Rain

1.2K 104 7
                                    

by: Mayang

"... Midoriya-kun," panggil (Name) pelan, membuat Midoriya menoleh ke arah sang gadis. Mendadak tangan (Name) pun diletakan di atas kepala Midoriya dan jari-jarinya memilik rambut hijau sang lelaki.

Midoriya membeku, "(Su-Surname)-san!?"

"... kau pakai shampo lain, yah? Bau rambutmu jadi beda." (Name) berucap sambil tersenyum pada Midoriya, mengabaikan fakta bahwa wajah sang lelaki sudah sangat merah. "... baunya enak, kapan-kapan bagi shamponya, dong?"

"I-Iya, baiklah!" seru Midoriya. "A-Anu, aku ada urusan! Maaf, sampai nanti!!"

"Ah, tung—Midoriya!?" sang gadis hanya bisa melihat dengan heran saat Midoriya langsung melesat pergi begitu saja. "... apa aku melakukan sesuatu yang salah?"

Selama berlari, Midoriya bisa merasakan jantungnya berdebar kelewat kencang, bukan karena lari, tapi karena tindakan (Name) tadi. Gawaat... pikir Midoriya sambil memegangi dadanya. Ukh! Kenapa aku deg-degan begini, sih!? Aku dan (Name) kan... bukan orang asing lagi.

"... eh? Midoriya, apa yang kau lakukan di sini?" ucap Iida heran saat melihat Midoriya tengah jongkok di sebelah loker sepatu. "... lagi main petak umpet, kah?"

"Ti-Tidak! Aku tidak apa-apa, Iida-san!" seru Midoriya. "Ta-Tapi kalau ada (Surname)-san, tolong bilang aku gak di sini..."

"... ada apa dengan (Surname), Midoriya?" tanya Iida sambil menggerakan tangannya bagai robot. "Apa kalian berantem dan putus?"

Midoriya kembali membeku dan memproses perkataan Iida, "... eh? Pu-Putus!? Apa yang kau bicarakan, Iida-san!?"

"... apa aku salah?" gumam Iida pelan. "... ah, ya sudahlah! Ayo cepat ke kelas sebelum bel, Midoriya!"

"I-Iya..."

"... apa ada yang salah dengan Midoriya-kun?" gumam (Name) pelan saat memperhatikan lelaki itu dan Iida. "Atau mungkin... aku melakukan sesuatu yang salah padanya?"

***

"... Midoriya-kun!" panggilku saat melihat Midoriya di depan pintu keluar. "... kenapa belum balik ke asrama? Ah... hujan, yah..."

"I-Iya," jawab Midoriya sambil mendongak menatap rintik-rintik hujan. "... tapi aku tidak bawa payung, mana habis ini ada latihan, pula... ukh, sialnya..."

"Eeh? Hari ini kau masih akan latihan, Midoriya-kun?" tanyaku. "... jangan memaksakan diri, kau sudah latihan tiap hari, kan? Aku juga khawatir tahu, kalau kau sampai jatuh sakit dan kelelahan..."

Midoriya menunduk dalam-dalam, "... i-iya, tapi..."

"Ah! Bagaimana kalau kita berbagi payung saja?" tawarku sambil mengeluarkan payung milikku dari dalam tas. "... kau gak berniat lari hujan-hujanan pakai Quirk, kan?"

"I-Iya! Maksudnya, tidak! Ma-Maksudnya, aku mau, ta-tapi..." Midoriya menunduk lagi. "... baiklah."

Aku diam saja menatap Midoriya selagi kami berjalan sebelahan kembali ke asrama. Entah kenapa aku mendapatkan perasaan bahwa Midoriya sudah banyak berubah, bukan hanya fisiknya, tapi juga hal lainnya.

... dan salah satunya adalah hubunganku dan Midoriya-kun... ucapku dalam hati, tanpa sadar aku mencengkram gagang payung erat-erat. ... aku tidak mau itu!

"... (Surname)-san," mendadak aku merasakan tangan Midoriya menggenggam tanganku, membuatku tersentak merasakan kehangatan tangan lelaki itu. "... kalau payungnya berat, biar aku saja yang memegangnya..."

Aku membeku dan menoleh ke arah lelaki yang jaraknya hanya beberapa centi dariku itu, "Eh? I-Iya... baik..."

Aku melepaskan tanganku dan akhirnya lelaki itulah yang memegang payungnya. "... anu, (Surname)-san?" panggil Midoriya lagi. "Itu... e-em, bisa lebih geser kemari? Aku gak mau kau... k-kena hujan."

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang