Coward

1.2K 77 22
                                    

Mbaknya yang request —> nakimaruu <— 
Udahlah, aku gabisa bikin angst :) ~Ma

Bohong yang pinter apa, kek Yumeno Gentaro dikit, bisa gak sih?-_- ~P

Angst mulu, BDSM-nya kapan? :( ~Mi

Mikkun :) ~P
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Tamaki-senpai, Tamaki-senpai!" panggil (Name) kelewat semangat. "Ayo kita latihan bareng, Senpai! Aku mohon!"

"Ti-Tidak perlu..." Tamaki berusaha menghindari sang gadis. "... aku akan latihan sendiri... kau sudah hebat hanya dengan berlatih sendiri kok... (Surname)."

"Tapi aku ingin latihan dengan Tamaki-senpai!" ucap sang gadis lagi sambil melangkah ke arah lelaki dan tersenyum lebar. "Ayolah, kumohon! Aku ingin bisa berlatih dengan anggota Big Three yang sangat kuat dan hebat sepertimu!"

Tamaki langsung mengambil langkah mundur. "K-Kalau begitu, b-berlatihan dengan Mirio saja!" seru lelaki itu nyaris tanpa berpikir karena panik, (Name) pun terdiam dan Tamaki perlahan sadar akan perkataannya. "A-Ah... itu... uh... maaf, maksudku bukan..."

Situasi di antara kedua orang itu mendadak terasa amat canggung, sampai akhirnya sang gadis tertawa pelan dan berucap. "Tidak! Bukan masalah sama sekali, kok!" (Name) kemudan menunduk sedikit sambil tersenyum kecil. "Aku masih belum bisa menemui Nii-san setelah insiden itu... walau dia sudah tidak memiliki Quirk, dia masihlah Hero yang hebat, walau begitu... aku tetap saja merasa bersalah dan merasa bahwa diriku sangat lemah."

"Ti-Tidak!" Tamaki langsung panik. "Maksudku bukan—"

"Sampai aku menjadi Hero yang bisa menandingin Nii-san, aku belum bisa menemui lelaki itu!" potong (Name) sambil tersenyum lebar pada Tamaki, dengan mudahnya menutupi semua kesedihan yang ia rasakan. "Ahaha, dan nampaknya kau benar, Tamaki-senpai! Latihan sendiri adalah pilihan paling tepat karena kita jadi bisa mengintropeksi diri kita sendiri...! Baiklah, sampai nanti, Senpai!"

(Name) langsung saja berlari kecil meninggalkan Tamaki, lelaki itu sebenarnya mau memanggil (Name)... tapi saat dia membuak mulut, sama sekali tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan. "... sudah kuduga..." bisik Tamaki pelan saat kesempatannya sudah hilang sepenuhnya. "... aku memang... sangat pengecut dan tidak berguna..."

"... Tamaki!" panggil Nejire mendadak, membuat Tamaki sadar dari dunianya sendiri. "Ah! Di sini kau rupanya!? Tadi aku melihat (Name)! Dia bicara apa denganmu? Dimana dia sekarang? Omong-omong, bagaimana—"

"Tolonglah, Nejire..." gumam Tamaki sambil mojok. "Aku cuman mau... sendirian... aku sudah berusaha bicara dengan (Name), tapi tiap kali aku dekat dengannya... aku tidak bisa. Aku selalu saja ingin berlari darinya, aku ini memang pengecut. Tinggalkan aku sendiri, Nejire..."

"Eeeh? Kau ini bicara apa, Tamaki!?" tanya Nejire. "Kau sama sekali bukan pengecut! Aku tahu kok, di mata (Name) kau adalah seorang Hero! (Name) tidak pernah menganggapmu penegcut, jadi kau tenang saja!"

"... walau begitu," lanjut Tamaki sambil menunduk dalam-dalam. "... aku gagal melindungi Mirio... karena aku adalah seorang pengecut. Bagaimana... bagaimana kalua sikap pengecutku ini juga membuat (Name) celaka...?"

"... tidak ada yang gagal melindungi siapapun," ucap Nejire sambil tersenyum kecil, membuat Tamaki terdiam. "Itulah yang (Name) katakan! Hero tidak pernah gagal... sekalipun mereka tidak berhasil melakukan sesuatu, itu hanyalah sebuah kebehasilan yang tertunda! Kau tidak gagal melindungi Mirio ataupun siapapun, Tamaki! Mirio sudah mengorbankan dirinya untuk melindungi orang-orang..."

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang