6. Bandung (2)

815 125 13
                                    

"Iya" "Nteu"

Jawaban Taehyung dan Irene serempak namun tak sama, tentu saja mata Irene memicing tajam ke arah Taehyung.

"Bukan abah, dia bukan kabogohnya teteh, atuh teteh masih sama Dani"
"Kamu lupa abah bilang apa soal dia, nteu teh, abah teu bakal kasi restu buat teteh kalo sama dia, si Dani-Dani eta urang Jawa teteh, anak geulis abah hiji-hijina, teu bakal abah seurahkeun ke urang Jawa, teteh ngerti, kan? Kita urang Sunda beda watak sama mereka, teteh, abah besarin dengan kasih sayang, kecukupan, abah teu mau teteh susah nanti, paham teu? Ini yang anter kamu juga kasep, abah suka, bukan urang Jawa kan kamu?"
"Abah!"
"Saya bukan orang Jawa kok bah, saya lahiran Jakarta, ga punya kampung halaman, tapi sedang mencari rumah, dan saya sepenuhnya tertarik menjadikan anak abah sebagai rumah saya, tempat di mana saya selalu pulang"
"TAEHYUNG ANDREAN"
"Irene, mommy pernah ajarin kamu untuk teriak-teriak saat kita di meja makan?" Irene menggeleng.
"Maaf mom, aku ga ulangin lagi"
"Kamu juga dad, jangan bahas hal sensitif kalau lagi mau makan gini, nanti nafsu makan anak-anak pada hilang karena obrolan kamu, udah yuk kita makan aja" akhirnya makan malam itu terlaksana dengan hening.

Setelah selesai makan dengan hening itu Irene yang pertama bersuara.

"Teteh udahan, teteh ke kamar" katanya sebelum meninggalkan meja makan.
"Kamu tunggu di sofa ruang tamu, abah belum selesai ngomong sama kamu, gaada ke kamar" kalau abahnya sudah tidak memanggilnya teteh berarti abahnya itu akan membicarakan sesuatu yang serius, Irene mengurungkan niatnya ke kamar dan beralih ke sofa ruang tamu.
"Jisung, anterin aa ke kamar tamu sayang, kasian aa nya kelihatan lelah gitu abis anterin teteh dari Jakarta ke Bandung, sekalian kamu pinjemin baju kamu ya handsome boy nya mommy, bantuin mommy, okay" Jisung yang paham dengan situasi ini pun bergeas menghantar Taehyung ke kamar tamu.

Rumah ini cukup luas karena memiliki empat kamar tentunya, dengan masing-masing kamar mandi di dalam kamar dan satu kamar mandi tamu di luar. Satu kamar utama tempat mommy and daddy, satu kamar Irene teteh geulis kita, satu lagi kamar Jisung si handsome boy, lalu satu lagi? Iya sengaja dilebihin buat kamar tamu, kalau ada keluarga yang nginep ataupun kalau mommy and daddy bertengkar, biar ada privasi, niatnya gitu. Sama kaya niat Tiffany mommy nya Irene mempersilahkan Taehyung masuk ke kamar untuk beristirahat sebenarnya lebih ke, karena akan ada pembicaraan keluarga yang sepertinya tidak layak Taehyung dengar tapi Tiffany lupa, kamar tamu adalah kamar terdekat dari ruang tamu, alias begitu keluar kamar tamu, langsung berhadapan dengan sofa ruang tamu, so, Taehyung can hear everything.

"Aa istirahat dulu ya, nanti Jisung pinjemin baju Jisung buat aa salin" Taehyung hanya mengangguk lalu fokus mendengar, eh, menguping pembicaraan Abah Siwon pada anak gadis sulungnya.

"Kamu mau jelasin apa sama abah?"
"Siwon, kamu tenang dulu bisa ga? Anak kesayangan aku takut itu kamu ngomongnya pake urat gitu" kata Tiffany membela.
"Kamu jangan suka manjain anak gini Tiff, lihat kan, dia tidak lagi menurut akan perkataanku"
"GA GITU ABAH, JANGAN SALAHIN MOMMY"
"See, lihat kelakuan anak kesayangan kamu itu Tiff, ini yang aku takutin kalo kamu terlau manjain anak"
"Irene mommy have told you to do not shout at daddy?"
"Sorry daddy"
"Udah, kalian semua panas, biar aku yang jelasin ke kamu ,Won, anak kita ini memang masih berpacaran dengan Seokjin Daniswara, adik kelasnya di kampus dulu"
"See, dia udah ga nurut perkataan aku"
"Kamu diem dulu aku lagi ngomong, Siwon Natanegara, anak kita layak untuk mengasihi orang yang dia suka, dan niat laki-laki itu baik Won, dia mau datang Hari Minggu untuk ngelamar anak perempuan kesayangan kita ini, seems like, dia serius kan?"
"Tiff, Irene, kita sudah bicarakan ini sebelumnya, abah tidak akan memberikan anak abah ke urang Jawa, abah bukan takut dia mainin kamu, abah bukan takut dia ga serius sama kamu sayang Irene anak perempuan satu-satunya Siwon Natanegara, bukan itu. Kita sama dia beda baby, satu, okay kalau memang kamu bisa jamin dia berbeda, dia tidak seperti kelakuan urang Jawa yang ada di pemikiran abah, tapi keluarganya? Apa kamu bisa jamin?"
"Bah"
"Denger dulu, abah belum selesai bicara, kedua, abah takut kamu jauh dari abah, kamu teuteup little princess nya abah, sedewasa apapun kamu, paham ya Irene?" ini lemahnya Irene kalau abahnya sudah meminta seperti ini dia lemah.
"Baby, are you okay?" tanya Tiffany.
"Irene? Irene Natanegara anak perempuan kesayangan abah satu-satunya?"
"Iya, abah. Irene ngerti, Irene bakal suruh Dani untuk ngga ke sini di hari Minggu" Tiffany hanya bisa mengelus puncak kepala putri tertuanya itu.
"Ngertiin abah ya Rene"
"Irene permisi, mau ke kamar, mau istirahat" pembicaraan itu selesai.

My Intern Boy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang