BONUS!

1.1K 74 26
                                    

Hiks, gatau kenapa otakku macet. Akhirnya malah bikin beginian :')

Ini cuman semacem kumpulan epilog dari cerita2 lain aja, mohon maaf lahir dan batin ~Mi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Rivality—laugh:

"Huuh... akhirnya malah kau yang menyelamatkanku, huh?" gumam Bakugou kesal, aku pun hanya tertawa kecil saja. "Kenapa tertawa huh, Sialan!?"

"Aku tidak tahu!" ucapku jujur sambil terus tertawa. "... tapi... padahal All Might pensiun, padahal Villain itu berhasil kabur, padahal Distrik Kamino hancur. Walau begitu aku... aku tetap saja senang! Aku senang bisa bertemu dengan Bakugou lagi!"

"Tch... kau memang aneh. Mana ada bahagia karena hal begitu!?"

Sekali lagi aku tertawa, "Ada, kok! Ini buktinya! Hanya dengan berhasil menyelamatkan dan membawamu kembali saja... aku sudah sangat senang, Bakugou!"

Lelaki itu sekali lagi mendengus, kemudian mengusap pelan kepalaku dan menunduk sedikit, "Kau memang aneh, sialan... gak kalah aneh dengan kakakmu si Pirang Sableng dari kelas B itu!"

Aku sekali lagi tertawa, "... ya... aku memang aneh. Yang paling membuatku aneh adalah kenyataan bahwa aku menyukai lelaki sepertimu! Ahahah!"

"OI! KUBUNUH KAU, SIALAN!! APA MAKSUD PERKATAANMU ITU!?"

"... artinya... ahaha... aku sangat mencintaimu, Bakugou..."

Bakugou terdiam, kemudian menggeram kesal dan mendengus, "... tch... aku juga mencintai tawa yang anehmu itu, Mesin Fotokopi..."

Sunrise—animal:

"Nah, karena misi kita sudah selesai..." ucap Dabi sambil menyeringai padaku. "Ayo kita lanjutkan yang tadi..."

"Eh? Maksudmu melihat matahari terbenam yang terpotong karena Twice?" tanyaku padanya. "Tapi mataharinya kan, sudah—mmph!?"

Mendadak Dabi menempelkan bibirnya dengan bibirku tanpa peringatan, membuatku membeku. Tanpa menunggu syok-ku hilang, lelaki itu menyelinapkan lidahnya dan membuat lidah kami berdua bertemu satu sama lain dan saling mengikat.

Aku mendesah pelan, dan hal itu nampaknya membuat Dabi puas dan sedikit menarik diri. "Bukan melihat matahari terbenam," ucap Dabi sambil menyeringai. "Aku lebih suka melihatmu merasakan kenikmatan yang akan kuberikan~"

Wajahku sontak memanas, "Ternyata kau memang hewan!! Dasar menyebalkan! Menjijikan! Hewan liar gak tahu kemanusiaan!"

"Ya, ya, aku memang hewan!" Dabi mengakui, lelaki itu lalu menjilat bibir bawahnya yang memiliki sebuah bekas tindik atau entah apa. "Aku adalah hewan yang sangat menyukai manusia dan akan segera memakanmu..."

"AAH! Dasar hewan sialaaan!!" seruku kesal sambil menutupi wajah dan telinga kucingku yang memerah. "Mati saja sana!!"

"Kalau aku mati, kau gak akan bisa melihat matahari terbit bersamaku, lho?"

"Biar!"

"... tapi kalau begitu kau akan kesepian, bukan?"

"U-Ukh! M-Memang benar, sih..."

"Kalau begitu, kau mau melanjutkan atu tidak?"

Aku memejamkan mataku dan merasakan tubuhku terbakar, aku menatap Dabi yang tengah tersenyum dengan menawan itu, "... padahal kau tahu aku sangat mencintai hewan... dasar hewan."

Monster—Name:

"Jadi kalau di luar sekolah aku boleh memanggilmu Aizawa?" tanyaku pada lelaki yang berjalan di sebelahku menuju ke asrama itu. "Boleh, kan?"

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang