For Each Other

1.4K 112 25
                                    

Mbaknya yang request 👉 MauliyaNovi 👈

Gk tahu mesti bilang apa, maaf aneh :")
Saya pengikut Dazai, Doppo, Midori :")
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"... apa kau gila!?" seruan lelaki itu membuatku terdiam. "Kau mau mati, hah!?"

Aku masih saja diam, perlahan aku pun mendongak ke arah lelaki itu. Aku memang mau mati, tapi kenapa lelaki ini mesti datang sebelum aku sempat lompat dari atap, sih? Terlebih lagi... tangan lelaki itu menggenggam lenganku dengan erat seolah tidak akan melepaskannya.

"... a-aku..." ucapku pelan, kemudian kembali menunduk. "... ma-maaf..."

Lelaki itu mendesah kesal dan akhirnya melepaskan tanganku, "Apa yang kau lakukan di atap? Siswa tidak diizinkan berada di sini, tahu."

"Maaf, Aizawa-sensei..." ucapku pelan sambil makin menunduk. "Aku hanya—"

"Haah, salah mereka juga, pembatasnya rendah begini," ucap Aizawa sambil melewatiku dan malah mengecek pembatas. "Huh, padahal dulu kayaknya gak sependek ini..."

Mendengar perkataan Aizawa, aku langsung kicep. ... sensei kampret, berarti dulu kamu juga suka di sini, kan!? Aku lalu menatap pagar pembatas. "... uh, sebenarnya tadi ada barangku yang mau jatuh, aku mau mengambilnya dan malah nyaris jatuh... ahaha, maaf yah, sensei..."

Aizawa menatapku tajam, tahu jelas aku bohong, tapi tidak mengatakannya. "... benda apa?" dia justru malah berucap begitu. "Dan apa yang kau lakukan di sini?"

Aku menunduk lagi, "... a-ah... tadi aku bertemu dengan teman, kami janjian di sini, kemudian dia pergi dan mendadak anginnya jadi kencang sampai kertas yang dia berikan padaku jatuh ke bawah."

Aizawa diam sejenak, kemudian mendadak memukul kepalaku dengan bagian pinggir tangannya, "Bohong cari alasan yang lebih bagus, dong..."

"A-Aduh!" aku memegangi kepalaku sambil menatap Aizawa yang mukanya masih aja datar. ... ukh, dari semua guru, hanya Aizawa yang gak bisa aku pahami. Kupikir dia tipe guru yang akan memberikanku hukuman lebih serius...

"Dan soal temanmu," lanjut Aizawa. "... beritahu dia jangan suka ngajak ketemuan di tempat begini. Bahaya, tahu."

Aku makin menunduk saat mendengar Aizawa bilang begitu, "... baik..."

***

BRAAK!

Pintu atap yang langsung menjeblak terbuka dengan kasar membuatku refleks menoleh, hanya untuk melihat Aizawa tengah berdiri di depan pintu dengan tatapannya yang tajam.

"A-Ah..." ucapku pelan sambil memunggungi pembatas. "Sensei, ini—"

"Oi..." ucap lelaki itu sambil meletakan kedua tangannya di pembatas pada sisi kanan dan kiri tubuhku. "... sudah berapa kali kubilang jangan ke tempat berbahaya ini? Mau ngapain, bundir lagi?"

Aku membeku saat menyadari kecepatan dan posisi Aizawa saat ini, tidak sampai beberapa centi dariku, "T-T-Ten-Tentu saja tidak!"

"Kau gagap," ucap lelaki itu sambil menatapku datar dan tajam di saat bersamaan. "... lagipula, kau bohong lagi padaku, kan?"

"... eh?"

"... kau gak pernah bicara dengan satu murid pun di Yuuei ini," ucap Aizawa. "Kau gak punya teman sama sekali di sekolah, bahkan mungkin satu-satunya yang pernah melihatmu bicara hanyalah para guru."

"Ukh... i-itu..." ucapku pelan sambil menunduk. "Se-Sensei tahu dari mana!?"

"Aku wali kelasmu, bukankah sudah sepantasnya aku tahu?"

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang