Warning Typo !
Aomine dan (your name) melangkahkan kaki mereka keluar dari shinkansen. "Kalau begitu sampai jumpa." Ucap (your name) seraya berjalan memalui Aomine.
"Tunggu." Aomine meraih tangan (your name). (your name) menatap Aomine bingung "Aku akan mengantarkan mu pulang."
"Daiki-kun tidak perlu melakukan itu. Aku bisa pulang sendiri." Aomine tetap bersi kukuh untuk mengantar (your name) pulang.
"Aku ingin tahu dimana tempat tinggal mu, jika terjadi sesuatu aku tau rumah mu."
(your name) teringat sesuatu "Jika kau dimarahi oleh Ibu mu lagi, jangan lari ke rumah ku ya ?" canda (your name).
Aomine tersenyum miring "Kau masih ingat juga hal itu."
Sepanjang perjalanan, mereka saling bertukar cerita. Rasa canggung yang sempat mereka rasakan, perlahan menghilang. (your name) jadi teringat masa lalu. Ketika ia berjalan seperti ini bersama Kisedai setiap pulangan sekolah atau setelah selesai latihan.
"Daiki-kun, kenapa kau tidak bertanding di final kemarin ?" Senyuman Aomine luntur seketika dan di gantikan wajah dinginnya.
"Pelatih melarangku bertanding." Geramnya.
Angin malam berhembus, membuat helaian rambut (your name) bergerak dengan lembut.
(your name) masih menatap manik mata biru laut Aomine tanpa rasa takut "Pasti karena cedera dilutut mu kan ?"
Aomine mendecakkan lidahnya kesal, ia tidak bisa mengelak dari pengamatan (your name).
(your name) tertawa kecil melihat wajah kesal Aomine "Aku tau Daiki-kun pasti ingin sekali bermain tapi keselamatan pemain adalah yang utama. Tentu saja pelatihmu tidak mengizinkan Daiki-kun bermain. Untung saja pelatih Touou menyadari itu."
Sontak Aomine menghentikan langkahnya dan menyadari sesuatu.
"Daiki-kun ?" beo (your name) bingung dengan sikap Aomine yang terdiam.
"Ah tidak ada apa-apa." Ucap Aomine yang kembali melanjutkan langkahnya. Aomine melewati (your name).
"Nee Daiki-kun apa ada sesuatu di balik kencan ini ?" Aomine menghentikan langkahnya, tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Dia tidak menyangka (your name) akan memberikan pertanyaan seperti itu.
(your name) pun menghentikan langkahnya juga dan menghadap kearah Aomine yang membelakanginya "Biasanya tanpa harus 'bermain' , Daiki-kun selalu mengajak ku jalan-jalan seenaknya tanpa persetujuan dari ku. Tapi kali ini kau ingin kencan jika menang di pertandinganmu, kupikir pasti ada sesuatu." Ucap (your name) yang menjawab pertanyaan dari mata Aomine.
Aomine mengeluarkan keringat dinginnya. Bagaimana mungkin dia melupakan kebiasaan kecil dia semasa di Teiko dulu. Sekarang ia bingung harus menjawab apa.
"Katakan apa permintaan mu yang sebenarnya." Aomine masih membungkam mulutnya yang membuat (your name) menghembuskan napasnya pasrah. Ia tidak mau memaksa Aomine jika pria tan itu tidak mau memberitahunya.
"Kalau Daiki-kun tidak mau memberitahu ku, aku tidak akan memaksa. Ah itu tempat tinggal ku, terima kasih atas hari ini. Oyasumi Daiki-kun." (your name) berlari kecil mendahului Aomine. Tanpa menunggu Aomine, (your name) berbelok dan masuk kedalam apartemennya.
Entah itu Aomine atau (your name), mereka berdua sama-sama merasa sedih. Mereka sudah saling mengenal cukup lama dan tapi masih ada yang belum bisa jujur dengan perasaannya. Atau mungkin terlalu takut menyampaikannya.
Tangan Aomine menggantung diudara, ia tidak jadi mencegah kepergian (your name). Bibir Aomine terasa kelu dan sulit di gerakkan ketika memikirkan hal yang akan dikatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Kuroko No Basket] Our Story ✅
FanfictionBook 1 - Our Story Book 2 - After Story Sinopsis Setelah kepergian nya yang tiba-tiba, akhirnya dia kembali. Ia tak menyangka akan bertemu dengan 'mereka' lagi setelah insiden itu. Gadis bernama (your name) itu menjadi siswi SMA Seirin bersama Kag...