." bangga Tomi, seolah dia tahu segalanya.

"Lo lagi, lo lagi."

"Jangan ge-er dulu, gue nyusul lo itu karena gue punya niat baik."

"Oh lo punya niat, gue kira selama ini hidup lo itu hasil giveaway." ucap Icha sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Iya dong. Gue ngikutin lo karena gue takut, takut lo depresi terus bunuh diri."

"Aduh! Aduh, sakit Neneng!" satu cubitan terjepit di tangan Tomi, membuat si pemilik tangan mengiris kesakitan.

"Biarin."

Entah kenapa, setelah itu keadaan menjadi senyap bersamaan dengan langit yang menggelap menuju malam.

"Udah malam, lo gak pulang? Apa ada job jadi kuntilnenek?" tanya Tomi asal.

"Lo ngatain gue tua kak?"

"Kan ketauan." ucap Tomi menunjuk wajah Icha sambil bergidik ketakutan.

"Apa?" Icha sangat heran dengan tingkah Tomi yang tak ada habis-habisnya ini. Konyol.

"Jadi, selama ini lo setan?" kini Tomi sangat ketakutan melihat Icha.

"Iya gue setan, setan buat hidup lo. Lagian mana ada setan secantik gue."

Tomi menghela nafas gusar, "Jadi, Neneng mau pulang gak?"

"Enggak, Kak Patrick luan aja."

"Gue gak mau!" kekeh Tomi sambil mengacak pinggang.

"Kenapa?"

"Gue mau lihat lo berubah jadi kuntilnenek dulu, karena hasrat kekepoan gue udah beranak pinak."

"Dosa apa yang udah gue perbuat?" tanya Icha pada dirinya sambil menepuk jidatnya berkali-kali.

Lelah. Mengapa harus Tomi yang menyusulnya? Bukannya jadi tenang, malah membuat mood-nya tambah hancur saja. Ketika Tomi ingin membantah perkataan Icha lagi, tiba-tiba ada setumpuk air yang jatuh dari langit membasahi mereka.

"Kan hujan, gue jadi gak bisa lihat lo berubah."

"Maunya lo komitmen dulu sama hujannya."

"Udah, tapi hujannya nolak."

Hukum Coulomb [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang