2. Irene

2.2K 175 16
                                    

Aku Irene, biasa di panggil Mbak Rene kadang juga ada yang panggil Teh Reren, iya, Irene Natanegara. Aku asli Bandung, dalam arti lahir dan besar di Bandung. Setelah lulus dari SMA swasta terbaik di Bandung, di jurusan IPS, aku memilih pergi ke ibu kota untuk mendapatkan ilmu akuntansi yang aku sukai. Orang bilang, kenapa harus jauh-jauh ke Jakarta, toh di Bandung juga banyak kampus bagus yang bisa aku masuki dengan nilai UN ku yang cukup fantastis. Jawaban ku adalah, aku ingin mencoba hidup mandiri dan melatih diri untuk hidup dengan kesulitan yang katanya 'mengadu nasib' di ibu kota.

Walalupun lulusan SMA swasta, aku kembali mencobai diriku dengan masuk perguruan tinggi negeri terbaik di Jakarta, dan yah, berhasil. Kehidupan di kampus sangat berbeda dengan di sekolah. Di sini banyak ragam jurusan yang mungkin sebelumnya kita tidak tahu, dan sekian banyak anak dengan jurusan yang berbeda memiliki almamater yang sama. Bahkan pertemanan tidak menentukan dari mana jurusan yang kita ambil, sebagai contoh, aku seorang anak akuntansi memiliki satu teman dekat yang mengambil jurusan kriminologi, Solar Aulia. Dia ga mau di panggil Solar sebenarnya, gatau papanya lagi kerja di Pertamina apa gimana deh sampai dia diberi nama Solar, dia minta dipanggil Aulia tapi aku tetep seneng buat panggil dia Lar, Solar. Kita deket karna pas ngurus-ngurus daftar ulang dia secara random personal chat anak-anak di grup calon mahasiswa baru dan kebetulan yang dia chat aku, abis itu kita deket, dan bersahabat bahkan sampai tamat kuliah, oh iya, kita bahkan wisuda bareng.

Untuk hubungan percintaan ya? Katanya dunia kampus itu kurang seru kalau memang tidak merasakan yang namanya percikan-percikan api cinta, atau apalah kalian lebih seneng sebutnya cinta monyet? Atau cinta lintas prodi? Pokoknya itu, tapi aku lebih anti mainstream, aku sama dia, cinta beda suku, hahaha. Percaya atau tidak, aku bahkan sampai sekarang masih berhubungan dengannya, entah bisa dibilang pacar atau lebih kerennya boyfriend, dia adalah Seokjin, mahasiswa kedokteran di kampus yang sama denganku, tapi beda angkatan, iya dia adik kelas, gila kan, aku berpacaran dengan seseorang yang lebih muda satu tahun dariku, alias berondong. Oke, sebenernya kisahnya tidak rumit, ospek kampus itu nyatu semua jurusan yang padahal ya pembina cuma ngebina jurusan masing-masing, tapi mungkin dia, aku bukan bilang aku loh ya, dia bilang sih, pas liat aku di lapangan itu, dia langsung kena attack yang namanya love at the first sight, kalian percaya ga sih? Jujur awalnya aku ga percaya, tapi kalian tahu apa? Aku cuma bisa bilang, ya, dia bikin aku nyaman.

Eum, sekarang aku sudah tamat dan bekerja di kantor akuntan publik yang mungkin akrabnya di sebut KAP, aku bekerja di sini sudah sekitar hampir 3 tahun, sebelumnya aku pernah mencoba menjadi auditor internal di salah satu bank swasta dan aku merasa ya, sudah cukup tahu dan kurang menantang, jadi aku memilih karirku yang sekarang, auditor eksternal di E&J atau panjangnya Emily & Juvile. Kantorku terletak di Jakarta Selatan kalau kalian pernah lihat, iya, tempat di mana gedung-gendung pencakar langit berkumpul, Jakarta Selatan. Oh iya, Seokjin juga bekerja di dekat kantor ku, tidak terlalu jauh di Kemang Medical Center sekarang ia bukan lagi seorang mahasiswa, ia seorang ahli bedah yang tampan tentunya, aku cukup bangga dengan dirinya.

Ngomong-ngomong kantor, aku sendiri di kantor merupakan senior auditor yang kalau kata mereka itu 'galak' ya sebenarnya bukan nya galak seperti apa, aku hanya menuntut mereka untuk cepat, tepat, dan cekatan lah intinya, dan tanpa cacat. Hei, kalian digaji untuk bekerja, kan? Kerja itu bukan hanya saat atasan menyuruh sesuatu, kalian baru mengerjakannya, kalian dibayar untuk melihat apa yang kurang, apa yang salah, dan apa yang harus di perbaiki, apa kalian setuju denganku? Berarti aku bukan galak, kan? Hanya tegas mungkin.

Oh iya, dikarenakan ketegasan ku yang di luar nalar orang lain ini, perusahaan memberikan aku wewenang atau ya bisa dibilang wilayah atau jabatan di mana aku memegang penuh kendali atas anak-anak yang magang di perusahaan ini, termasuk beberapa junior auditor. Sebenarnya bukan keberatan, mereka bisa saja membantu pekerjaanku maupun tim yang berada di bawahku, tetapi hanya sebagian dari mereka, tidak semua. Aku bukan merendahkan, tapi itu kenyataan, kontrak anak magang hanya tiga bulan dan banyak dari mereka bahkan melanggar kontrak, dalam arti tidak mampu menyelesaikan waktu singkat itu untuk bekerja di kantor kami, iya pekerjaan seorang auditor bukan untuk dicoba-coba atau dipermainkan, aku serius dengan itu, bukan maksud menakuti. Intinya mereka berhenti entah karena tidak tahan dengan sifatku atau dengan tuntutan pekerjaan, seperti bulan-bulan sekarang yang sedang hectic atau biasa kami sebut high season.

Ah, bahkan katanya hari ini kembali masuk satu anak magang yang CV nya sudah ditaruh di atas mejaku oleh manajer, hanya saja aku yang banyak turun kelapangan ini belum sempat melihatnya, bahkan aku baru bisa pulang ke kantor membawa laporan terkadang pada waktu malam hari, memang tidak heran lagi karena toh sudah terbiasa. Aku biasa pulang ke kantor untuk membawa berkas dan laporan dari klien, sekaligus mengontrol kerja tim ku serta anak magang yang berada di bawahku.

"Laporan PT. Sinar Perak sudah selesai dikerjakan belum?" tanya ku saat menghampiri divisiku sendiri, iya karna aku berpengalaman kerja di bank, tim ku juga banyak mendapatkan auditee di bagian perusahaan perbankan.
"Sebenarnya sudah selesai Mbak Rene, tapi sesuai dengan perintah Mbak Rene kalau anak magang harus menyelesaikan tahap finishing laporan auditnya" iya itu pesanku agar anak magang di sini bekerja dengan benar, jangan pikir anak magang itu bertugas membuat kopi atau membeli makanan.
"Kerjaan kamu belum beres? Kamu anak baru ya? Kalau kerjaan belum beres, ga ada ya yang namanya pulang-pulang, kerjakan sampai selesai kalau kamu masih mau liat kasur kamu di rumah!" kata ku tegas pada anak yang mungkin baru masuk hari ini itu.
"Mbaknya galak amat sih? Itu padahal bibir kalau dipakai senyum tambah manis loh mbaknya, tahu ga? Iya mbak, saya anak baru, saya pasti selesain semuanya hari ini tepat waktu, apa sih yang ngga buat mbaknya?" dia gila ya? aku tegasin dia malah ngegombal.

180520

180520

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Intern Boy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang