BONUS! pt.3

845 67 17
                                    

Feared—doubt:

"... (Name)," panggil Shoji ketika aku sedang guling-guling di atas kasur lelaki itu, aku lalu menoleh pada lelaki yang sudah melepas maskernya tersebut. "Ada yang mau aku bicarakan."

"A-Apa itu?" tanyaku pelan, aku lalu menelan ludah melihat wajah serius Shoji. "Ada... masalah, yah?"

"Begitulah," gumam Shoji sambil menunduk sedikit. "... maafkan aku, (Name), tapi entah kenapa aku merasa bahwa... kita mungkin gak cocok."

Aku membeku, "A-APA YANG KAU KATAKAN, SHOJI!?"

"Jan teriak, oi," gumam Shoji, dia kemudian diam sejenak. "... yah, aku mendengar orang-orang di sekitar sering berkomentar kurang enak. Maksudnya, dengan wajah menyeramkanku, tidak mungkin aku bisa betulan jadian denganmu, bukan?"

Lelaki itu kemudian menunduk dalam-dalam dan tersenyum sinis, membuatku mengepalkan tanganku dan menunduk dalam-dalam juga.

"Jadi," ucap Shoji pelan. "... mungkin kita mesti menjauh se—"

"Tidak mau!" seruku memotong. "Aku gak mau kalau disuruh menjauh darimu! Aku tidak peduli, tidak peduli! Kalau mereka memang mau mengomentari dan mengataiku, biarlah! Tapi pokoknya... aku gak mau... menjauh dari Shoji...!"

Aku kemudian menerjang dan memeluk erat-erat lelaki itu, membuat sang lelaki menggemertakan gigi saat menahan tubrukan. Aku membenamkan wajahku di perut lelaki itu, dan setelah beberapa saat salah satu tangan Shoji pun menyentuh lembut lenganku.

"(Name), kau meremasku sampai mau mati," ucap mulut di lengan sang lelaki yang tahu-tahu sudah ada di telingaku. "... baiklah, tapi tolong lepaskan aku dulu..."

Perlahan aku pun mundur dan melepaskan Shoji, lelaki itu lalu menepuk pelan kepalaku. "... dan tolong jangan m-meragukanku," gumamku pelan. "... aku tidak peduli apa yang mereka katakan, asalkan kau tidak meragukan bahwa aku ini... mencintaimu, Shoji."

Shoji terdiam sejenak, kemudian sekali lagi menepuk kepalaku. "Maafkan aku," gumamnya. "Aku janji tidak akan mendengarkan ataupun meragukan perasaanmu lagi, (Name)..."

"Ya," ucapku sambil tersenyum kecil dan memeluk lelaki itu, kali ini gak pakai Quirk. "... Shoji, berjanjilah... kau gak akan pernah mengatakan hal macam itu lagi."

"Ya, maaf, maaf, aku kadang merasa bahwa kau... mestinya mendapatkan orang yang lebih baik dariku. Karena kau ini berhak mendapatkan yang terbaik, (Name)..."

Aku tertawa kecil dan menatap Shoji dengan wajah agak memerah akibat sikapku barusan. "Kau ini konyol..." ucapku pelan. "Kalau aku berhak mendapatkan yang terbaik... maka itu artinya aku memang berhak memilikimu, bukan? Kaulah yang terbaik untukku, Shoji..."

Your Smile—light (AE):

"... k-kau benar-benar membuatku khawatir, (Surname)-san!" ucap Iida sambil menggerakan tangannya dengan sangat kaku, aku tahu dengan pasti dialah yang paling gugup dan khawatir saat operasiku tadi. "Ketika kau batuk-batuk mendadak itu! Kupikir operasimu akan gagal!"

"Ara? Kau tidak mempercayai aku bisa mengatasi itu, Iida-san?" ucapku sambil tertawa kecil. "... tenang saja, aku tidak akan menyerah pada penyakit ini. Karena, bagaimanapun, aku harus bertahan hidup... demi orang yang kucintai dan mencintaiku."

Wajah Iida perlahan memerah saat dia mengingat kejadian sebelum operasi itu. "B-Begitu!?" Iida kembali menjadi kaku lagi, dia lalu menggerak-gerakan tangannya lagi. "Baguslah! Sekarang... kita bisa menjadi Hero bersama, bukan!?"

Aku tertawa lagi. "Jangan ditanya, aku akan melakukan yang terbaik," ucapku sambil tersenyum. "... karena itu, kau janji yah, Iida-san?"

"Janji?"

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang