William Luca la Zefroth
Pada waktu itu, dimana bunga mulai bermekaran dan rumput yang masih basah. Angin berhembus setelah adanya hujan kecil. Membuat tanah subur dan rumput menjadi berkilauan. Luasnya daratan dengan penglihatanku yang kecil. Berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Aku mengunjungi keluarga paman Duke Arcarine. Aku yang masih berumur 7 tahun ini sangat tahu apa arti kebosanan. Berjalan ke arah belakang kediamannya dan bertemu dengan dataran ini. Anginnya seakan-akan menyambutku.
Melihat seorang anak perempuan sedang duduk di rumput yang basah itu. Pakaiannya berenda dan panjang. Topi besarnya menutupi bagian kepalanya. Dia ditemani oleh seorang pelayan, tampaknya pelayan itu adalah pengasuhnya. Dia memetik bunga di hadapannya itu.
Lalu dia menyadari akan keberadaanku. Matanya yang hijau emerald, mirip seperti paman duke. Aku menyadarinya... Dia adalah saudari sepupuku. Umurnya hanya beda 1 tahun denganku. Saat rambutnya terpapar sinar matahari, itu berkilauan seperti emas.
Dia hanya diam dengan tatapan terkejut. Dia tidak berdiri ataupun berbicara. Aku duluan yang mendekatinya perlahan dan kemudian duduk disampingnya. Pengasuh itu tahu siapa aku dan pengasuh itu mulai mundur 1 langkah menjauhi kami. Lalu anak itu mulai berbicara.
"Kakak siapa?"
Seakan-akan dia tahu kalau aku lebih tua darinya.
"Panggil aku William."
"Kamu saudara sepupuku?"
"Iya."
Dia tersenyum dan memberikan bunga yang dipegangnya kepadaku.
"Rangkaikan bunga untukku."
Apa dia memberikan perintah untukku? Nadanya datar dengan wajah senangnya. Sepertinya dia minta tolong kepadaku.
"Aku tidak bisa merangkainya."
"Cobalah."
"Aku tidak bisa."
Sudut bibirnya turun ke bawah. Mukanya mulai cemberut. Apa yang harus kulakukan? Apakah dia akan menangis?
"Apakah kamu akan datang kesini lagi?"
"Aku tidak tahu."
Kepalanya tertunduk ke bawah. Aku melihat bunga yang berada dalam genggamanku. Mengambil secara acak salah satu dari kumpulan bunga itu. Tanpa aku sadar aku mengambil bunga berwarna pink yang sesuai dengan warna gaun yang dipakainya. Memakaikannya di telinganya.
Dia mengangkat kepalanya dan mulai tersenyum kepadaku. Dia sangat lucu dan sudah bagaikan adikku sendiri.
"Ehehe..."
Dia tertawa tanpa alasan yang jelas. Saat itu ibu menghampiriku dan terkejut melihatku bersama dengannya.
"Halo Elia."
Jadi namanya adalah Elia. Saat itu aku baru mendengar pertama kalinya.
"Selamat pagi Duchess Zefroth"
Saat dia berkata dan membungkuk seperti itu kepada ibuku. Tidak hanya ibuku bahkan aku pun terkejut.
"Elia sangat pintar ya. Tapi panggil saja dengan sebutan bibi."
"Baik bibi!"
Setelah hari itu, aku terus memikirkan saudari sepupuku. Dia memperlihatkan betapa kesepiannya dia. Kesepiannya itu dipertegas dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya.
'Apakah kamu akan datang kesini lagi?'
Aku hanya bisa bilang tidak tahu.
Beberapa hari setelahnya, aku mengunjungi kediaman paman untuk kedua kalinya. Aku bertemu lagi dengannya. Bermain, membaca buku, dan mengobrol bersama dengannya. Tiga, empat, lima, enam, bahkan lebih dari tujuh kali aku sudah bertemu dengannya. Aku sudah akrab dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Starts From Coffee
FantasyAku terbangun di dunia lain dan menjadi seorang putri duke yang kaya?!! Pada awalnya, Rani adalah seorang siswi yang baru lulus SMA. Dia terpaksa harus bekerja dan meninggalkan kampung halamannya. Neneknya yang merupakan satu-satunya keluarga yang...