Yang menurut lo itu benar, belum tentu benar dimata orang lain. Kadang kita hidup harus dengan kritikan.
•HukumCoulomb•
Hati Icha terasa sakit, sesak dan tak terbendungi lagi. Dan parahnya, ucapan itu terlontar dari mulut cowok yang Icha sukai. Memang, pada dasarnya sakit itu akan berlipat dua kali jika dilakukan oleh orang yang kita sayang.
"Iya, gue tau gue asma." mata Icha mulai sembab menahan rasa sakitnya, dan dia melanjuti ucapannya "Dan sekarang asma gue kambuh, puas lo kak?"
Ragil tidak berkata apa-apa, dia hanya bisa melihat Icha yang sedang menahan rasa sakitnya. Mungkin bukan hanya sakit akibat asma saja, tetapi juga karena ucapannya. Namun beda dengan iblis betina, dia sepertinya tidak memiliki rasa kasihan.
"Iri? Atau cari sensasi lagi?" sindir Syifa, dia bangkit dan berdiri di hadapan Icha. Mengambil posisi Ragil yang mulai mundur.
Raka sudah muak dengan drama ini. Dia menghela nafas gusar.
"Ca, ikut gue!" Raka menarik tangan Icha untuk keluar dari lingkaran iblis itu.
Icha tidak menentang ucapan atau menepis tangan Raka. Bahkan sekarang dia ingin mengucapkan beribu terima kasih karena pria ini telah menolong meredakan sesaknya dengan cara mengajaknya pergi dari situ, tapi apa daya gengsinya. Memang ya, gengsi bisa merusak segalanya.
"Lo masuk." ucap Raka yang di mana tempat mereka berada sekarang adalah di depan kelas Icha.
"Masih ada dua puluh menit lagi." lesu Icha. Dia sudah membayangkan rasa bosan dan ambyar jika dia harus diam menunggu di dalam kelas.
"Lo bawa earphone?"
"Bawa." dengan refleks Icha merogoh tasnya, mencari earphone miliknya tanpa menunggu instruksi dari Raka lagi. "Nih!" ulur Icha dan diterima oleh Raka.
Raka memasangkan earphone yang sekarang ada ditangannya ke kedua kuping Icha.
"Pasang alarm untuk jam 08:00." pinta Raka, yang mana itu adalah jam pembelajaran dimulai hari ini.
"Untuk?"
"Pasang aja."
"Ck." Icha berdecak kesal karena terus diperintah dan tidak diberitahu alasannya, tapi bodohnya Icha menuruti itu begitu saja.
Icha menunjukkan hpnya yang sudah dia dipasangkan alarm, "Udah."
"Ca, entah kenapa gue kalau sama lo tuh ngerasa---" belum selsai Raka berbicara, Icha sudah membelokkan ke topik ke arah lain.
Sepertinya Icha tahu maksud alur pembicaraan Raka. Dia belum siap untuk itu. Tepatnya, hatinya yang belum siap.
"Kira-kira enakan lagu apa ya kak?"
"Intinya jangan yang galau-galau."
"Kenapa?" tanyanya dengan tampang mennggemaskan.
"Lo harus dengar yang senang-senang biar lo ngerasa kalau galau tuh gak cocok buat lo."
"Oke." Icha megacungkan jempolnya dan menampilkan senyumannya.
"Siap kelas nanti ikut gue ya." ajak Raka.
Icha membalas dengan senyuman dan dia langsung masuk ke dalam kelasnya.
Sudah lima menit dia duduk sendiri, sepertinya lagu yang sedang menemaninya tidak mempan dengan kesakitan yang dia miliki sekarang. Icha terbawa arus lamunannya. Dan satu persatu dari temannya sudah masuk ke dalam kelas, tapi Icha tidak menyadari itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/216429960-288-k26813.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum Coulomb [ SELESAI ]
Подростковая литератураNatasya Almira, si gadis halu yang memiliki banyak mantan. Playgirl, tepatnya. Dia memilih masuk ke kampus sang artis idamannya. Ragil Akbar Pratama, si pria playboy. Bagaimana kisah mereka? Kisah gadis yang selalu mengejar seorang pria, dan kisah...