BONUS! pt.2

952 63 12
                                    

Something I Can't Copy—rejection:

"... entah kenapa... rasanya sejak kita jadian bertahun-tahun lalu aku selalu mengalami satu hal yang sama," gumamku pelan pada Monoma. "Kau selalu saja gak menerima penolakan yang aku lontarkan. Bahkan saat nembak pun kau gak nerima penolakan."

"Yah? Mau bagaimana lagi, kan?" ucap Monoma. "Aku hanya takut kau akan pergi... jadi aku gak akan mau menerima penolakan darimu."

"Gak akan ada hubungannya, tahu!"

"Baiklah... akan kupakai contoh. Kau boleh menolak permintaanku kali ini, tapi kalau misalnya aku minta izin padamu untuk menciummu sekarang... apakah kau akan menolak?"

Wajahku terasa memanas saat lelaki itu mengatakannya, "T-Tentu aku akan menolak, kalau begitu!"

Monoma masih saja memasang senyumannya, "Lalu... kalau aku minta izin untuk memelukmu sekarang?"

"Masih akan kutolak."

"Bagaimana kalau aku mengajakmu kencan?"

"Yah... untuk saat ini, aku akan menolaknya."

"Ini bukan permainan tolak-menolak lho, (Name)..." Monoma mendesah pelan. "... baiklah, kalau begitu. Kalau aku memintamu untuk terus ada di sisiku sampai kapanpun dan apapun yang terjadi... apakah kau akan menolak?"

Aku terdiam, mulai sadar ada yang aneh, "Eh? Kenapa mendadak serius banget...?"

Monoma tersenyum kecil, kemudian perlahan berlutut tepat di depanku dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. "Maukah kau menikah denganku, (Name)?" tanya Monoma sambil membuka kotak kecil itu. "Kali ini aku akan membiarkanmu menolak... tapi apakah kau sanggup melakukannya? Hmph..."

Wajahku makin merah saja. "M-Monoma!!" ucapku, aku lalu diam sejenak dan menunduk. "Ukh... mana mungkin... aku menolak kali ini, huh?"

Monoma tertawa kecil, kemudian memasangkan cincin itu di jari manisku, "Ya... sudah kuduga kau gak akan pernah menolaknya... (Name)."

Devil—the second:

"... um, (Name)?" panggil Kaminari pelan, aku pun menoleh dan menatap sinis lelaki itu. "Uh... setelah kupikir lagi, gak jadi, deh! Gak apa-apa!"

"Tch, ganggu saja..." gumamku kesal. Uuh... dari tadi Kaminari terus melakukannya! Dia pasti ingin mengatakan sesuatu yang penting tapi takut aku marah, bukan!? Uh, apa yang mau ia katakan? Aku benar-benar risih...

...

Jangan-jangan... dia berniat memutuskan aku, yah? Sial! Dia memng playboy sialan!! Bagaimana kalau dia betulan putus denganku karena sudah menemukan pengganti yang kedua!? Dia juga bersikap aneh akhir-akhir ini. Ah... sial...

"... (Name)?" panggil Kaminari lagi, sekali lagi aku menoleh pada lelaki itu. "Ta-Tapi gak jadi, deh! Gak usah, abaikan saja aku!"

Aku menggemertakan gigi dengan tidak sabaran. "Oi! Katakan saja langsung masalahnya, elah!!" seruku kesal, walau begitu aku tetap coba menahan diri supaya tidak menangis. "A-Aku akan menerima apapun yang kau katakan!! Cepat katakan saja walaupun itu sangat menyebalkan! Daripada kau menyimpannya sendiri dan di akhir malah membuatku lebih tersakiti, cepat katakan kalau kau memang mau p—"

Mendadak Kaminari menempatkan bibirnya di bibirku, membuatku membeku. Bukan hanya bersentuhan saja, aku merasakan bahwa dua benda yang menempel itu memancarkan kehangatan mereka masing-masing, dan perlahan wajahku pun memerah padam.

Setelah beberapa saat, aku akhirnya termundur, "A-A-APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH!?"

"Y-Yah... karena saat pertama kali kita berciuman, kau yang melakukannya... aku jadi ingin melakukan ciuman itu untuk yang kedua kali, tapi ragu bagaimana mengatakannya," gumam Kaminari pelan, dia lalu tertawa kecil. "Tapi karena kau bilang itu tidak apa-apa, jadi aku langsung coba menciummu saja! Uh... gak apa-apa kan, kalau ke depannya aku melakukan itu lagi?"

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang