Puitis

530 215 42
                                    

Tidak apa kau tak membalas ucapanku bila bertemu. Tapi tolong, jangan pernah mengabaikan beribu pesan dariku.

•HukumCoulomb•




Dan untuk kedua kalinya Icha digendong lagi oleh Ragil. Kali ini Icha tidak pingsan seperti sebelumnya, dia sudah berusaha sekuat tenaga mengatur nafasnya.

Icha didudukan dipinggir kolam, lalu ada tangan yang memberikannya jaket. Banyak tanda tanya diotak Icha ketika yang ia lihat adalah Raka.

Raka mendekatkan mulutnya ke kuping Icha, dan membisikkan ...

"Baju lo putih entar nerawang, pakai aja."

"Makasih kak."

"Apaan sih ini, gini doang pake ngasi jaket segala."

Apa yang barusan keluar dari mulut Ragil? Kenapa dia tidak bisa mengontrolnya? Padahal dia juga melakukan itu saat pertama Icha kecebur. Apa dia cemburu? Tidak mungkin saja. Masih banyak perempuan cantik, kenapa dia harus cemburu dengan gadis ini.

Cemburu? Sedikit menggelikan buat Ragil.

Byurrr

Tolakan yang sangat anarkis diluncurkan dari tangan Tomi. Membuat si korban jatuh ke dalam kolam renang. Tomi dilawan, mana bisa!

"Biar hatinya bersih, direndam dulu toh ya pak." ledek Tomi.

"Eh kak, sini gue bantu. Pegang tangan gue!" Icha berniat baik menolong Ragil yang kecebur akibat ulah Tomi, sekalian dia bisa membalas budi pertolongan Ragil.

"Lo nolong gue? Yang iyanya entar gue kali yang nolong lo. Lo nolong gue, bisa kecebur lagi lo." ucapan Ragil lagi-lagi sinis ke Icha.

"Makasih,"

"Buat?"

"Perhatian ketiganya." senyum Icha dengan sangat manis.

Entah apa yang ada dipikiran Icha. Ucapan yang menurut orang lain keji, namun sangat istimewa bagi Icha. Icha mengambil kesimpulan yang positif, yakni pria itu tidak mau kalau dirinya jatuh lagi. Walau mungkin bukan seperti itu maksud sebenarnya.

"Emang segitu pentingnya ya lo hitung tingkah receh gue?"

"Penting. Perlu kakak tau, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Gitu juga dengan perhatian kakak, perhatian-perhatian lama-lama akan menjadi sayang."

Ucapan Icha sungguh mencengangkan. Kata-kata itu bahkan diluar prediksi semua orang. Begitu puitis.

Apa karena Icha anak sastra makanya pandai merangkai kata? Apa itu karena pengalamannya dengan beribu mantan? Entahlah, cuma Icha dan Tuhan yang tau.

Ragil mati kata. Skak mat!

Pria itu langsung naik dari kolam renang, dia mengusap wajahnya gusar. Lalu dia mendekat ke arah Tomi, dan satu toyoran mendarat di kepala kawan ngeselinnya itu.

"Kawan somplak!"

"Somplak? Enak dong," balas Tomi membuat emosi Ragil semakin meradang.

"Seblak, goblok!" kini giliran Raka yang menoyor kepala Tomi.

"Gue tau kepala gue menggemaskan. Tapi jangan ditoyor juga, kali."

Lihat? Tidak ada yang menggubris ucapan Tomi. Malangnya pria ini.

"Ra, Syaratnya gak sekarang. Tunggu aja."

Bukannya menghampiri Icha, Ragil malah senyum dan ramah pada Tiara. Itu membuat hati Icha sakit. Harusnya senyum itu tertuju padanya, bukan Tiara.

"Fiks, ini karma." batin Icha yang sungguh yakin.

"Kak Ragil, tunggu! Biar gue aja yang ngelakuin syaratnya, kan yang ditolong gue." Icha berhasil menahan Ragil dengan menggenggam lengan pria itu.

"Lo atau pun bayangan lo, gak akan bisa menggantikan Tiara dimata gue." bentak Ragil dengan menepis tangan Icha secara kasar.

Karena tepisannya kasar, Icha hampir saja kecebur lagi untuk ketiga kalinya. Untung saja badannya berhasil ditangkap oleh tangan Raka dan Tomi bersamaan. Dia diapit oleh dua cowok tampan.

Badan Icha normal, tapi kenapa dia gampang banget roboh? Lebih tepatnya gopoh.

"Yang berjuang siapa, yang dapat hasilnya siapa." batin Icha.

Seburuk itu gue buat lo? Hati tenang ya, aku yakin kamu akan mendapatkan keadilan suatu saat nanti.

Tidak bisa dipungkiri jika perkataan Ragil itu menyayat hatinya. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini, seperti layaknya sampah. Tapi balik ke kenyataan bahwa ini bukan lagi masa SMA-nya, masa di mana semua orang ingin sekali menjadi pacarnya.

Icha mengangkat badannya dari tangan Tomi dan Raka.

"Makasih kak."

"Sama-sama." serentak Tomi dan Raka.

"Ca, Lo gak pa-pa? Tenang Ca, gue bakal lakukan apapun syarat dari kak Ragil demi lo." ucap Tiara niatnya ingin menenangkan Icha, tapi malah sebaliknya.

"Gue rasa bukan demi gue, tapi demi kebahagiaan lo semata." ucap Icha. Lalu dia pergi meninggalkan kondisi yang masih ramai memperhatikannya dari tadi.

🌙🌙🌙

Icha pulang duluan ke basecamp karena dia sudah minta ijin. Baju basah gimana mau ngikut kegiatan yang lain, bisa dianggap ikan empang.

Kalau yang awal, memang dia tenggalam memakai baju renang, jadi masih ada baju ganti. Lalu karena tercebur lagi, dia terpaksa harus pulang karena tidak punya baju ganti lagi.

Selesai mengganti pakaiannya, Icha menggeletakkan badannya di atas kasur. Melepas penat. Lalu, dia membuka instagram-nya.

Icha masih tidak mau menyerah, dia mencoba nge-DM lagi artis songong itu.

Natasya.Almira :

Kenapa?

Kenapa aku bisa jatuh cinta, dengan orang yang dicintai banyak orang.

Aku bingung!

Aku hanya bisa mengetik pesan untukmu via ig.

Mencurahkan isi hati via story ig.

Dan berharap kamu akan mengerti.

Bodohnya seakan-akan mengisyaratkan bahwa kamu adalah segalanya.

Mengingatkanmu, memperhatikanmu, dan memperdulikanmu adalah hal BODOH yang sampai saat ini masih ku lakukan.

Berusaha sebesar mungkin, tapi tetap saja tak bisa terhindari.

Seakan seluruh anggota tubuh sudah terkoneksi dengan hati.

Jika hati sudah berkehendak, maka semua takkan terelakkan lagi.

"Mudah-mudahan aja diread." gumam Icha pelan.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, memperlihatkan seorang gadis cantik diambang pintu. Siapa lagi kalau bukan Tiara.

Icha pura-pura tidak tau akan kedatangan Tiara, dia tidak mengalihkan pandangannya dari layar hpnya. Tapi Tiara sadar akan hal itu.

"Ca, lo gak usah marah sama gue. Gue gak suka sama kak Ragil." Tiara mengambil duduk di sebelah Icha.

"Benar?" tanya Icha. Dia mendudukkan badannya.

"Iya. Gak marah lagi, kan?"

Icha tersenyum dan memeluk Tiara. Pelukan Icha dibalas erat oleh Tiara.

"Gue harap omongan sama hati lo sama Ra." batin Icha.

Hukum Coulomb [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang