Bab 1

25.8K 1.5K 38
                                    

Jaman dahulu kala, ada seorang putri yang cantik jelita. Rambutnya panjang dilengkapi kilau emas dan halus seperti sutra. Matanya hijau layaknya batu zamrud, kulitnya seputih salju, berparas tinggi, dan elegan. Putri itu merupakan anak satu-satunya di sebuah keluarga orang kaya.

Keluarganya memiliki bukit tambang emas yang besar dan lahan tanah yang luas. Ibunya meninggal saat sang putri lahir. Ayahnya sangat menyayangi putri, apapun yang putri inginkan akan ia dapatkan. Namun, beliau pun tak bisa terus menemani putrinya yang masih kecil.

Karena dimanja dan tidak memiliki kasih sayang orang tua, sang putri tumbuh dengan tabiat yang buruk. Banyak orang yang sebaya dengannya tidak mau berteman dengan sang putri.

Waktu berlalu dan sang putri beranjak dewasa, dia memiliki tunangan yaitu seorang putra mahkota, tetapi putra mahkota pun mengacuhkannya. Siapa yang ingin bertunangan dengan orang bertabiat buruk?

Walaupun berparas cantik, sang putri begitu kesepian. Sang putri menyadari kesalahannya dan mulai memperbaiki dirinya. Namun sudah terlambat, dia telah berumur dua puluh tahun. Rumor telah menyebar ke mana-mana dan banyak orang yang takut akan amukannya.

Ayahnya yang sedang terbaring sakit tak bisa berbuat apa-apa. Sang putri juga mengetahui bahwa putra mahkota tidak mencintainya. Orang yang diidam-idamkan telah mencintai orang lain. Sampai akhir, hidupnya sang putri begitu kesepian dan tenggelam dalam penyesalan.

"Begitulah ceritanya anakku sayang..."

"Ibu... kasian putrinya..."

"Benar, sang putri itu bernasib buruk. Anakku tersayang walaupun kamu putri satu-satunya ibu yang cantik tapi jangan berlaku buruk, ya?"

"Iya.."

***

Saat aku masih kecil, ibu selalu membawakan cerita. Bagiku, salah satu yang menarik diantaranya adalah ... "Kisah Putri yang Malang".

Aku tumbuh di desa yang jauh dari kota. Desa yang indah, namun tak banyak orang yang berkecukupan. Namaku sendiri adalah Rani, seorang anak tunggal dari keluarga kecil.

Sampai saat ini, aku tak pernah merasakan sosok ayah. Saat aku masih di dalam kandungan, ayahku meninggal karena tertimpa tiang besi saat bekerja. Ibu dan nenek selalu berada disampingku sepanjang aku bertumbuh di desa.

Beberapa bulan setelah aku lulus SMA, ibuku jatuh sakit dan kemudian meninggal. Akhirnya nenek pun merawatku, namun aku tak bisa melanjutkan sekolahku. Sosok ayah yang tak bisa kudapatkan dan sosok ibu yang meninggalkanku dengan cepatnya. Aku tak ingin membebani nenek.

"Aku harus cari uang!"

Dengan tekadku, akhirnya aku pun meninggalkan desa dengan uang sisa peninggalan ibu. Nenek terlihat sangat sedih, tetapi akhirnya dia melepaskanku. Walaupun nenek akan kesepian, tetapi aku tidak bisa terus membuat nenek terbebani.

Aku pergi meninggalkan desa dan pergi ke kota. Kukira mudah mencari pekerjaan, ternyata tidak mudah. Tentu saja, aku dari desa ini.. Apakah sebanding dengan orang-orang di kota?

Sore pun berlalu dan aku belum mendapat pekerjaan. Aku belum makan dan seteguk air pun belum masuk ke dalam mulutku. Rasa gelisah dalam hatiku mulai muncul.

"Apa yang harus aku lakukan...?" gumamku.

Melihat sebuah toko kecil, bernuansa warna warni. Namun, tidak banyak orang di toko itu, mungkin sekitar tiga atau empat orang. Dari luar tecium aroma kopi, kacanya ditempelkan kertas dengan tulisan bertinta hitam tebal.

'DICARI PEREMPUAN BERUSIA 18 KE ATAS, BEKERJA SEBAGAI PELAYAN KAFE'

"Apa itu kafe?" gumamku.

Seseorang keluar dari toko itu. Seorang perempuan usianya... mungkin dia lebih tua daripada aku. Wanita itu cantik, berdandan imut dan rambutnya dikuncir dua. Dia keluar dan melihatku, kemudian ia berkata....

"Apakah kau mau bekerja disini?"

Aku hanya terdiam, karena aku tidak mengetahui apa-apa tentang kota ini. Bahkan, wanita itu adalah orang pertama yang mengajakku berbicara. Tentu saja, saat ini aku gugup dan kakiku gemetaran.

"Sepertinya kamu tertarik bekerja disini."

"Jadi toko ini yang namanya kafe..?"

"Haha.... Sepertinya kau bukan dari kota, kamu dari mana asalnya?"

"Oh.. maaf.. anu- saya dari desa kecil. Umm.. saya ingin mencari pekerjaan di kota ini."

Mulutku sukar untuk berbicara. Aku canggung melihatnya dengan dandanan dan terlihat berbeda denganku. Terlebih dengan bajuku yang terlihat lusuh ini. Dibandingkan dengannya, aku berpikir bahwa kota memang lebih tertata dibandingkan desa yang kutinggali sebelumnya.

"Kalau mau kalau boleh bekerja disini kok~"

"Benarkah?"

Aku gembira akan kata-katanya tersebut. Hari pertama aku dikota dan tiba-tiba aku mendapatkan pekerjaan. Seperti aku adalah orang yang beruntung.

"Tentu saja! Kebetulan aku pemilik toko ini dan aku juga membutuhkan orang sebagai pelayan saat aku tidak ada. Kamu boleh bekerja besok, bagaimana?"

"Umm... itu- Bu kalau-"

"Tak usah pakai bu, kita kan cuman beda beberapa tahun saja pangil aku kak saja. Oiya! Kita belum berkenalan, perkenalkan namaku Kana."

"Ah, nama saya Rani, umm... saya ingin bertanya kalau disini tempat tinggal yang murah ada dimana, ya?"

"Tak usah formal kok, kalau sudah malam seperti ini kamu bisa tinggal di belakang kafe. Kamu kan datang dari desa, disini berbeda dengan di desa, semua kebutuhan disini jauh lebih mahal."

Dia mulai melihat ke arah dalam kafe miliknya dan langsung menunjuk ke arah jalan kecil di samping kafe, "Disana ada kamar satu, kamar itu termasuk bagian kafe namun kamu harus keluar kafe dulu, dan ini kuncinya."

"Terima kasih Kak Kana baik hati, ya?"

"Jadi malu.. ini saatnya tutup toko, ayo bantu."

"iya."

Entah aku terlalu polos atau memang wanita ini baik hati, aku selalu menganggap ini sudah berada dalam alur perjalanan hidup.

Semenjak itu aku mulai bekerja di kafe. Aku sangat senang karena memiliki pekerjaan dan itu adalah pekerjaan yang mudah untukku. Walaupun itu adalah kafe kecil, pemiliknya sangat baik.

Kak Kana memberitahu tentang kota yang kutinggali saat ini. Dia juga mengajarku cara berinteraksi dengan pelanggan, membuat pelanggan senang, dan juga membuat kopi dan kue kecil. Kata kak Kana kopi buatanku enak, walaupun aku baru belajar darinya. Dia pernah mengatakan bahwa 'Aku beruntung memiliki orang sepertimu'.

"Besok adalah hari gaji pertamaku. Aku harus tidur lebih awal."

"Semangat sekali ya Rani!"

"Tentu saja. Aku akan siap-siap tutup toko, ya?"

"Ya.."

Kak Kana memperhatikan meja di hadapannya dengan tatapan kosong. Walaupun samar-samar tidak terdengar, tetapi aku dapat mengetahui kata-kata yang diucapkannya dari gerakan bibirnya.

"Rani, kamu sangat polos dan baik. Sangat tidak adil bagi kemampuannya saat ini, lebih baik dia menemukan kebahagiaannya.. Dia tak pantas hidup di dunia ini."

Apa maksudnya aku tak pantas hidup disini? Kata-kata yang diucapkan Kana saat melihat bulan, seperti hati Kak Kana yang begitu tulus, tetapi mengandung makna yang tersembunyi. Saat itu, aku belum mengerti mengapa Kak Kana mengatakan itu... tetapi setelahnya, kehidupanku berubah...

Love Starts From CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang