Part 84 - Seorang Laki-laki

1.4K 233 201
                                    

Warning Typo !

-Flashback arc-

Dokter keluar dari ruangan (your name) setelah melakukan pemeriksaan rutinnya. (your name) masih belum menunjukkan perubahan yang lebih baik. Dia masih suka berdiam diri, melamun, dan banyak tidur.

Makan hanya sekadarnya, tidak sampai suapan kelima dia sudah kenyang. (your name) terlihat seperti boneka hidup dengan wajah yang pucat dan kurus. Jangan lupakan matanya yang sudah seperti ikan mati, tidak ada kilauan semangat dimatanya.

(your name) juga masih belum mau membuka diri ke orang tua nya. Bahkan untuk berbicara saja dia jarang melakukannya.

Orang tua (your name) mencoba menarik minat putri mereka agar mau melakukan aktifitas kecil. Setidaknya ketika pagi menjelang sore tidak dihabiskan untuk tidur saja. Tubuh (your name) akan semakin melemah jika dia hanya terbaring, tidak mau melakukan apa-apa.

Mereka mencoba menghibur (your name) dengan hobi yang disukai anak itu. Mengajaknya membaca novel/komik, menggambar, mendengarkan lagu, hal-hal yang biasanya (your name) sukai. Namun (your name) tidak tertarik dan tidak mau melakukan itu semua.

"Kenapa kau dewasa sendirian, nak ? Jangan berusaha memikul semuanya sendirian. Kau tak perlu begitu. Ibu dan Ayah masih banyak kekurangan untuk bisa kau andalkan, ya ?" Ibu (your name) mengusap-usap kepala anaknya lembut.

Untuk sesaat (your name) terdiam sebelum menjawab "Bukan begitu, jangan khawatir. Aku hanya lebih nyaman menyendiri."

"Nak meskipun begitu-"

"Daijoubu. Aku sudah terbiasa sendirian." Mata (your name) masih tak berpaling dari jendela atau lebih tepatnya dari pemandangan langit dari luar jendela.

Ibu (your name) memeluk anaknya dengan mata berkaca-kaca "Jangan dewasa terlalu cepat. Jika kau sudah sedewasa ini, kami merasa bersalah." Suara wanita itu terdengar bergetar.

"Kenapa ?" (your name) melirik Ibunya.

Ibu (your name) melepaskan pelukannya dan merogoh isi kantung baju nya "Ada yang bilang jika anak mereka cepat dewasa, artinya orang tua mereka tidak becus mendidik anak mereka. Jadi pelan-pelan saja tumbuhnya. Nanti saja dewasanya ya ?" Ibunya (your name) memberikan selembar foto yang sudah lecak akibat remasan.

Mata (your name) sedikit membelalak ketika melihat foto dirinya bersama Kisedai. Gadis itu mengira foto itu hilang dan dia tidak memiliki kenangan apapun lagi dengan Kisedai setelah orang tua nya membakar barang-barang nya waktu itu.

Seketika (your name) mengingat permasalahannya dengan Kisedai dan dengan keluarganya. Ia merasa bersalah atas apa yang terjadi.

"Ini semua salahku. Sekarang aku semakin merepotkan kalian." Pikiran negative mulai memasuki isi kepala (your name).

Ayah (your name) duduk di sisi lain ranjang rumah sakit, berhadapan dengan istrinya.

"Kau tak salah sama sekali. Kau masih SMP tapi sudah mengalami hal berat seperti ini, dan kau melewati semua ini sendirian." Ayahnya tampak menghindari tatapannya, namun ia tetap memberikan elusan di kepala (your name).

(your name) dapat merasakan gerakan canggung di tangan Ayahnya namun elusan itu tetap terasa lembut dan hangat.

"Kalian tahu kan aku sempat marah sama kalian ?" Ucap (your name).

"Tidak apa-apa. Kau berhak membenci kami. Ayah dan Ibu juga salah padamu. Jangan minta maaf." Jawab Ayah (your name) cepat.

(your name) menatap foto di tangannya "Tapi aku tahu, Kalian hanya ingin aku mendapatkan yang terbaik untuk masa depanku." (your name) mengelus foto di tangannya dengan ibu jarinya.

[Kuroko No Basket] Our Story ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang