Hukum Coulomb [ SELESAI ]

Melukis

Jangan berasumsi semaumu, jika kau juga belum tahu realitanya seperti apa. Belajarlah menjadi orang bijak, bukan orang yang penuh dengan prasangka.

•HukumCoulomb•

Natasya Almira ( Rebecca Klopper )

"Kamu itu seperti pelukis Ca, selalu mewarnai hari-hariku."

Icha memajukan beberapa senti bibirnya, tangannya dilipatkan ke depan dada.

"Itu kayak ucapan aku. Bedanya aku bilangnya krayon, kamu pelukis." omel Icha tak terima.

Ragil mengacak rambut Icha pelan, lalu dia menggenggam tangan gadisnya lagi.

Mereka kini sedang berada di mall, sudah dari tadi mereka berkeliling mencari kado tapi tidak ada yang cocok satupun. Dan itulah akhirnya Icha memutuskan untuk mencari pelukis, dia ingin menghadiahkan lukisan yang bergambar dirinya dan Tiara.

Ragil tahu di mana tempat pelukis yang handal, lalu dia mengajak Icha keluar dari mall dan pergi ke suatu tempat.

🌙🌙🌙

"Assalamualaikum Mas!" jerit Ragil sambil mengetok pintu rumah yang Icha belum tahu siapa pemiliknya.

"Wa'alaikumsalam."

Setelah beberapa saat, akhirnya seorang pria yang sedikit agak tua dari mereka keluar, dia tersenyum lalu memeluk Ragil.

"Hai Gil, udah lama lo gak ke sini." ucap pria itu santai.

"Iya, sibuk kerja sama kuliah gue."

Pria itu melirik ke Icha, Ragil menyadari itu dan dia menjawab raut wajah tanda tanya pria tersebut.

"Kenalin Mas, ini Icha. Pacar gue."

"Yang keberapa?"

"Masih 18 tahun kok Mas." jawab Icha spontan.

Pria itu tertawa, membuat Icha menggigit bibir bawahnya. Dia sangat gugup, kenapa dia bisa salah menjawab sih. Ah, bodohnya.

"Lucu, cantik." seru pria itu.

"Pacar terkahir Mas." jawab Ragil, pria itu hanya manggut-manggut saja.

"Oh iya Ca, ini Mas David. Kenalan gue. Keluarga gue kalau mau nempah lukisan sama nih orang, udah kenal dari kecil." sambung Ragil.

"Kalian akrab." ucap Icha masih canggung. Aneh, tidak biasanya dia seperti ini.

"Harus itu." jawab Mas David.

Mereka memasuki rumah David, Icha terpana dengan lukisan-lukisan indah yang terpajang di penjuru rumah ini. Cantik. Tidak salah Ragil membawanya ke sini.

Icha melihat banyak sekali lukisan pemandangan, Mas David ini memang benar-benar jago.

"Ca, potonya mana?" tanya Ragil membuyarkan pandangan Icha yang tadinya menatap lukisan.