Film

868 53 0
                                    

"Ujian masuk merepotkan, yah?" gumamku pelan dengan dingin. "Aku gak bisa memastikan apakah aku akan bisa lulus atau tidak, tapi itu menyebalkan dan hanya buang-buang waktu saja. Kenapa batas waktunya kelamaan? Aku jadi kelewat film yang bagus..."

"Aku tidak akan lulus... aku tidak bisa lulus... selamanya tidak akan lulus..." gumam Izuku sambil menunduk dalam-dalam dengan putus asa, dia memang gak mendapatkan poin... tapi bagiku pribadi dia akan lulus melihat penampilannya tadi."

"Yah, Izuku..." gumamku pelan. "... kau tadi lumayan keren, kok. Setidaknya bagiku. Oh iya, mau nonton saja denganku, gak? Kau sangat bagus di bagian ujian tertulis tadi walau agak teralihkan dengan hasil ujian praktik, jadi kau tenang saja. Mau ikut gak, jadinya?"

"Ah, maaf... aku kayaknya bakal langsung pulang saja... kau duluan saja... baybay..."

"Yah, dianya galau-_-" gumamku pelan, kemudian mengangkat bahuku dan menatap layar ponselku. "Sayang sekali, ya sudah aku—"

"A-Anu! Permisi!" seru sebuah suara secara mendadak, aku pun terdiam dan menoleh ke belakang dan melihat sosok lelaki berambut hitam. "Kalian berdua... sangat-sangat hebat tadi!"

Aku diam, begitu juga Midoriya, "... huh?"

"Aku melihatnya tadi, tapi aku malah gak membantu kalian mengalahkan robot nol poin itu..." ucap sang lelaki pelan sambil menunduk dalam-dalam. "... itu sangat tidak jantan... dan aku semestinya membantu kalian saat itu! Maafkan aku!"

"Itu bukan masalah sama sekali," gumamku pelan. "... toh ini adalah ujian, kami hanya menolong diri kami sendiri. Sama sekali tidak ada masalah."

"T-Tapi!" ucap lelaki berambut hitam itu lagi. "Aku sudah memutuskan untuk tidak lagi menjadi seorang pengecut! Aku mestinya bisa... aku mestinya bisa membantu kalian tadi, tapi—"

"Itu bukan masalah," potongku sambil menatap lurus pada lelaki di depanku itu, perlahan lelaki itu pun berdiri tegak lagi. "... hanya karena kau diam membeku di tempatmu atau kabur karena rasa takut, itu bukan berarti kau lemah dan pengecut, kok."

Perlahan aku pun mengulurkan satu tanganku ke lelaki tersebut dan menatap langsung ke mata merahnya.

"Aku (Name) Midoriya, omong-omong," ucapku lagi. "Tapi kalau kau entah kenapa masih saja merasa bersalah... maukah kau ikut menonton film denganku, Kuro Neko?"

Mata lelaki itu melebarsaat dia menyadari sesuatu, perlahan mulutnya yang memiliki banyak gigi-gigi tajam itu pun terbuka sedikit, "... a-ah. Kau..."

***

"... (Name)-chan, itu kamera punyamu!?" tanya Mina sambil menunjuk kamera yang lagi kuperiksa itu. "Kau bisa menggunakannya!?"

"Ya, semacam itulah," gumamku pelan sambil memeriksa kamera tersebut sekali lagi. "Aku cukup suka hal-hal tentang perfilman, makanya waktu itu sempat minta diajari. Walau gak jago, aku bisa kalau cuman foto dan rekam-rekam asal aja."

"Wah! Hebat! Coba fotoin aku, dong!" pinta Hagakure semangat.

"Maaf, Hagakure, tapi kalau aku moto kamu, yang keliatan apanya-_-?" tanyaku rada gak connect. Aku kemudian diam sejenak dan mencoba menatap sekitarku melalui lensa kamera itu, dan langsung membeku saat mendadak aku menemukan sebuah pemandangan yang luar biasa indah.

"Oh iya, (Name)—ah... kau sedang memotret apa!?" seru Mina mendadak, membuatku dan sosok yang tengah kufoto jadi kaget dan langsung menoleh ke arah gadis itu. "Hei, hei! Perlihatkan hasil fotomu barusan, dong!"

Aku diam sejenak, kemudian menunduk sedikit, "Tidak perlu, aku hanya coba memfoto pemandangan dan hasilnya jelek."

"Eeh? Ada yang bawa kamera!?" ucap Kaminari sambil narik temennya yang bernama Kirishima menuju ke arahku dan para siswi. "Hebat! Boleh yah, memangnya!?"

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang