9. Converge

676 113 20
                                    

Irene mematikan telepon genggamnya. Iya, MEMATIKAN TELEPONNYA, bukan hanya panggilannya, lalu memasukkan ponselnya ke tas.

"Bravo" itu Solar sedang bertepuk tangan.
"Lu gila ya Lar?" Irene masih dengan emosinya.
"Calm, Rene, gue terkejut aja lu langsung to the point, dengan saran gua barusan"
"Karna gua tahu lu temen terbaik gua Lar, yang lu saranin pasti sesuatu yang baik buat gua lah, dan gua juga pikir begitu" Solar ngangguk-ngangguk setuju.
"Terus sekarang lu mau gimana Rene?"
"Nginep kost-an lu boleh ya Lar, males nih gua balik kost-an, ntar diteror Dani, masih sebel gua, mana tahu kata break modelan dia itu, makanya gua matiin handphone gua sekalian"
"Gila sih, lu parah sih Rene, secara dia mau nugas dan lu mutusin dia, gimana kalau dia kepikiran lu, terus ga fokus?" sejujurnya Irene jadi sedikit terpikir dan memikirkan nasib pasien Seokjin.
"Ah, sa bodo lah, bete gua, lu jangan belain dia dah"
"Ampun Irene, iya ngga, gue belain lu lagi astaga, udah-udah cabut dah ke kost gua aja hayu, udah ga enak gini lu nya, mesti dibawa tidur" Iya, terkadang menurut Solar, kalau Irenenya sudah rewel artinya Irene sudah mengantuk dan harus segera tidur.
"Ga gitu Lar"
"Gue beliin es krim deh ya di indoalfa deket kost gue?"
"Gak! Lu pikir gua bocah?"
"Rasa strawberry?"
"Tapi yang cup gede ya"
"Iya bayi, buruan hayu balik ke kost gue" Irene mengangguk tanda setuju.

Benar saja Solar membelika Irene es krim strawberry satu cup gede dan Irene abisin sendiri sambil nyeritain ulang isi pesan dia sama Seokjin tadi berikut percakapan di telepon barusan.

"Rene, lu sadar ga si tadi gua ada sama lu selagi lu bacotan sama Seokjin, gua denger Rene"
"Lah kan lu ga denger omongan Seokjin nya Lar" sejujurnya ini sudah pukul tiga dan Solar bahkan tidak fokus mendengar Irene yang mengulang-ngulang ceritanya dengan Seokjin tadi.
"Tidur yuk, ini yang gue ga demen kalo lu minum kopi malem-malem, lu berisik Rene, kita mau gereja kan?"
"Oh iya, ini hari Minggu, gua buang kotak esnya dulu deh, lu tidur duluan gih, Sorry ya Solar, good night"

.

Taehyung bangun di siang hari melihat rumahnya kosong hanya ia sendiri. Ah, bodoh ia pasti tidur terlalu lama sementara mamanya dan adiknya suka pergi ke gereja di jam sepuluh pagi.

"Bego Taehyung, mama sama Jennie pasti udah gereja, gua di tinggal deh"

Taehyung bersiap, ia mandi, sarapan, entah ini bisa dibilang sarapan atau tidak, ia memakannya setelah bangun tidur, tapi udah pukul dua belas. Sebut saja brunch, breakfast plus lunch.

Taehyung duduk di sofa depan tv sambil menghidupkan salah satu acara berita atau apa saja lah, agar tidak terlalu sepi. Taehyung berencana keluar rumah dan pergi gereja nanti sore di jam empat karena ia menunggu mamanya dan adiknya pulang terlebih dahulu.

Sekitar pukul dua siang akhirmya mama dan Jennie pulang. Tentu saja Taehyung hafal kebiasaan dua wanitanya ini, setelah gereja, pergi makan siang, lalu pasti berbelanja atau nge-mall.

"Eh, kakak udah bangun?" kata mama saat melihat Taehyung duduk di sofa.
"Mama nanya apa ngejek"
"Sensi amat si lu kak, lagi pms?"
"Gila ya, gua laki tulen Jen"
"Hei, anak-anak mama ngomongnya hayo, Jennie jangan ikut godain kakaknya lah"
"Tuh dengerin mama Jen"
"Karna yang boleh godain kakak mama doang dek" kini Jennie yang terbahak.
"Mampus kak, tetep aja lu yang di bully"
"Dek, mulutnya ih mama ga suka"
"Ups, sorry ma"
"Dah lah, kakak cabut aja, males di sini di bully mulu sama dua wanita kesayangan, awas aja kalian nanti kalau nambah wanita kesayangan kakak, tapi dia belain kakak, awas ya"
"Bawa sini makanya jangan ngomong doang" seru Jennie pada kakaknya yang sudah menjauh.

.

Irene sudah siap di kost-an Solar, rapih wangi, elegant lah, kan mau ke rumah Tuhan, tapi lain sama sobatnya.

My Intern Boy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang